-0.046 Kajian bioekologi dalam rangka menentukan arah pengelolaan ikan belida (Chitala lopis Bleeker 1851) di Sungai Kampar, Provinsi Riau

 Fungsi Diskriminan dan Perbedaaan Populasi Pengujian menggunakan Wilks’ lambda mengindikasikan perbedaan diantara 5 kelompok ikan belida jantan dan betina morfometrik, pada saat karakter morfometriknya dibandingkan dengan rata-rata analisis diskriminan, hasilnya hampir semua variable canonical yang diestimasi berbeda nyata Tabel 15. Tabel 15. Hasil uji Wilk’s lambda λ fungsi 1 sampai 5 lima kelompok stasiun pengambilan sampel dalam analisis diskriminan Fungsi Analisis Morfometrik Fungsi Analisis Meristik λ X 2 df Λ X 2 df Jantan Jantan 1 sampai 5 0.0018 261.47 96 1 sampai 3 0.18 84.50 18 2 sampai 5 0.012 182.56 75 2 sampai 3 0.79 11.73 ns 10 3 sampai 5 0.057 118.91 56 3 0.91 8.74 ns 4 4 sampai 5 0.176 72.09 39 5 0.405 37.49 24 Betina Betina 1 sampai 5 0.0039 230.87 84 1 sampai 3 0.36 58.03 24 2 sampai 5 0.0354 138.64 65 2 sampai 3 0.73 17.65 ns 15 3 sampai 5 0.124 86.62 48 3 0.89 5.98 ns 8 4 sampai 5 0.314 48.053 33 5 0.533 26.098 ns 20 p ≤ 0.001; p ≤ 0.01; ns p 0.05 Analisis stepwise menginformasikan bahwa hanya 7 dari 18 karakter morfometrik yang memberikan kontribusi secara significan pada diskriminan multivariate dari lima kelompok ikan belida, baik jantan maupun betina. Sementara untuk karakter meristik, terdapat 3 karakter meristik memberikan kontribusi nyata pada ikan belida jantan dan hanya 1 karakter meristik pada ikan belida betina Tabel 16. Pemisahan lengkap nilai centroid untuk setiap kelompok berdasarkan karakter morfometrik, diindikasikan oleh plot dua akar pertama kanonical variate Gambar 25, yang mewakili 41 dan 26 total variasi untuk ikan belida jantan dan 60 dan 18 dari total variasi pada ikan belida betina. Pada karakter meristik, total variasi yang diwakili mencapai 93 dan 4 untuk ikan belida jantan dan 75 dan 17 dari total variasi untuk ikan belida betina Tabel 16. Tabel 16. Nilai partial lambda semua variabel, nilai diskriminan dan persentase variasi dua variabel canonicle yang pertama. Variabel Partial Lambda Standard coefficient Variabel Partial Lambda Standard coefficient CV1 CV2 CV1 CV2 Analisis morfometrik Analisis morfometrik Jantan Betina BW 0.481 -1.14 -1.82 PPEL 0.544 -3.35 1 AL 0.539 0.87 0.49 UJM 0.554 -2.03 1.01 SNL 0.541 -0.003 -0.09 HW 0.59 -1.46 -1.06 PPEL 0.594 0.41 2.66 DL 0.6 4.03 -2.37 DFL 0.604 1.41 -1.22 PPVC 0.65 2.66 -6.1 HD 0.633 0.99 -1.66 DSO 0.66 -0.68 1.69 LJM 0.634 1.21 1.66 PPAL 0.69 -2.06 5.17 variasi 0.41 0.26 variasi 0.6 0.18 Analisis meristik Analisis meristik Jantan Betina NVS 0.33 -1.88 0.47 NAFL 0.66 -0.74 0.62 NAFL 0.48 -1.58 1.22 NPF 0.75 -0.52 1.07 variasi 0.93 0.04 variasi 0.75 0.17 Scaterplot menginformasikan, walaupun beberapa individu terlihat tumpang tindih, namun berdasarkan karakter morfometrik sudah terlihat adanya pemisahan populasi, baik pada ikan belida jantan maupun betina. Hasil yang berbeda terlihat pada scaterplot karakter meristik, tidak terlihat adanya pemisahan populasi, sepertinya karakter morfometrik lebih tepat untuk membedakan populasi dibandingkan karakter meristik. Sharp et al. 1978 mengungkapkan karakter morfometrik lebih tepat dibandingkan karakter meristik untuk membedakan populasi. Menurut Barlow 1961, perbedaan- perbedaan ini disebabkan oleh fakta bahwa variasi dalam bentuk lebih terkait dengan faktor genetik sementara karakter meristik lebih banyak tergantung pada fluktuasi faktor lingkungan. Sifat alami data meristik yang terpisah juga mengurangi ketepatan dalam analisis statistik yang baik Ihssen et al. 1981. Observasi perbedaan morfometrik dan meristik dalam kajian ini sangat mungkin dipengaruhi baik gen dan lingkungan. Sehingga akan sangat bermanfaat untuk melakukan kajian genetik untuk pemahaman yang lebih baik tentang struktur populasi ikan belida di