Reproduksi  Nisbah Kelamin Ikan Belida

» Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan stasiun pengambilan sampel Ikan belida TKG IV ditemukan pada setiap stasiun pengambilan sampel, baik pada ikan jantan dan betina Gambar 79 dan analisis tanpa membedakan jenis kelamin Gambar 80. Hal ini mengindikasikan setiap stasiun pengambilan sampel adalah lokasi pemijahan ikan belida. Jantan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=11 Teso n=7 Langgam n=3 Rantau Baru n=16 Kuala Tolam n=5 Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Betina 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=5 Teso n=7 Langgam n=13 Rantau Baru n=10 Kuala Tolam n=17 Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 79. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin Total 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=21 Teso n=26 Langgam n=16 Rantau Baru n=15 Kuala Tolam n=16 St asiun Peng amb ilan Samp el T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 80. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel tanpa membedakan jenis kelamin » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel dan ukuran Pada setiap stasiun pengambilan sampel, terlihat persentase ikan belida TKG IV paling besar terdapat pada kelompok ikan belida berukuran besar Gambar 81. Ikan yang semakin panjang ukurannya pada setiap stasiun, maka ikan semakin dewasa dan pada fase ini ikan mulai mengalami pertumbuhan gonad. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 H u ja n n = 3 P e ra lih a n n = 1 1 K e m a ra u n = 2 H u ja n n = 2 P e ra lih a n n = 3 K e m a ra u n = 1 1 H u ja n n = 6 P e ra lih a n n = 4 K e m a ra u n = 6 H u ja n n = 2 P e ra lih a n n = 1 K e m a ra u n = 1 4 H u ja n n = 3 P e ra lih a n n = 1 5 K e m a ra u n = 4 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 81. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan kelompok ukuran. » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel dan musim. Ikan belida TKG IV secara konsisten ditemukan pada musim peralihan pada setiap stasiun pengambilan sampel Gambar 82. Pada musim peralihan di setiap stasiun khususnya setelah musim kemarau, volume perairan akan mulai bertambah dengan turunnya hujan dan hal ini menjadi pemacu pemijahan ikan belida. Melimpahnya air pada suatu perairan akan mempengaruhi berubahnya ketinggian permukaan air yang akan merangsang ikan untuk melakukan pemijahan Lagler 1972. Fujaya 2004 menambahkan, bahwa kondisi lingkungan akan mempengaruhi hormon endokrin untuk menghasilkan hormon-hormon yang mendukung proses perkembangan gonad dan pemijahan. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 H uj an n = 3 P er al ih an n = 11 K em ar au n = 2 H uj an n = 1 P er al ih an n = 3 K em ar au n = 11 H uj an n = 6 P er al ih an n = 4 K em ar au n = 6 H uj an n = 2 P er al ih an n = 10 K em ar au n = 14 H uj an n = 3 P er al ih an n = 15 K em ar au n = 4 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 82. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan musim » Ukuran pertama kali ikan matang gonad Ukuran pertama kali ikan matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan, pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan strategi reproduksinya. Tiap spesies ikan tidak sama ukuran pertama kali matang gonad, bahkan ikan-ikan pada spesies yang sama juga akan tidak sama pada kondisi dan letak geografi yang berbeda. Variasi ukuran pertama kali matang gonad terhadap ikan jantan maupun betina bergantung pada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan bertahan hidup, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan. Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad bisa terjadi pada satu spesies ikan yang memiliki jenis kelamin berbeda. Ikan belida yang berasal dari Kuala Tolam memiliki ukuran pertama kali matang gonad relatif lebih kecil dibandingkan stasiun yang lain, baik pada ikan belida jantan dan betina dan tertinggi adalah ikan belida yang berasal dari Rantau baru Gambar 83. Ukuran pertama kali ikan matang gonad ikan belida dari stasiun Kuala Tolam adalah 669 mm pada ikan jantan dan betina dan 846 mm untuk ikan belida Rantau Baru. Hasil penelitian di India ikan belida jenis Chitala chitala jantan memiliki ukuran minimum pertama kali matang gonad pada ukuran rata-rata panjang 620 ± 40.4 mm, sedangkan ukuran maksimum matang yaitu 810 ± 52.98 mm. Pada ikan betina, ukuran minimum ikan pertama kali matang yaitu 755 ± 35.36 mm dan maksimum 910 ± 23.23 mm Sarkar et al. 2008. Ukuran pertama kali matang gonad mungkin dipengaruhi kelimpahan dan ketersediaan makanan, suhu, periode cahaya Photoperiode, dan faktor lingkungan pada suatu habitat atau perairan yang berbeda-beda Nikolsky 1963. Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan ukuran pertama kali matang gonad adalah sifat genetika populasi, perbedaan laju pertumbuhan, dan kualitas perairan Paugy 2002, perbedaan wilayah dan tekanan penangkapan Reynolds et al. 2001. 600 620 640 660 680 700 720 740 760 780 800 820 840 860 880 900 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel U k u ra n P e rt a m a I k a n M a ta n g G o n a d m m Jantan Betina Gambar 83. Ukuran pertama kali ikan matang gonad ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel  Indeks Kematangan Gonad » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin Sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad pertumbuhan gonadik sebelum terjadi pemijahan dalam proses reproduksi ikan. Pada masa tersebut gonad semakin berkembang seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonadnya. Gonad ikan akan berkembang mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah, kemudian gonad ikan menurun secara cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai. Indeks kematangan gonad IKG ikan belida jantan secara umum lebih rendah dibandingkan ikan betina, Gambar 84. Terkait dengan indeks kematangan gonad ikan belida jantan yang lebih rendah, Sukendi 2001 menjelaskan, lebih besarnya nilai IKG betina daripada IKG jantan pada tingkat kematangan gonad yang sama disebabkan karena pertambahan bobot ovarium selalu lebih besar daripada pertambahan testis. Nilai IKG pada ikan baung Mystus nemurus betina selalu lebih besar daripada ikan jantan pada TKG yang sama Sukendi 2001. 0.05 0.1 0.15 0.2 Jantan n=19 Betina n=38 Jenis Kelamin N il a i ra ta -r a ta I K G Gambar 84. Nilai rata-rata IKG ikan belida berdasarkan jenis kelamin » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan TKG Nilai indeks kematangan gonad ikan belida betina berdasarkan tingkat kematangan gonad, cenderung meningkat seiring semakin tingginya tingkat kematangan gonad Gambar 85. Kecenderungan ini tidak terlalu jelas terlihat pada ikan belida jantan. Pada ikan belida betina, semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka akan diikuti meningkatnya berat tubuh sehingga nilai IKG juga besar. Effendie 2002 menyatakan bahwa indeks kematangan gonad akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad dan nilai tersebut akan menurun setelah ikan selesai memijah. 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 TKG I TKG II TKG III TKG IV Tingkat kematangan gonad inde k s k e m a ta ng a n g ona d Jantan Betina Gambar 85. Nilai rata-rata IKG ikan belida berdasarkan berdasarkan jenis kelamin dan TKG » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida betina berdasarkan ukuran Nilai indeks kematangan gonad semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan nilai indeks yang besar sangat terlihat pada ikan belida yang termasuk dalam kelompok ukuran besar Gambar 86. Hal ini dikarenakan semakin panjang ukuran ikan maka akan semakin meningkat tahapan perkembangan gonad ikan menjadi dewasa dan pada fase ini ikan mulai mengalami pertumbuhan gonad menghasilkan nilai indeks kematangan gonad yang besar. Menurut Lagler 1972 nilai IKG yang besar pada tahapan tingkat kematangan gonad ikan dipengaruhi oleh umur, ukuran, dan fungsi fisiologis individu. Betina 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Kecil n=23 Sedang n=11 Besar n=4 Kelompok Ukuran N il a i ra ta -r a ta I K G Gambar 86. Nilai rata-rata IKG ikan belida betina pada tiga kelompok ukuran. ukuran kecil 611 mm, ukuran sedang 611 – 750 mm, ukuran besar 750 – 960 mm. » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida standarisasi berdasarkan musim Nilai rata-rata indeks kematangan kematangan gonad ikan belida betina berdasarkan musim pada kondisi yang