4
Untuk mengkuantifikasi peran zooplankton dalam siklus nutrien yang dinamis sangat sulit untuk diukur secara langsung, sehingga untuk dapat mengkuantifikasi
peran tersebut dilakukan pendekatan numerik dengan simulasi pemodelan. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan menjawab permasalahan:
bagaimana zooplankton berperan dalam dinamika nutrien dan seberapa besar kontribusi dari peran tersebut terhadap ketersediaan nutrien bagi fitoplankton di
perairan Teluk Lampung. Perumusan penyelesaian masalah yang dilakukan untuk mencapai tujuan
penelitian ini adalah dengan melakukan pemodelan hubungan antara parameter fisika, kimia dan biologi di perairan dalam sebuah model ekosistem yang
merupakan gabungan dari model hidrodinamika dan model biogeokimia. Hasil dari simulasi pemodelan ini adalah pola sebaran komponen ekosistem sebagai
gambaran interaksi faktor fisika, kimia dan biologi dalam dinamika nutrien yang melibatkan fitoplankton dan zooplankton. Interaksi antara tingkat trofik yang
berbeda fitoplankton dan zooplankton dapat diekstraksi kuantitas perannya sehingga didapatkan pola dinamika trofik dan dinamika nutrien di perairan,
sehingga dapat dikuantifikasi peran zoolankton dalam proses tersebut. Secara skematik pola pendekatan penyelesaian masalah hingga mencapai tujuan
penelitian disajikan dalam Gambar 1.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkuantifikasi dan menganalisis peran zooplankton dalam dinamika nutrien antara tingkat trofik yang berbeda di perairan
Teluk Lampung melalui pemodelan gabungan model hidrodinamika 3 dimensi dengan model biogeokimia.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi tentang pemanfaatan pemodelan untuk mengetahui dinamika nutrien yang melibatkan zooplankton
dalam ekosistem sehingga dapat diketahui kuantitas peran zooplankton dalam dinamika nutrien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
dalam penentuan transfer energi dari fitoplankton ke zooplankton sehingga dapat
5
memahami dengan baik hubungan nutrien, fitoplankton dan zooplankton yang pada akhirnya dapat mendukung produktivitas perikanan atau tingkat trofik yang
lebih tinggi.
Gambar 1 Skema perumusan masalah untuk mencapai tujuan penelitian
6
Halaman ini sengaja dikosongkan
7
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Lampung
Terdapat dua musim dominan yang menggerakkan siklus musiman di daerah studi yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau
berhubungan dengan muson tenggara, sementara musim hujan berhubungan dengan muson barat laut. Pola arus musiman selama musim kemarau mengalir
dari bagian timur Laut Jawa ke arah barat, memasuki Samudera Hindia melewati Selat Sunda dan sebagian menuju ke Laut Cina Selatan. Akibatnya selama musim
ini perairan Teluk Lampung dipengaruhi oleh massa air yang kaya nutrien dari Laut Jawa. Sebaliknya pada musim hujan arus mengalir dari Laut Cina Selatan ke
timur Laut Jawa dan massa air dari Samudera Hindia mengalir menuju Laut Jawa melalui Selat Sunda. Selama periode musim hujan perairan Teluk Lampung
dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Hindia yang miskin nutrien Buhring, 2001; Hendiarti et al., 2002.
Secara geografis Teluk Lampung berada pada 5
o
26’ – 5
o
50’ LS dan 105
o
10’ – 105
o
53’ BT dengan luas 847 km
2
. Rata-rata kedalaman perairan 17,3 m dengan panjang pantai 160 km Wiryawan et al., 1999. Pola pasang surut dipengaruhi
oleh Samudera Hindia sehingga menghasilkan pasang surut semi diurnal, dengan rata-rata kisaran pasang 1,46 m maka seluruh kolom air selalu tercampur karena
kedalaman perairan yang relatif dangkal Wiryawan et al., 1999. Sedimen dasar perairan terdiri dari pasir 2
– 16, lumpur 57 – 71, dan liat 27 – 41. Terdapat enam sungai kecil yang mengalir ke teluk dengan total debit aliran
kurang lebih 22,2 m
3
s
-1
, dari area resapan air yang kecil kurang lebih 278 km
2
. Sumber pengkayaan nutrien adalah dari antropogenik berupa limbah domestik
kota Bandar Lampung melalui sungai sungai kecil dan sumber langsung lain yang berasal dari aktivitas perikanan keramba dan tambak sepanjang pantai bagian
selatan teluk. Di pantai bagian utara terdapat daerah industri yang juga berperan dalam mensuplai bahan terlarut ke dalam perairan teluk.
Wiryawan et al. 1999 menyatakan selama musim hujan kecepatan arus berkisar antara 0,27 ms
-1
sampai 0,45 ms
-1
. Kecepatan maksimum terjadi pada
8
bulan Desember. Arah arus selama periode ini bergerak tetap ke tenggara. Sementara pada musim kemarau kecepatan arus berkisar antara 0,01 ms
-1
sampai dengan 0,36 ms
-1
dengan arah barat laut dan kecepatan arus minimum terjadi pada bulan Juli. Kecepatan arus bulanan di luar mulut teluk rata-rata berkisar antara
0,01 ms
-1
sampai 0,045 ms
-1
, kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari dan kecepatan minimum terjadi pada bulan Maret dan April Wiryawan
et al., 1999. Secara regional selama musim kemarau massa air Teluk Lampung sangat dipengaruhi oleh massa air dari Laut Jawa, yang dicirikan dengan nutrien
dan klorofil-a yang tinggi, sementara selama musim hujan massa air dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Hindia yang relatif rendah nutrien dan klorofil-a
Hendiarti et al., 2002.
2.2 Ekosistem Laut 2.2.1 Fitoplankton