Pertumbuhan  Hubungan Panjang-Bobot Ikan Belida

Nilai faktor kondisi berbeda pada tiap kelompok ukuran, namun nilai faktor kondisi tertinggi dimiliki oleh ikan belida yang termasuk dalam kategori sedang 611 – 750 mm Gambar 57 . Menurut Effendie 1997 adanya perbedaan nilai faktor kondisi pada setiap kelas ukuran terjadi karena adanya pertambahan panjang dan berat tubuh ikan, juga karena adanya perbedaan umur dan perubahan pola makan selama proses pertumbuhan. Nilai faktor kondisi paling rendah ada pada kelompok ukuran besar 750 mm. Menurut Bakare 1970 dan Fagade 1979 in Abowei et al. 2009 faktor kondisi semakin menurun seiring dengan bertambahnya panjang. Anene 2005 menyatakan bahwa secara umum faktor kondisi untuk kelas panjang ikan Chromidotilapia guntheri, Tilapia cabrae, dan Tilapia mariae di danau buatan Nigeria Tenggara, ikan yang memiliki panjang yang lebih besar secara relatif memiliki nilai faktor kondisi yang rendah, sedangkan ikan yang memiliki panjang yang rendah secara relatif memiliki nilai faktor kondisi yang lebih tinggi. 0.7985 0.9715 0.7685 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kecil n-240 Sedang n=182 Besar n=85 Kelompok Ukuran Ikan Belida Fa k tor K on di s i Gambar 57. Faktor kondisi ikan belida berdasarkan kelompok ukuran tanpa membedakan jenis kelamin » Faktor kondisi ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan musim Nilai faktor kondisi ikan belida dalam kelompok ukuran sedang hampir selalu paling tinggi baik ikan belida jantan dan betina pada musim kemarau, peralihan dan hujan Gambar 58. Analisis yang menggabungkan jenis kelamin, memperlihatkan pada musim kemarau ikan belida berukuran besar memiliki nilai faktor kondisi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok ukuran sedang Gambar 59. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau ikan belida berukuran besar memiliki keunggulan dalam aktivitas makan kesesuaian dalam memakan dan menangkap makanan. Ikan Belida Jantan 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Kecil n=68 Sedang n=69 besar n=21 Kecil n=38 Sedang n=24 besar n=10 Kecil n=11 Sedang n=15 besar n=11 Kemarau Peralihan Hujan Musim F a k to r K o n d is i Ikan Belida Betina 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Kecil n=64 Sedang n=42 besar n=19 Kecil n=40 Sedang n=22 besar n=16 Kecil n=13 Sedang n=10 besar n=8 Kemarau Peralihan Hujan Musim F a k to r K o n d is i Gambar 58. Faktor kondisi ikan belida berdasarkan jenis kelamin pada tiga kelompok ukuran. ukuran kecil 401 – 610 mm, ukuran sedang 611 – 750 mm, ukuran besar 750 – 960 mm. Ikan Belida 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Kecil n=132 Sedang n=111 besar n=40 Kecil n=78 Sedang n=46 besar n=26 Kecil n=24 Sedang n=25 besar n=19 Kemarau Peralihan Hujan Musim F a k to r K o n d is i Gambar 59. Faktor kondisi ikan belida berdasarkan ukuran ikan belida tanpa membedakan jenis kelamin. Analisis faktor kondisi ikan belida berdasarkan ukuran dalam standarisasi, menginformasikan bahwa nilai faktor kondisi yang paling tinggi terdapat pada musim peralihan Gambar 60. Nilai faktor kondisi yang tinggi pada musim peralihan diduga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan kualitas dan kuantitasnya pada musim tersebut. Makanan utama ikan belida yang berupa ikan kecil, hasil pemijahan musim hujan memerlukan waktu proses sehingga tepat konsumsi. Ukuran tepat konsumsi makanan ikan belida tersedia pada musim peralihan yang menyebabkan nilai faktor kondisi yang tinggi pada musim peralihan. Menurut Braga 1986 in Lizama et al. 2002 nilai faktor kondisi berubah menurut musim dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Ikan Belida standarisasi 0.5 0.6 0.7 0.8 Kemarau n=9 Peralihan n=9 Hujan n=9 Musim F ak to r K o n d is i Gambar 60. Faktor