relatif sama kelompok ukuran, TKG dan stasiun terlihat nilai IKG tertinggi ditemukan pada musim hujan gambar 87. Dari hasil tersebut, walaupun ikan belida memijah sepanjang tahun namun diduga puncak pemijahan berlangsung pada musim hujan. Kondisi ini juga dipahami karena ada keterkaitan dengan hidrodinamika yang terjadi di lingkungan Sungai Kampar, dimana paras muka air yang diindikasikan dengan terjadinya perubahan kedalaman di setiap stasiun pada musim hujan meningkat tertinggi selama penelitian. Keterkaitan antara peningkatan paras muka air dengan IKG juga ditemui pada ikan selais Ompok hypophthalmus BLKR di perairan rawa banjiran Sungai Musi, dimana terjadinya peningkatan muka air diiringi dengan meningkatnya persentase IKG Simanjuntak 2007. Pemantauan perubahan IKG dari waktu ke waktu, dapat digunakan untuk mengetahui musim memijah pada ikan Effendie 1997. 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 Hujan n=5 peralihan n=1 Kemarau n=1 Kelompok Musim N il a i ra ta -r a ta I K G Gambar 87. Nilai rata-rata IKG ikan belida yang telah distandarisasi berdasarkan musim » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida betina berdasarkan musim dan ukuran Ikan betina yang termasuk dalam kelompok ukuran besar memiliki nilai rata-rata IKG yang besar pada setiap musim hujan, peralihan dan kemarau Gambar 88. Hal ini dikarenakan terkait dengan proses kedewasaan ikan belida betina dan menginformasikan bahwa ikan belida betina memijah sepanjang tahun. -0.1 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 ke ci l n =3 Se d a n g n =2 Be sa r n =1 Ke ci l n =1 1 Se d a n g n =7 Be sa r n =1 Ke ci l n =9 Se d a n g n =2 b e sa rn =2 Kemarau Peralihan Hujan Musim N il a i R a ta -r a ta I K G Gambar 88. Nilai rata-rata IKG ikan belida betina berdasarkan musim dan ukuran » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida standarisasi berdasarkan stasiun Analisis melalui standarisasi membandingkan antar stasiun dengan kondisi yang relatif sama menginformasikan stasiun Kuala Tolam memperlihatkan nilai rata-rata indeks kematangan gonad yang relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain Gambar 89. Hal ini diduga faktor internal ikan belidanya dan eksternal lingkungan dan ketersediaan makanan yang baik. 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 Kutopanjang n=1 Teso n=1 Langgam n=1 Rantau Baru n=3 Kuala Tolam n=7 Stasiun Pengam bilan Sam pel N il a i ra ta -r a ta I K G Gambar 89. Nilai rata-rata IKG ikan belida yang telah distandarisasi pada setiap stasiun pengambilan sampel » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida standarisasi berdasarkan stasiun dan ukuran Analisis nilai rata-rata indeks kematangan gonad berdasarkan stasiun dan ukuran memperlihatkan pada setiap stasiun ikan belida betina yang termasuk dalam kelompok ukuran yang besar memiliki nilai IKG yang besar Gambar 90. Betina 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 ke ci l n =1 Se d a n g n =2 Be sa r n =1 Ke ci l n =2 Se d a n g n =0 Be sa r n =1 Ke ci l n =8 Se d a n g n =2 b e sa rn =1 Ke ci l n =2 Se d a n g n =1 Be sa r n =0 Ke ci l n =1 Se d a n g n =6 b e sa rn =1 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kelompok Ukuran N il a i R a ta -r a ta I K G Gambar 90. Nilai rata-rata IKG ikan belida betina pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan kelompok ukuran » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida standarisasi berdasarkan stasiun dan musim Pada setiap stasiun pengambilan sampel, nilai rata-rata IKG ikan belida betina bervariasi pada musim yang berbeda berdasarkan stasiun Gambar 91. Setiap stasiun memperlihatkan pola yang berbeda. Hal ini diduga karena nilai indek IKG tidak hanya ditentukan oleh musim namun juga lingkungan stasiun pengambilan sampel. Betina 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 H u ja n n =2 Pe ra li h a n n =3 Ke ma ra u n =0 H u ja n n =1 Pe ra li h a n n =2 Ke ma ra u n =0 H u ja n n =6 Pe ra li h a n n =2 Ke ma ra u n =3 H u ja n n =1 Pe ra li h a n n =2 Ke ma ra u n =0 H u ja n n =2 Pe ra li h a n n =1 Ke ma ra u n =4 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kelompok Ukuran N il a i R a ta -r a ta I K G Gambar 91. Nilai rata-rata IKG