2 Aspek Morfologi Morfometrik dan Meristik  Pengambilan sampel ikan

Keterangan : Bi = Luas relung makanan kelompok ikan ke-i Pij = Proporsi organisme makanan ke-i yang dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-i Pada perhitungannya diperlukan suatu standarisasi agar nilai luas relung yang dihasilkan berkisar antara 0 – 1 dengan selang yang tidak terlalu besar dan nyata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan : B A = Standarisasi luas relung kisaran 0 – 1 B = Luas relung n = Jumlah seluruh organisme makanan yang dimanfaatkan » Index Stomach Content ISC Index stomach content atau konsumsi pakan relatif adalah nilai dari perbandingan berat isi lambung dengan berat tubuh ikan Spataru and Gophen diacu dalam Sulistiono 1998. Berat Isi Lambung ISC = X 100 Berat Tubuh » Penentuan Kelompok Ukuran Panjang Selang kelas ukuran ikan berdasarkan ukuran panjang total ditentukan dengan menggunakan perhitungan statistika menurut Walpole 1995 adalah sebagai berikut : N = 1 + 3.32 log n Keterangan : N = Jumlah kelas n = Jumlah ikan C = Lebar kelas Lmax = Panjang total ikan terbesar Lmin = Panjang total ikan terkecil

d. Pertumbuhan  Pengambilan sampel ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap tiga bulan sekali pada tahun 2009 yaitu pada bulan Mei, Agustus dan November yang mewakili musim kemarau Mei dan Agustus dan musim hujan November. Pada tahun 2010 dilakukan koleksi sampel setiap bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan November 2010. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat Lampiran 2. Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam Gambar 8 dan Lampiran 1. Panjang total ikan didapat dari pengukuran panjang tubuh ikan dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 milimeter. Berat ikan didapat dari penimbangan bobot ikan dalam kondisi bagian tubuh yang utuh menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram.  Analisa Pertumbuhan Ikan Belida » Hubungan Panjang-Berat Hubungan panjang-berat dapat diketahui dengan melihat hubungan panjang dan berat Effendie 1997 yaitu : Keterangan : W = Berat Ikan gram L = Panjang Ikan mm a, b = Konstanta Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga kedua parameter yang dianalisis, dengan hipotesis : a. b = 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang sejalan dengan pola pertumbuhan berat dan pola pertumbuhannya disebut isometrik. b. b ≠ 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tidak sejalan dengan pertumbuhan berat dan pertumbuhannya disebut allometrik. Bila b 3: pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang allometrik positif. Bila b 3: pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan berat allometrik negatif Kesimpulan dari nilai b yang diperoleh diuji dengan uji t pada kelas kepercayaan 95 α = 0,05. Hipotesis: a. H : b = 3 pola pertumbuan isometric b. H 1 : b ≠ 3 pola pertumbuhan allometrik Apabila t hitung t tabel maka terima H Apabila t hitung t tabel maka tolak H Keeratan hubungan antara panjang dan berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi r yang diperoleh. Nilai r mendekati 1 menunjukkan hubungan antara dua peubah tersebut kuat dan terdapat korelasi yang tinggi, akan tetapi apabila r mendekati 0 maka hubungan keduannya sangat lemah atau hampir tidak ada Walpole 1995. » Koefisien Pertumbuhan panjang Pertumbuhan panjang ikan dapat dihitung dengan menggunakan Model Von Bertalanffy dengan rumus sebagai berikut Sparre dan Venema 1999: 1 t t K t e L L      Keterangan: L t = Panjang ikan pada umur ke-t mm L ∞ = Panjang maksimal mm K = Koefisien pertumbuhan t 1  t = Umur hipotesis ikan pada panjang nol tahun Nilai L ∞ dan K didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam program FiSAT II. Nilai t dapat diduga dengan persamaan berikut Pauly 1984 dalam Sparre dan Venema 1999 : . Log –t = -0,3922 - 0,2752 Log L ∞ - 1,038 Log K Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis data frekuensi panjang. Data frekuensi panjang dianalisis dengan menggunakan program ELEFAN I Electronic Length Frequencys Analisis yang dikemas dalam paket program FiSAT II FAO-ICLARM Stock Assesment Tool. Ukuran panjang diasumsikan menyebar normal. Kelompok ukuran diperoleh dengan memisahkan data frekuensi panjang total ke dalam kelompok-kelompok dengan panjang total rata-rata tertentu serta simpangan bakunya. » Faktor Kondisi Faktor kondisi K dihitung berdasarkan pada panjang dan berat ikan sampel. Apabila nilai b = 3 pertumbuhan isometrik, maka faktor kondisi K TL dihitung menggunakan rumus sebagai berikut Effendie 1997: K TL = 3 5 10 L W Keterangan : K = Faktor kondisi W = Berat tubuh gram L = Panjang tubuh mm Namun jika b≠3 pertumbuhan tersebut bersifat allometrik, maka faktor kondisi K n dapat dihitung dengan rumus: K n = b aL W Keterangan : K n = Faktor kondisi relatif setiap ikan W = Berat ikan gram a, b = Konstanta L = Panjang total ikan mm » Mortalitas dan Laju Eksploitasi E Penentuan mortalitas total dengan menggunakan teknik Kuosien ZK dan modifikasinya dikembangkan oleh Boverton dan Holt 1957. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa sampel ikan diperoleh dari populasi yang stabil dengan penambahan baru dan laju mortalitas yang konstan, serta mengikuti model pertumbuhan von Bertalanffy. Nilai ZK dapat diduga jika nilai-nilai L ∞ , L c dan L diketahui dengan persamaan : atau jika L’ diketahui dapat digunakan rumus : K = Koefisien pertumbuhan pada persamaan von Bertalanffy L ∞ = Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy L = Rata-rata panjang ikan dalam kelompok umur tertentu L c = Panjang ikan pertama tertangkap alat L’ = Panjang ikan terkecil dalam sampel dengan jumlah sudah dapat diperhitungkan. Laju mortalitas alami M diduga menggunakan rumus empiris Pauly 1980 diacu dalam Sparre dan Venema 1999 : ln M = -0.0152-0,279 ln L ∞ + 0.6543 ln K + 0.463 ln T M = e lnM M = Mortalitas alami L ∞ = Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy T = Rata-rata suhu permukaan air o C Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan : F = Z – M Laju eksploitasi ditentukan dengan menbandingkan mortalitas penangkapan F terhadap mortalitas total Z Pauly, 1984 Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 diacu dalam Pauly 1984 adalah : F optimum = M dan E optumum = 0.5