kondisi ikan belida berdasarkan ukuran ikan belida pada kondisi yang relatif sama. o Faktor kondisi ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan stasiun Stasiun Teso memperlihatkan nilai faktor kondisi yang paling tinggi baik ikan belida jantan dan betina Gambar 61 dan analisis nilai faktor kondisi tanpa membedakan jenis kelamin Gambar 62. Ikan Belida Jantan 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kutopanjang n=24 Teso n=102 Langgam n=41 Rantau Baru n=58 Kuala Tolam n=43 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Ikan belida betina 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kutopanjang n=25 Teso n=57 Langgam n=56 Rantau Baru n=51 Kuala Tolam n=51 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Gambar 61. Faktor kondisi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin Ikan Belida 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kutopanjang n=24 Teso n=102 Langgam n=41 Rantau Baru n=58 Kuala Tolam n=43 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Gambar 62. Faktor kondisi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel tanpa membedakan jenis kelamin Analisis faktor kondisi ikan belida berdasarkan stasiun dalam standarisasi, menginformasikan bahwa nilai faktor kondisi yang paling tinggi terdapat pada stasiun Teso Gambar 63. Nilai faktor kondisi yang tinggi pada stasiun Teso diduga dipengaruhi oleh kualitas makanan yang berupa udang. Kandungan protein yang tinggi menghasilkan performa yang lebih baik sehingga meningkatkan nilai faktor kondisi. Ikan Belida Standarisasi 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 Kutopanjang n=6 Teso n=4 Langgam n=7 Rantau Baru n=7 Kuala Tolam n=10 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Gambar 63. Faktor kondisi ikan belida setiap stasiun pengambilan sampel pada kondisi yang relatif sama. » Faktor kondisi ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan TKG Nilai faktor kondisi ikan belida meningkat dengan semakin meningkatnya TKG, khususnya pada ikan belida betina. Pada ikan belida jantan kecenderungan ini tidak terlihat Gambar 64, dikarenakan perubahan dan perkembangan sperma pada setiap tingkatan kematangan gonad tidak terlihat. Analisis menggabungkan jenis kelamin, memperlihatkan faktor kondisi meningkat dengan semakin meningkatnya TKG Gambar 65. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie 1997 bahwa salah satu penyebab yang mempengaruhi faktor kondisi adalah tingkat kematangan gonad. Nilai faktor kondisi ikan mengalami peningkatan saat gonad mengalami perkembangan dan mencapai puncaknya saat akan melakukan pemijahan Effendie 1979. Ikan Belida Jantan 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 TKG I n=24 TKG II n=10 TKG III n=6 TKG IV n=1 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Ikan Belida Betina 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 TKG I n=24 TKG II n=14 TKG III n=7 TKG IV n=9 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Gambar 64. Faktor kondisi ikan belida jantan dan betina berdasarkan TKG Ikan Belida 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 TKG I n=24 TKG II n=14 TKG III n=7 TKG IV n=9 Stasiun Pengam bilan Sam pel F a k to r K o n d is i Gambar 65. Faktor kondisi ikan belida berdasarkan TKG tanpa membedakan jenis kelamin » Faktor kondisi ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel dan kelompok ukuran Nilai faktor kondisi ikan belida bervariasi pada beragam ukuran berdasarkan stasiun Gambar 66. Namun ada kecenderungan pada kelompok ukuran sedang hampir semua stasiun memiliki nilai kondisi paling tinggi. Ikan Belida 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 K e c il n = 2 6 S e d a n g n = 2 b e s a r n = 3 K e c il n = 4 8 S e d a n g n = 7 5 b e s a r n = 3 6 K e c il n = 4 9 S e d a n