ikan belida betina pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan musim » Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan belida standarisasi berdasarkan stasiun dan musim Nilai rata-rata IKG ikan belida betina tertinggi pada TKG IV pada hampir setiap stasiun Gambar 92. Hal ini disebabkan berat gonad yang besar pada TKG IV memberikan kontribusi pada tingginya nilai IKG. Nilai IKG yang meningkat seiring meningkatnya TKG, terlihat jelas pada stasiun Langgam. Betina 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 T KG I n =1 T KG I I n =3 T KG I II n =1 T KG I V n =0 T KG I n =1 T KG I I n =1 T KG I II n =0 T KG I V n =1 T KG I n =1 T KG I I n =5 T KG I II n =1 T KG I V n =4 T KG I n =3 T KG I I n =0 T KG I II n =0 T KG I V n =0 T KG I n =6 T KG I I n =2 T KG I II n =4 T KG I V n =3 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kelompok Ukuran N il a i R a ta -r a ta I K G Gambar 92. Nilai rata-rata IKG ikan belida betina pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan TKG  Fekunditas Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Ikan belida merupakan jenis ikan yang bersifat parental care menjaga dan melindungi anaknya. Biasanya ikan yang bersifat parental care memiliki fekunditas yang kecil jika dibandingkan dengan ikan yang memiliki tipe pemijahan yang sama tetapi tidak melindungi telurnya Siregar 1989. Fekunditas ikan belida diperoleh berdasarkan 12 sampel gonad yang sudah masak, TKG III 4 gonad dan TKG IV 8 gonad. Jumlah telur yang diperoleh setelah dilakukan pengamatan berkisar antara 442 - 11972 butir telur. Jumlah telur ikan belida dengan frekuensi terendah ditemukan pada ikan dengan panjang tubuh total 428 mm sebanyak 442 butir telur TKG III, sedangkan jumlah telur dengan frekuensi tertinggi ditemukan pada ikan dengan panjang tubuh total 860 mm sebanyak 11972 butir telur TKG IV. Hubungan antara fekunditas dengan panjang total ikan terlihat pada Gambar 93. Apabila dibandingkan dengan Sungai Batanghari dan Sungai Musi, fekunditas ikan belida yang terdapat di Sungai Kampar relatif lebih besar. Fekunditas ikan belida yang ditemukan di daerah aliran sungai Batanghari, Provinsi Jambi berkisar antara 260- 6080 butir Adjie dkk.. 1999 sedangkan ikan belida di perairan sekitar Lubuk Lampam Sumatera Selatan pada tingkat kematangan gonad TKG IV memiliki fekunditas berkisar antara 1194 - 8320 butir Adjie dan Utomo 1994. y = 14.771x - 6209.9 R 2 = 0.4222 r=0.6498 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 200 400 600 800 1000 1200 Panjang Total mm Fe k undi ta s but ir Gambar 93. Hubungan panjang total mm ikan belida dengan jumlah telur fekunditas pada TKG III dan IV Stasiun Kutopanjang memperlihatkan nilai fekunditas yang paling besar Gambar 94 dan Teso yang terendah. Adanya variasi fekunditas diantara stasiun pengambilan sampel menurut Effendie 2002 menjelaskan bahwa fekunditas suatu jenis ikan berkaitan erat dengan lingkungannya diantaranya suhu air, kedalaman perairan dan oksigen terlarut. Fujaya 2004 menambahkan kelimpahan makanan dan Olatunde 1978 in Siregar 1989 mengatakan fekunditas mempunyai keterpautan dengan umur, panjang atau berat individu dan faktor genetis. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel F e k u n d it a s b u ti r Gambar 94. Fekunditas Ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel  Diameter Telur Pengamatan diameter telur dapat digunakan untuk mengetahui pola pemijahan ikan. Diameter telur ikan belida betina berkisar antara 0.04 – 2.75 mm pada TKG III dan 0.04 - 3.25 mm pada TKG IV Gambar 95, diameter telur ikan pada TKG IV lebih besar daripada TKG III. TKG III 50 100 150 200 250 .0 4 -0 .3 3 .3 4 -0 6 3 .6 4 -0 .9 3 .9 4 -1 .2 3 1 .2 4 -1 .5 3 1 .5 4 -1 .8 3 1 .8 4 -2 .1 3 2 .1 4 -2 .4 3 2 .4 4 -2 .7 3 2 .7 4 -3 .0 3 Selang diameter telur mm Fr e k ue ns i TKG IV 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 .0 4 -0 .3 3 .3 4 -0 6 3 .6 4 -0 .9 3 .9 4 -1 .2 3 1 .2 4 -1 .5 3 1 .5 4 -1 .8 3 1 .8 4 -2 .1 3 2 .1 4 -2 .4 3 2 .4 4 -2 .7 3 2 .7 4 -3 .0 3 Selang diameter telur mm Fr e k ue ns i Gambar 95. Sebaran diameter telur ikan belida pada TKG III dan IV Pola sebaran diameter telur ikan belida betina yang menyebar menunjukkan bahwa ikan tersebut tergolong