alam. A jantan B betina C jantan D betina Gambar 25. Plot individual ikan belida dan kelompok centroid kanonical variabel 1 dan 2 berdasarkan karakter morfometrik A dan B dan meristik C dan D Karakter morfometrik utama yang menghasilkan pemisahan populasi, pada ikan belida jantan adalah karakter lebar badan BW, sedangkan karakter panjang prepectoral PPEL sebagai karakter pembeda utama pada ikan belida betina Tabel 16. Untuk meristik, pada ikan belida jantan karakter pembeda utamanya adalah jumlah duri perut NVS dan karakter meristik jumlah sirip anal NAFL pada ikan belida betina, namun demikian tidak terlihat adanya pemisahan populasi, hasil yang sama juga terlihat pada analisis cluster, banyak terjadi missgroup ketika mencoba memisahkan populasi berdasarkan karakter meristik pada klasifikasi kelompok Tabel 17. Categori scaterplot untuk karakter morfometrik, baik pada ikan belida jantan dan betina tidak terlihat adanya pemisahan karakter yang jelas diantara individu ikan belida. Pemisahan populasi hanya terlihat antara populasi individu ikan belida dan ikan putak Gambar 26. Namun demikian karakter badan BW dan DL, sirip PPEL, PPVC, PPAL dan DFL dan kepala HD, HW, UJM, LJM, SNL dan AL menjadi karakter yang penting dalam membedakan populasi Tabel 16. Jantan Betina Jantan betina Gambar 26. Scater plot dan whiskerplot karakter morfometrik utama ikan belida jantan dan betina Pemisahan populasi ikan belida, terlihat memiliki pola pada ikan belida jantan Gambar 25. Individual ikan belida yang berasal dari lokasi sampling sekitar hulu Sungai Kampar Kutopanjang dan Teso terplotkan paling ke kiri scaterplot, sedikit lebih jauh dibandingkan dengan plot ikan belida yang berasal dari lokasi sampling sekitar hilir Sungai Kuala Tolam, Rantau Baru dan Langgam. Sepertinya permbeda yang paling jelas dan nyata adalah fungsi diskriminan pertama. Fungsi ini ditandai oleh karakter badan BW yang negatif, sirip PPELdan DFL yang positif dan karakter kepala yang positif HD dan LJM. Hal ini berarti, ikan belida yang berasal dari lokasi sampling hulu Sungai Kampar memiliki lebar badan semakin kecil lebar badan, semakin besar kepala dan semakin panjang sirip. Karakter badan terkait dengan kemampuan berenang, pada hulu Sungai kampar Teso memiliki karakteristik tipe habitat yang berarus, sehingga aktivitas renang diduga membentuk tubuh yang memanjang dibandingkan melebar. Variasi ukuran kepala sepertinya berhubungan dengan aktivitas menangkap dan memproses mangsa. Kepala yang lebih besar sepertinya cocok untuk mencerna mangsa yang masif seperti udang dan beberapa jenis ikan Gosline 1996. Terkait dengan sirip dan pelfic, Gosline 1996 telah mendokumentasikan sirip memiliki keuntungan proyeksi individu dalam kolom air dan mempertahankan elevasi ketika mereka tidak bergerak.  Analisis cluster dan Klasifikasi Populasi Tingkat klasifikasi benar yang diestimasi dari prosedur validasi silang untuk 18 karakter morfometrik fungsi diskriminan, untuk ikan belida jantan berkisar antara 50 sampai 100, dengan rata-rata 87.34. Sedangkan untuk ikan belida betina besarannya antara 60 sampai 100 dengan rata-rata 83.22. Sementara pada karakter meristik tingkat klasifikasi benar memiliki kisaran 0 – 100 dengan rata rata 50 Tabel 17. Terlihat pada klasifikasi dari karakter meristik tidak tepat untuk membedakan populasi. Kesamaan populasi yang ditunjukkan dari dendogram Gambar 27 yang dibentuk dari analisis cluster berdasarkan karakter morfometrik, terlihat pola heterogenitas pada ikan belida jantan berdasarkan lokasi geografis. Individu ikan belida yang berasal dari lokasi-lokasi sampling sekitar hilir Rantau Baru, Langgam dan Kuala Tolam memiliki tingkat kesamaan yang tinggi. Sebaliknya ikan belida yang berasal dari lokasi hulu Kutopanjang dan Teso, juga memiliki tingkat kesamaan yang tinggi. Berdasarkan karakter morfometrik, ikan belida jantan