e. Reproduksi

Penelitian reproduksi bertujuan untuk mengkaji reproduksi ikan belida yang meliputi perkembangan gonad secara morfologis dan histologis, ukuran ikan pertama kali matang gonad, musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan dan potensi reproduksi. Pengamatan diameter telur dan fekunditas dilakukan terhadap ikan belida betina yang sudah matang gonad.  Pengambilan sampel ikan Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap tiga bulan sekali pada tahun 2009 yaitu pada bulan Mei, Agustus dan November yang mewakili musim kemarau Mei dan Agustus dan musim hujan November. Pada tahun 2010 dilakukan koleksi sampel setiap bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan November 2010. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat Lampiran 2. Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam Gambar 8 dan Lampiran 1. Ikan belida diukur panjangnya menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm dan beratnya menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Selanjutnya ikan tersebut, langsung dibedah untuk melihat jenis kelamin dan tingkat kematangan gonadnya. Gonad diambil, dipisahkan antara gonad ikan jantan dan gonad ikan betina lalu diawetkan dengan formalin 5, selanjutnya gonad tersebut dianalisis di laboratorium.  Pengamatan gonad ikan sampel di laboratorium Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan di laboratorium adalah alat bedah, botol sampel, penggaris dengan ketelitian 1 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0.005 gram, cawan petri, mikroskop dengan mikrometer objektif dan okuler, gelas objek dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan belida, alkohol 99, formalin 5 dan larutan bouin untuk memfiksasi gonad ikan yang akan dibuat preparat histologisnya. Gonad yang telah diawetkan dengan formalin dikeringkan dengan tissue, kemudian ditimbang berat gonadnya menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.005 gram. Gonad yang akan diamati fekunditas dan diameter telurnya adalah gonad yang memiliki TKG III dan TKG IV. Tingkat kematangan gonad secara morfologis untuk ikan belida jantan dan betina dianalisis berdasarkan modifikasi Cassie Effendie 1992 Tabel 3. Tingkat kematangan gonad ikan belida dideskripsikan berdasarkan hasil pengamatan langsung dengan merujuk tingkat kematangan gonad sesuai modifikasi Cassie Effendie 1992. Penentuan fekunditas dilakukan dengan cara mengambil bagian anterior, tengah dan posterior gonad ikan betina. Gonad contoh ditimbang, kemudian dihitung jumlah telur yang ada pada gonad contoh tersebut. Untuk pengukuran diameter telur dilakukan dengan mengambil contoh 100 butir setiap ikan, lalu dengan menggunakan mikrometer okuler dan objektif dan selanjutnya diukur diameternya.