ikan yang memiliki pola pemijahan total spawner, artinya ikan belida memijah beberapa kali dalam setahun dan dalam satu kali pemijahan semua telurnya dikeluarkan sekaligus. Lama pemijahan pada ikan dapat diduga dari ukuran diameter telur, jika waktu pemijahan pendek semua telur masak yang ada di ovarium berukuran sama, ukuran ini berbeda dengan ukuran telur pada saat folikel masih muda. Tetapi bila waktu pemijahan terus menerus pada kisaran waktu yang lama maka ukuran yang ada dalam ovarium berbeda-beda Hoar 1957 in Siregar 2004. Rata-rata diameter telur stasiun Kuala Tolam relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun pengambilan sampel yang lain dan stasiun Teso memiliki diameter telur paling rendah Gambar 96. Ukuran diameter telur antar stasiun atau lokasi bervariasi, menurut Scott 1979 in Siregar 1989 variasi diameter telur dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan, dan makanan yang dikonsumsi oleh individu. 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel F e k u n d it a s b u ti r Gambar 96. Ukuran diameter telur ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel

f. Kondisi Lingkungan  Kondisi Perairan di stasiun pengambilan sampel

Proses dan dinamika hidrologi mempengaruhi komponen biotik dan abiotik dalam suatu ekosistem perairan yang nantinya akan mempengaruhi kondisi kualitas perairan. Sebagai salah satu cara untuk menentukan kondisi kualitas perairan pada setiap stasiun penelitian, dilakukan dengan menggunakan skoring. Data hasil pengamatan, semua parameter kualitas perairan pada lima lokasi pengambilan sampel setiap waktu pengamatan terlihat pada Gambar 97. Hasil penilaian secara skoring pada masing-masing stasiun penelitian, menunjukkan Rantau Baru dan Stasiun Teso memiliki nilai IKL yang rendah 1 dan 2. Nilai IKL tertinggi adalah Stasiun Kuala Tolam 5 Gambar 98. Suhu Air 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 M e i 9 A g u st u s 9 N o v e m b e r 9 Fe b ru a ri 1 Ju n i 1 A g u st u s 1 N o v e m b e r 1 Waktu Pengamatan C Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kecepatan Arus 0.00 0.07 0.14 0.21 0.28 0.35 0.42 0.49 0.56 0.63 0.70 0.77 M e i 9 A g u st u s 9 N o v e m b e r 9 Fe b ru a ri 1 Ju n i 1 A g u st u s 1 N o v e m b e r 1 Waktu Pengamatan m dt Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kedalaman 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 M ei 9 Ag us tu s 09 No ve m be r 09 Fe br ua ri 1 Ju ni 1 Ag us tu s 10 No ve m be r 10 Waktu Pengamatan m Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Turbidity 30 60 90 120 150 180 210 Fe b ru a ri 1 Ju n i 1 A g u st u s 1 N o v e m b e r 1 Waktu Pengamatan N T U Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Oksigen Terlarut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 M e i 9 N o v e m b e r 9 Fe b ru a ri 1 Ju n i 1 A g u st u s 1 N o v e m b e r 1 Waktu Pengamatan m g l Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam pH air 3 4 5 6 7 8 9 M e i 9 A g u st u s 9 N o v e m b e r 9 Fe b ru a ri 1 Ju n i 1 A g u st u s 1 N o v e m b e r 1 Waktu Pengamatan Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Kesadahan 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 Agustus 09 November 09 Waktu Pengamatan m g l C a C O 3 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam NH3-H 0.0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8 Februari 10 Juni 10 Agustus 10 November10 Waktu Pengamatan ppm Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Lanjutan Gambar 97...... Curah Hujan Rata-rata 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Ja n 8 Fe b 8 M a r A p r 8 M e i Ju n 8 Ju l 8 A g s 8 Se p t 8 O k t 8 N o v 8 De s 8 Ja n 9 Fe b 9 M a r A p r 9 M e i Ju n 9 Ju l 9 A g s 9 Se p t 9 O k t 9 N o v 9 De s 9 Waktu Pengamatan m m Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Debit Air 150 300 450 600 750 900 1050 1200 1350 1500 Ja n 3 Fe b 3 M a r A p r 3 M e i Ju n 3 Ju l 3 A g s 3 Se p t 3 O k t 3 N o v 3 De s 3 Ja n 4 Fe b 4 M a r A p r 4 M e i Ju n 4 Ju l 4 A g s 4 Se p t 4 O k t 4 N o v 4 De s 4 Waktu Pengamatan m 3 x 1 -6 dt k Kutopanjang Teso Langgam Gambar 97. Kualitas perairan Sungai kampar di lima stasiun pengambilan sampel pada setiap waktu pengamatan 1 2 3 4 5 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Stasiun Pengambilan Sampel N il a i IK L Gambar 98. Skor kondisi kualitas perairan di setiap stasiun pengamatan di Sungai Kampar Adanya perbedaan besaran nilai dan variasi kondisi kualitas perairan pada setiap waktu pengamatan di stasiun penelitian sepanjang Sungai Kampar selama penelitian, terkait dengan karakteristik stasiun penelitian, perubahan musim dan besaran curah hujan. Dalam hal ini, tingkat penggenangan yang tinggi akan cenderung menghomogenkan parameter fisika, kimia, dan biologi perairan diantara habitat Agostinho et al. 2000.  