g n = 1 7 b e s a r n = 3 1 K e c il n = 5 9 S e d a n g n = 7 b e s a r n = 1 K e c il n = 5 8 S e d a n g n = 3 1 b e s a r n = 5 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Musim F a k to r K o n d is i Gambar 66. Faktor kondisi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan ukuran » Faktor kondisi ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel dan musim Nilai faktor kondisi ikan belida bervariasi pada musim yang berbeda berdasarkan stasiun Gambar 67. Setiap stasiun memperlihatkan pola yang berbeda, tidak ada kecendrungan yang sama, musim peralihan memiliki nilai faktor kondisi paling tinggi. Hal ini diduga karena faktor kondisi tidak hanya ditentukan oleh musim namun juga lingkungan stasiun pengambilan sampel. Couprof dan Benson in Yuniarti 2004 menyatakan bahwa faktor kondisi menggambarkan kecocokan terhadap lingkungan dan musim. Ikan Belida 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 h u ja n n = 6 P e ra lih a n n = 2 9 k e m a ra u n = 1 4 h u ja n n = 3 P e ra lih a n n = 1 7 k e m a ra u n = 1 3 9 h u ja n n = 3 P e ra lih a n n = 3 k e m a ra u n = 2 5 h u ja n n = 2 1 P e ra lih a n n = 2 1 k e m a ra u n = 6 1 h u ja n n = 1 4 P e ra lih a n n = 3 5 k e m a ra u n = 4 4 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Musim F a k to r K o n d is i Gambar 67. Faktor kondisi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan musim o Faktor kondisi ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel dan TKG Nilai faktor kondisi ikan belida tertinggi pada TKG IV pada hampir setiap stasiun Gambar 68. Hal ini disebabkan berat gonad yang besar pada TKG IV memberikan kontribusi pada tingginya nilai faktor kondisi. Pada setiap stasiun tidak meningkatnya nilai faktor kondisi seiring meningkatnya TKG, nilai faktor kondisi meningkat seiring dengan meningkatnya TKG terlihat jelas pada stasiun Teso. Ikan Belida 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 TK G I n = 6 TK G I I n = 6 TK G I II n = 3 TK G IV n = 1 TK G I n = 9 TK G I I n = 3 TK G I II n = 1 TK G IV n = 2 TK G I n = 5 TK G I I n = 5 TK G I II n = 2 TK G IV n = 4 TK G I n = 1 8 TK G I I n = 5 TK G I II n = 2 TK G IV n = 1 TK G I n = 1 TK G I I n = 5 TK G I II n = 5 TK G IV n = 3 Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Musim F a k to r K o n d is i Gambar 68. Faktor kondisi ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan TKG.  Mortalitas dan Laju Eksploitasi Penentuan mortalitas total dengan menggunakan teknik Kuosien ZK dan modifikasinya dikembangkan oleh Boverton dan Holt 1957. Hasil analisis laju eksploitasi setiap stasiun pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 69, stasiun Kuala Tolam dan Langgam memiliki laju eksploitasi yang paling tinggi dan sudah terjadi overfishing melebihi besaran 0.5 menurut Sparre dan Venema 1999. Laju eksploitasi Teso paling rendah, laju eksploitasi ketiga stasiun yaitu Kutopanjang, Teso dan Rantau Baru berada dalam kondisi underfishing. 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Kutopanjang n=49 Teso n=159 Langgam n=97 Rantau Baru n=109 Kuala Tolam n=93 Stasiun Pengambilan Sampel La ju E k s pl oi ta s i Gambar 69. Laju eksploitasi populasi ikan belida setiap stasiun pengambilan sampel

e. Reproduksi  Nisbah Kelamin Ikan Belida