Sungai Kampar terlihat adanya struktur populasi. Tabel 17. Hasil klasifikasi analisis diskriminan karakter morfometrik dan meristik Kelompok N Persen benar Jumlah ikan yang diklsifikasikan dalam kelompok WD ST LG RB KT PU RK Analisis morfometrik Jantan Kutopanjang 10 90 9 1 Teso 7 85.71 6 1 Langgam 2 50 1 1 Rantau Baru 12 100 12 Kuala Tolam 7 85.71 1 6 Putak 9 100 9 Barito 10 100 10 Total 57 87.34 ── ── ── ── ── ── ── Betina Kutopanjang 6 83.33 5 1 Teso 5 80 1 4 Langgam 10 90 1 9 Rantau Baru 13 69.23 1 1 9 1 1 Kuala Tolam 10 60 3 6 1 Putak 9 100 9 Barito 10 100 10 Total 63 83.22 ── ── ── ── ── ── ── Analisis meristik Jantan Kutopanjang 10 40 4 5 1 Teso 7 3 1 3 Langgam 2 1 1 Rantau Baru 12 33.33 5 4 3 Kuala Tolam 7 14.25 1 1 5 Putak 9 88.89 8 1 Barito 10 100 10 Total 57 39.43 ── ── ── ── ── ── ── Betina Kutopanjang 6 16.67 1 1 2 2 Teso 5 1 1 3 Langgam 10 20 1 1 2 3 3 Rantau Baru 13 46.15 6 5 2 Kuala Tolam 10 20 1 1 1 2 4 Putak 9 88.89 8 1 Barito 10 80 1 1 8 Total 63 38.81 ── ── ── ── ── ── ── Dendrogram Kutopanjang Sungai Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Putak Barito 5 10 15 20 index A jantan Dendrogram Kutopanjang Sungai Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Putak Barito 10 20 30 40 50 60 index B betina Dendrogram Barito Putak Kuala Tolam Rantau Baru Langgam Sungai teso Kutopanjang 100 200 300 400 500 600 700 index C jantan Dendrogram Barito Putak Kuala Tolam Rantau Baru Langgam Sungai teso Kutopanjang 10 20 30 40 50 index D betina Gambar 27. Dendogram jarak kemiripan antar individual kelompok stasiun ikan belida berdasarkan karakter morfometrik A dan B dan meristik C dan D

b.3 Fluktuasi Asimetri Ikan Belida

Penurunan pertumbuhan dalam populasi ikan dapat disebabkan oleh menurunnya kualitas genetik. Leary et al. 1983 mengemukakan bahwa rendahnya kualitas genetik akan berakibat negatif terhadap sifat-sifat penting, antara lain menurunnya tingkat sintasan dan pertumbuhan. Fenomena ini dicirikan juga dengan meningkatnya individu yang asimetri dan abnormal. Hal ini terlihat pada perbedaan bentuk, ukuran, jumlah dan ciri-ciri morfologi yang lain pada organ tubuh berpasangan antara organ bagian kiri dan bagian kanan Wilkin et al. 1995. Menurut Van Valen 1962, adanya perbedaan fenotife pada individu untuk sifat meristik yang bilateral dapat menunjukkan fluktuasi asimetri, yaitu adanya perbedaan antara karakter sisi kiri dan sisi kanannya yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal. Histogram pada Gambar 28, menunjukkan karakter tapis insang yang mempunyai nilai fluktuasi asimetri bilangan 0.43 sampai 0.56 dengan rata-rata 0.51 lebih tinggi dibandingkan dengan karakter sirip dada 0.26 sampai 0.57 dengan rata-rata 0.43. Demikian pula pada Gambar 29, karakter tapis insang memiliki nilai fluktuasi asimetri besaran 0.50 sampai 0.67 dengan rata-rata 0.58 lebih tinggi dibandingkan dengan karakter sirip dada 0.29 sampai 0.67 dengan rata-rata 0.48. 0.47 0.53 0.29 0.50 0.26 0.56 0.57 0.43 0.53 0.53 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 Sirip Dada Tapis Insang B e sa ra n N il a i Fl u k tu a si A si m e tr i KT LG RB ST WD Ket: WD = ST = LG = RB = KT = Kutopanjang Teso Langgam Rantau Baru Kuala Tolam Gambar 28. Nilai fluktuasi asimetri bilangan number ikan belida dari lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar Selanjutnya pada Gambar 30, Ikan belida yang berasal dari lokasi sampling Kutopanjang memiliki nilai fluktuasi asimetri gabungan kedua karakter meristik bilateral overall, baik untuk besaran 1.33 maupun bilangan 1.07 yang paling besar. Sedangkan ikan belida yang berasal dari lokasi sampling Langgam mempunyai nilai fluktuasi asimetri yang paling rendah baik untuk besaran 0.88 maupun bilangan 0.79, dan ikan belida yang berasal dari Kuala Tolam 1.12 dan 1.00, Rantau Baru 0.96 dan 0.81 dan Teso 1.07 dan 1.00 diantara keduanya.