Analisis kelompok Cluster Analysis dan hubungan habitat perairan dengan ikan Cluster Analysis merupakan sebuah analisis yang menghasilkan pengelompokkan dengan melihat jauh dekatnya matrik jarak kesamaan dari masing-masing karakteristik habitat perairan ikan yang diamati. Jarak kesamaan diantara karakteristik habitat perairan ikan belida terbentuk berdasarkan matriks jarak yang didapat dari data parameter fisika- kimia dan biologi yang dinilai mewakili karakteristik habitat tersebut. Semakin kecil jarak antar dua variabel, maka semakin dekat kemiripan antar karakteristik satu sama lain. Di dalam pengelompokkan hierarki klaster digabung pada nilai indeks yang berdekatan, maka dari itu tampak bahwa pemecahan dengan dua klaster merupakan penentuan yang tepat. Hasil analisis kelompok ditunjukkan oleh dendogram Gambar 99, teridentifikasi tiga kelompok habitat perairan ikan belida di Sungai Kampar yang memiliki perbedaan karakteristik habitat yang mendasar yaitu; kelompok habitat perairan tergenang Stasiun Kutopanjang, habitat perairan mengalir tidak dipengaruhi pasang surut berada di Sungai Kampar bagian hulu Stasiun Teso dan Sungai Kampar bagian tengah-hilir, bagian perairan yang dipengaruhi pasang surut air laut Stasiun Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam. Karakteristik masing-masing stasiun secara sederhana terlihat berdasarkan pendekatan PCA Principal Component Análisis Gambar 100, sekaligus untuk mengetahui bagaimana pengaruh atau keterkaitan kondisi habitat perairan dengan pertumbuhan ikan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah faktor kondisi ikan, koefisien pertumbuhan K, nilai b panjang berat, luas relung, parameter fisika suhu air, kedalaman, kecepatan arus dan turbidity, parameter kimia pH, DO, kesadahan dan Amonia NH 3 -H dan parameter biologi persentase tutupan vegetasi riparian. Dendrogram Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam 1000 2000 3000 4000 index Gambar 99. Dendogram jarak kesamaan karakteristik perairan lima stasiun pengambilan sampel Biplot on axes 1 and 2 77 Kuala Tolam Rantau Baru Langgam Teso Kutopanjang Nilai B Luas relung faktor kondisi suhu air 0C DO mgl pH K. arus mdt Dalam m Alk Turbidity NTU NH3-H Vegetasi Riparian -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 -- axe 1 43 -- -- a x e 2 3 3 - - Gambar 100. Hasil analisis komponen utama variabel habitat perairan dengan variabel kualitas perairan Scaterplot PCA dapat menjelaskan data hingga 77 dari data asli, berdasarkan nilai komponen utama axe 1 dan axe 2 yang memberikan kontribusi sebesar 77 dari keragaman total. Analisis PCA menyederhanakan parameter yang komplek menjadi sederhana dilihat dalam tiga dimensi dan dalam PCA hubungan variabel menjelaskan bahwa jika kelompok variabel kuadran positif nilainya meningkat maka kelompok variabel di kuadran negatif nilainya akan menurun variabel yang berlawanan. Stasiun Kutopanjang dan Langgam dicirikan terutama oleh level yang tinggi dari variabel kedalaman, pH dan suhu air. Karakteristik kondisi parameter kualitas air yang berlawanan dengan stasiun Kutopanjang dan Langgam dimiliki oleh Stasiun Teso dan Rantau Baru, selain hal tersebut stasiun-stasiun ini juga dicirikan oleh level yang tinggi dari turbidity, amoniak NH3-H, faktor kondisi, kecepatan arus dan luas relung. Tingginya besaran amoniak di kedua stasiun ini, duga terkait dengan banyaknya aktivitas pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung KJA pada stasiun Rantau Baru dan keberadaan pabrik minyak kelapa sawit di sekitar stasiun Teso. Stasiun Kuala Tolam dicirikan oleh kandungan oksigen terlarut yang rendah dan nilai yang tinggi dari parameter kesadahan , TDS, tutupan vegetasi, nilai K dan nilai B. Dilihat dari parameter korelasi Tabel 25, nilai indeks kualitas lingkungan memiliki korelasi yang tinggi dengan koefisien pertumbuhan K. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi habitat lingkungan perairan mempengaruhi biologi pertumbuhan ikan yang ada pada setiap stasiun pengamatan. Tabel 25. Matriks korelasi antara variabel habitat lingkungan perairan dengan faktor kondisi ikan Nilai B luas relung Faktor kondisi Nilai K Indeks Kualitas lingkungan Nilai B 1 0.1761 -0.6658 0.5426 0.3671 Luas relung 0.1761 1 0.4890 0.2449 -0.5360 Faktor kondisi -0.6658 0.4890 1 -0.2732 -0.6975 Nilai K 0.5426 0.2449 -0.2732 1 0.6688 Indeks Kualitas lingkungan 0.3671 -0.5360 -0.6975 0.6688 1 Indeks kualitas lingkungan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ikan belida nilai B dan nilai K, dengan keterkaitan yang paling kuat dengan nilai K. Pengelolaan Ikan Belida di Sungai Kampar Ikan belida Sungai Kampar Prov. Riau, teridentifikasi ke dalam kelompok spesies Chitala lopis dan terpisah menjadi dua unit populasi. Populasi hilir yang memiliki pH perairan relatif asam, yaitu ikan belida Kuala Tolam dan populasi bagian hulu dengan perairan mendekati pH netral dan cenderung basa Kutopanjang, Teso, Langgam dan Rantau Baru. Fakta ini berimplikasi pada strategi pengelolaan ikan belida di Sungai Kampar, pengelolaan ikan belida harus dikelola dan dievaluasi secara terpisah pada setiap populasi untuk terwujudnya pemanfaatan lestari sumberdaya ikan belida di Sungai Kampar. Pengelolaan sumberdaya perikanan di suatu perairan dapat dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh produksi perikanan maksimum yang berkelanjutan, keuntungan ekonomi yang maksimum yang berkesinambungan bagi para pihak pengguna sumberdaya perikanan dan meningkatkan kesejahteraan para pihak yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan terutama nelayan King 1995. Fenomena adanya keterpisahan genetik antar organisme yang berada di sepanjang sungai, dilaporkan oleh Takagi et al. 2006, pada ikan putak Notophterus nothopterus di Sungai Mekong dan Macrobrachium nipponense di Sungai Yangtze dan Lancang di China oleh oleh Ping et al. 2007. Kemampuan berenang ikan belida yang rendah diindikasikan dari bentuknya yang bukan merupakan bentuk tubuh tipe perenang cepat Rainboth 1996 dan telur yang menempel, sehingga telur tidak mudah menyebar telur ikan belida menempel pada vegetasi solid yang terendam air Talwar and Jhingran, 1991 memberikan konsekuensinya terjadinya keterpisahan genetik antar ikan belida di Sungai Kampar. Selain itu pH perairan diindikasikan menjadi penyebab keterpisahan populasi tersebut, bagian hilir Sungai Kampar relatif lebih asam dibandingkan bagian hulu. Strategi pengelolaan ikan belida di Sungai Kampar, berupa peningkatan dan perbaikan populasi melalui upaya translokasi tidak diperbolehkan lintas sungai. Artinya tidak diperbolehkan strategi translokasi ikan belida ke Sungai kampar dari Sungai Indragiri Hilir, Penyak, Barito, Mahakam dan sungai-sungai lain di Indonesia karena secara genetik sudah berbeda. Untuk Sungai Kampar, strategi pengelolaan yang tepat adalah upaya translokasi dan restocking di dalam Sungai Kampar itu sendiri. Translokasi ikan belida harus dilakukan spesifik populasi sesuai dengan kesamaan genetik, terkait dengan tingkat kesehatan populasi Tabel 26 dan kondisi habitat Tabel 27. Translokasi untuk penyelamatan populasi dilakukan terhadap populasi Teso dan Rantau Baru dari populasi Kutopanjang atau Langgam sebagai sumber stoknya yang masih dalam satu populasi. Restocking populasi ikan belida dilakukan pada populasi Kuala Tolam, Kutopanjang dan Langgam, dalam hal ini, ikan belida dari ketiga lokasi tersebut masing- masing didomestikasi dan dikembangbiakan untuk kemudian dikembalikan lagi ke lokasi asalnya. Tabel 26. Besaran nilai kesehatan populasi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan parameter yang di kaji Stasiun Keragaman genetik FA Diamtr Telur Fek UIMG LE Nilai Verbal Kutopanjang 60 10 100 100 40 100 410 Sangat Baik Teso 20 30 20 20 40 100 230 Buruk Langgam 60 50 80 40 50 20 300 Sedang Rantau Baru 20 50 20 20 50 60 220 