Jenis kelamin pada ikan belida dapat dibedakan berdasarkan panjang sirip perut, bentuk badan dan lubang urogenital. Ikan belida jantan memiliki sirip perut memanjang, bentuk badan pipih dan lubang urogenital bulat seperti pipa sedangkan ikan belida betina memiliki sirip perut pendek, bentuk badan tebal dan lubang urogenital pipih, Gambar 70. Jantan Betina Gambar 70. Struktur morfologis alat kelamin ikan belida Ikan belida yang diperoleh selama penelitian berjumlah 507 ekor, yang terdiri dari 269 ekor ikan jantan dan 241 ekor ikan betina dengan nisbah kelamin 1.12 : 1. Jumlah ikan belida jantan lebih banyak dibandingkan ikan belida betina, kondisi ini terlihat dari nisbah kelaminnya yang lebih dari satu. Ketidakseimbangan jumlah ikan belida jantan dan ikan belida betina diduga disebabkan oleh perbedaan tingkah laku misalnya pada saat menjelang dan selama pemijahan dan faktor penangkapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nikolsky 1963, yang menyatakan bahwa perbandingan jenis kelamin ikan dapat berubah menjelang dan selama pemijahan berlangsung. Berdasarkan stasiun pengambilan sampel, komposisi jumlah ikan belida jantan dan betina diperoleh nisbah kelamin yang bervariasi Tabel 24. Tabel 24. Nisbah kelamin ikan belida berdasarkan stasiun pengambilan sampel Stasiun sampling Jumlah ikan ekor Nisbah kelamin Jantan Betina Jantan:betina Kutopanjang 24 25 0.96 : 1 Teso 102 57 1.79 : 1 Langgam 41 56 0.73 : 1 Rantau Baru 58 51 1.14 : 1 Kuala Tolam 43 51 0.83 : 1 Nisbah kelamin pada tiap stasiun mendekati keseimbangan dengan perbandingan 1 : 1, kecuali stasiun Teso mendekati 2 : 1. Ketidakseimbangan nisbah kelamin di stasiun Teso dikarenakan penangkapan ikan belida yang tinggi. Pada saat pemijahan ikan belida betina membuat dan menjaga sarang, sehingga akan selalu berada di sekitar sarang. Keberadaan ikan belida di stasiun Teso sangat mudah dikenali karena selalu bersarang di sekitar lubuk dan secara periodik mengambil oksigen ke udara tilap, dengan memasang alat tangkap lukah di dekatnya ikan belida betina ini akan tertangkap, menyebabkan jumlah ikan belida betina menjadi sedikit.  Morfologi dan Histologi Gonad Pengamatan morfologi dan histologi gonad dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kematangan gonad ikan belida jantan dan betina. Pengamatan secara morfologi dilakukan dengan cara membandingkan warna, ukuran, volume gonad yang mengisi rongga tubuh dan penampilan butiran telur, sementara pengamatan secara histologis dilakukan melalui foto histologis gonad. Pengamatan morfologi dan histologi gonad ikan belida betina dan jantan terlihat pada Gambar 71 dan Gambar 72. Struktur morfologis ovarium ikan belida betina pada TKG I berbentuk memanjang dengan salah satu ujungnya semakin kecil, berwarna kemerahan dan permukaan licin. Pada TKG II ovarium berukuran lebih besar daripada TKG I, berwarna kekuningan dan butir telur belum bisa dilihat satu per satu dengan mata telanjang. TKG III ovarium lebih besar dari TKG II, butir telur sudah mulai terlihat jelas dan masih dilapisi selaput ovarium yang bening. TKG IV ovarium berukuran semakin besar, butiran telur terlihat jelas dengan mata dan mudah terpisah antara butir yang satu dengan butir yang lain. Secara histologis pada TKG I didominasi oleh oogenium, sedikit oosit dan inti sel belum terlihat jelas. Pada TKG II oogenium melakukan pembelahan sel secara mitosis dan membentuk oosit yang lebih banyak, inti sel mulai terlihat jelas. Pada TKG III sel telur berkembang menjadi ootid, diameter telur berukuran lebih besar, butir kuning telur sudah mulai terlihat dan butir-butir minyak semakin jelas dengan warna putih yang mengelilingi inti sel. Menurut Nasution 2004 in Mustakim 2008 menyatakan bahwa proses vitelogenesis pada TKG III merupakan tahap pembentukan globul kuning telur yolk vesicle yang dinamakan fase akumulasi kuning telur. Pada TKG IV ootid berkembang menjadi ovum, butiran minyak berwarna putih semakin banyak yang menyebar dari sekitar inti sel sampai ke tepi. Gambar 71. Struktur morfologis dan histologis ovarium ikan belida keterangan gambar : Og = oogonium, Osp= oosit primer, Oss= oosit sekunder, Ot=ootid, Ov=ovum, N = inti, Yk= butir kuning telur. Osp Oss N Ot N Yk N Ov TKG I TKG I TKG II TKG III TKG III TKG IV Og TKG II TKG IV Gambar 72. Struktur morfologis dan histologis testes ikan belida Keterangan gambar : Spg = spermatogonium, Spp= spermatosit primer, Sps= spermatosit sekunder, Spt=spermatid, spz=spermatozoa. Pada ikan belida jantan, secara morfologis pada tahap perkembangan gonad pertama TKG I testis berbentuk sepasang benang berwarna kemerahan, panjang dan memiliki permukaan testis yang licin. Perkembangan gonad jantan ikan belida pada TKG Spg Spp Spt Spz TKG I TKG I TKG II TKG II TKG III TKG III TKG IV TKG IV Sps II dan III tidak terlihat jelas, namun TKG III diidentifikasi dari volumenya yang besar. Pada ikan belida jantan TKG IV terlihat jelas bulir sperma, walupun tanpa bantuan mikroskop. Spematogenesis yaitu perkembangan spermatogonium menjadi spermatid dan setelah proses tersebut terbentuklah spermatozoa hasil dari metamorfosa spermatid yang disebut spermiogenesis. Pada tahap pertama gonad didominasi oleh jaringan ikat dan terdapat spermatogonia. Pada tahap kedua spermatogonia ini akan mengalami berulang kali pembelahan mitosis penggandaan spermatogonia yang akan membentuk spermatosit primer. Kemudian dengan pembelahan meiosis reduksi membentuk spermatosit sekunder pada tahap ketiga. Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis kedua menjadi spermatid pada tahap keempat. Setelah itu spermatid mengalami diferensiasi sehingga menjadi spermatozoa atau gamet jantan. Secara histologis pada gonad jantan TKG I sel spermatogonium terlihat kurang jelas dan banyak dijumpai jaringan ikat. Pada TKG II gonad lebih berkembang, dan jaringan ikat sudah mulai berkurang. Kantung tubulus seminiferi sudah mulai diisi oleh spermatosit primer. Pada TKG III spermatosit primer berubah menjadi spermatosit sekunder. Pada TKG IV spermatosit sudah menyebar, namun masih terbungkus sista. Spermatosit sudah berkembang menjadi spermatid dan spermatozoa.  Tingkat Kematangan Gonad » Tingkat kematangan gonad ikan belida secara umum Tingkat kematangan gonad TKG dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, umur dan ukuran pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi satu populasi atau spesies. Persentase terbesar pengamatan gonad ikan belida secara umum adalah ikan belida TKG I dan paling kecil ikan belida TKG IV Gambar 73. Hal ini terkait dengan ukuran, ikan belida TKG I memiliki ukuran yang kecil dan berasal dari pemijahan- pemijahan sebelumnya sehingga jumlahnya di alam persentasenya besar. Ikan Belida 51.06 24.47 13.83 10.64 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TKG I TKG II TKG III TKG IV Tingkat Kematangan Gonad P e rs e nt a se Gambar 73. TKG ikan belida secara umum N = 94 » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin Ikan belida TKG I juga merupakan komposisi terbesar persentase pengamatan gonad ikan belida, baik pada ikan jantan dan ikan betina Gambar 74. Ikan belida ukuran kecil biasanya TKG I yang berasal dari pemijahan sebelumnya memberikan kontribusi pada besaran persentase ini. Ikan Belida Jantan 57.14 23.81 14.29 4.76 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TKG I TKG II TKG III TKG IV Tingkat Kematangan Gonad P e rs e nt a se Ikan Belida Betina 46.15 25.00 13.46 15.39 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TKG I TKG II TKG III TKG IV Tingkat Kematangan Gonad P e rs e nt a se Gambar 74. TKG ikan belida berdasarkan jenis kelamin. Ikan belida jantan n = 42, ikan belida betina n=52. » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan ukuran Ikan belida kelompok ukuran besar 751 mm memiliki persentase TKG IV paling besar, baik pada ikan jantan dan ikan betina Gambar 75 dan analisis dengan tanpa membedakan jenis kelamin Gambar 76. Pada ikan belida betina terlihat kecenderungan semakin panjang ukuran ikan maka persentase TKG IV semakin besar, karena semakin panjang ukuran