Sangat Buruk Kuala Tolam 100 20 100 80 30 20 350 Baik Tabel 27. Besaran nilai kondisi habitat pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan parameter yang di kaji Stasiun IKL Luas Relung KM ISC Nilai b FK Nilai K Nilai Verbal Kutopanjang 60 20 80 50 30 10 30 310 Sedang Teso 40 80 20 10 10 50 10 200 Sangat Buruk Langgam 60 20 100 50 50 10 30 340 Baik Rantau Baru 20 60 80 10 40 10 10 215 Buruk Kuala Tolam 100 100 20 20 50 20 50 345 Sangat Baik Stasiun Kuala Tolam di Sungai kampar Prov. Riau merupakan kandidat yang tepat ditetapkan sebagai wilayah konservasi berdasarkan penilaian tingkat spesifikasi yang merupakan satu unit populasi, memiliki tingkat kesehatan populasi yang baik dan kondisi habitat yang paling baik untuk kehidupan ikan belida. Pembatasan penangkapan ikan belida di lakukan pada lokasi bertipe sungai disepanjang Sungai Kampar, yaitu Teso, Langgam, Rantau baru dan Kuala Tolam berdasarkan pertimbangan tingkat kesehatan populasi dan kondisi habitat. Upaya penangkapan ikan belida yang intensif dapat dilakukan pada stasiun Kutopanjang karena memiliki laju eksploitasi yang masih dibawah ambang penangkapan optimum, memiliki tingkat kesehatan populasi dan kondisi habitat yang relatif baik. Ikan belida memijah sepanjang tahun, namun demikian puncak pemijahan terjadi pada musim hujan Bulan November. Pengaturan pembatasan penangkapan selama Bulan November dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan populasi ikan belida dan memastikan proses rekrutmen terjadi maksimal, hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan nelayan untuk berpartisipasi menjaga kelestarian ikan belida di Sungai Kampar. Ikan belida jantan pertama kali matang gonad pada kisaran panjang 825 - 895 mm dengan rata-rata 646.6 mm dan 756 - 825 mm dengan rata-rata 683.5 mm pada ikan belida betina. Ukuran minimum ikan belida jantan pertama kali matang gonad di India pada ukuran rata-rata panjang 620 ± 40.4 mm, sedangkan ukuran maksimum matang yaitu 810 ± 52.98 mm. Pada ikan betina, ukuran minimum ikan pertama kali matang yaitu 755 ± 35.36 mm dan maksimum 910 ± 23.23 mm Sarkar et al. 2008. Ukuran ikan belida yang boleh ditangkap adalah lebih panjang dari 646.6 mm untuk ikan belida jantan dan ikan belida betina lebih besar dari 683.5 mm. Penentuan ikan yang boleh ditangkap didasarkan atas pertimbangan ikan yang telah mampu melakukan reproduksi untuk regenerasi atau kelangsungan keturunannya. Ikan belida dengan panjang total 646.6 mm memiliki ukuran lebar badan 37.9 mm dan bukaan mulut selebar 40.9 mm, hal ini berimplikasi pada alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan belida. Alat tangkap lukah yang menyerupai kandang, harus memiliki jarak antara kayu harus lebih besar dari 3.8 cm, ukuran mata jaringjala pada alat jaring serok dan sempirai minimal 10 cm, sehingga ikan belida yang memiliki ukuran lebar badan kurang dari 3.8 cm bisa mele paskan diri dan ukuran umpan yang digunakan ≥ 3 cm, diasumsikan ukuran umpan tersebut sesuai dengan bukaan mulut ikan belida selebar 4.09 cm pada ukuran panjang total lebih dari 646.6 mm. Rekomendasi kebijakan perbaikan habitat ditujukan pada stasiun Teso dan Rantau Baru, pertimbangan ini didasarkan pada penilaian tingkat kondisi habitat yang paling rendah buruk diantara lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar Prov. Riau. Rekomendasi perbaikan habitat di Teso terkait dengan; 1. Pelarangan dan penertiban penambangan emas di hulu teso yang menyebabkan perairan Teso menjadi keruh, 2. Pelarangan dan pengembalian alur sungai menjadi berkelok, pelurusan sungai yang dilakukan oleh perusahan kelapa sawit untuk menghindari banjir pada musim hujan menyebabkan pendangkalan perairan karena tebing sungai yang tergerus dan akhirnya longsor, 3. Penghijauan pada tepian sungai sekitar 100 m dan alih fungsi tanaman sawit pada jarak 100 m dari tepian sungai untuk mencegah erosi dan pengerusan tebing sungai. Rekomendasi perbaikan habitat di Rantau baru yaitu; 1. Pembatasan dan pengaturan keramba apung untuk mengurangi pencemaran perairan melalui pakan dan 2. Penghijauan pada tepian sungai sekitar 100 m dan alih fungsi tanaman sawit pada jarak 100 m dari tepian sungai untuk mencegah erosi dan pengerusan tebing sungai.