maka ikan semakin dewasa dan pada fase ini ikan mulai mengalami pertumbuhan gonad. Menurut Lagler 1972 tahapan tingkat kematangan gonad pada ikan, dipengaruhi oleh umur, ukuran, dan fungsi fisiologis individu. Jantan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecil n=23 Sedang n=17 Besar n=2 Kelompok Ukuran TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Betina 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecil n=34 Sedang n=14 Besar n=4 Kelompok Ukuran TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 75. TKG ikan belida berdasarkan jenis kelamin pada tiga kelompok ukuran. ukuran kecil 401 – 610 mm, ukuran sedang 611 – 750 mm, ukuran besar 750 – 960 mm. Total 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecil n=57 Sedang n=31 Besar n=6 Kelompok Ukuran TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 76. TKG ikan belida berdasarkan ukuran ikan belida tanpa membedakan jenis kelamin » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan musim Ikan belida TKG IV ditemukan pada ketiga musim hujan, peralihan dan kemarau, dengan persentase TKG IV paling besar pada kelompok ikan belida ukuran besar, baik pada ikan jantan dan betina Gambar 77 dan analisis tanpa membedakan jenis kelamin Gambar 78. Lebih lanjut menurut Effendi 2002, bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad terdiri dari berbagai tingkat dengan persentase yang tidak sama. Duarte et al. 2007 menyatakan bahwa banyak spesies ikan air tawar diperairan subtropis maupun tropis memiliki musim pemijahan yang panjang. Menurut Hakima 1992 in Al- Zibdah dan Kan’an 2009 faktor lingkungan terutama suhu dan intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam pemilihan waktu untuk memijah bagi ikan. Jantan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kecil n=13 Sedang n=6 Besar Kecil n=9 Sedang n=9 Besar n=2 Kecil n=1 Sedang n=2 besar Kemarau Peralihan Hujan Musim TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Betina 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 k e c il n = 1 1 S e d a n g n = 5 B e s a r n = 1 K e c il n = 1 4 S e d a n g n = 7 B e s a r n = 2 K e c il n = 9 S e d a n g n = 2 b e s a r n = 1 Kemarau Peralihan Hujan Musim TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 77. TKG ikan belida jantan dan betina berdasarkan waktu pengambilan sampel Betina 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 k e c il n = 1 1 S e d a n g n = 5 B e s a r n = 1 K e c il n = 1 4 S e d a n g n = 7 B e s a r n = 2 K e c il n = 9 S e d a n g n = 2 b e s a r n = 2 Kemarau Peralihan Hujan Musim TK G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 78. TKG ikan belida berdasarkan waktu pengambilan sampel » Tingkat kematangan gonad ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan stasiun pengambilan sampel Ikan belida TKG IV ditemukan pada setiap stasiun pengambilan sampel, baik pada ikan jantan dan betina Gambar 79 dan analisis tanpa membedakan jenis kelamin Gambar 80. Hal ini mengindikasikan setiap stasiun pengambilan sampel adalah lokasi pemijahan ikan belida. Jantan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=11 Teso n=7 Langgam n=3 Rantau Baru n=16 Kuala Tolam n=5 Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Betina 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=5 Teso n=7 Langgam n=13 Rantau Baru n=10 Kuala Tolam n=17 Stasiun Pengambilan Sampel T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 79. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin Total 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kutopanjang n=21 Teso n=26 Langgam n=16 Rantau Baru n=15 Kuala Tolam n=16 St asiun Peng amb ilan Samp el T K G TKG IV TKG III TKG II TKG I Gambar 80. TKG ikan belida pada setiap stasiun pengambilan sampel tanpa membedakan jenis kelamin