bagian kanan Wilkin et al. 1995. Menurut Van Valen 1962, adanya perbedaan fenotife pada individu untuk sifat meristik yang bilateral dapat menunjukkan fluktuasi
asimetri, yaitu adanya perbedaan antara karakter sisi kiri dan sisi kanannya yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari
ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal. Histogram pada Gambar 28, menunjukkan karakter tapis insang yang mempunyai
nilai fluktuasi asimetri bilangan 0.43 sampai 0.56 dengan rata-rata 0.51 lebih tinggi dibandingkan dengan karakter sirip dada 0.26 sampai 0.57 dengan rata-rata 0.43.
Demikian pula pada Gambar 29, karakter tapis insang memiliki nilai fluktuasi asimetri besaran 0.50 sampai 0.67 dengan rata-rata 0.58 lebih tinggi dibandingkan dengan
karakter sirip dada 0.29 sampai 0.67 dengan rata-rata 0.48.
0.47 0.53
0.29 0.50
0.26 0.56
0.57 0.43
0.53 0.53
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60
Sirip Dada Tapis Insang
B e
sa ra
n N
il a
i Fl
u k
tu a
si A
si m
e tr
i
KT LG
RB ST
WD
Ket:
WD = ST =
LG = RB =
KT =
Kutopanjang Teso
Langgam Rantau Baru
Kuala Tolam
Gambar 28. Nilai fluktuasi asimetri bilangan number ikan belida dari lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar
Selanjutnya pada Gambar 30, Ikan belida yang berasal dari lokasi sampling Kutopanjang memiliki nilai fluktuasi asimetri gabungan kedua karakter meristik bilateral
overall, baik untuk besaran 1.33 maupun bilangan 1.07 yang paling besar. Sedangkan ikan belida yang berasal dari lokasi sampling Langgam mempunyai nilai
fluktuasi asimetri yang paling rendah baik untuk besaran 0.88 maupun bilangan 0.79, dan ikan belida yang berasal dari Kuala Tolam 1.12 dan 1.00, Rantau Baru 0.96 dan
0.81 dan Teso 1.07 dan 1.00 diantara keduanya.
0.59 0.53
0.29 0.58
0.30 0.67
0.57 0.50
0.67 0.67
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60 0.70
Sirip Dada Tapis Insang
B e
sa ra
n N
il a
i Fl
u k
tu a
si A
si m
e tr
i
KT LG
RB ST
WD
Ket:
WD = ST =
LG = RB =
KT =
Kutopanjang Teso
Langgam Rantau Baru
Kuala Tolam
Gambar 29. Nilai fluktuasi asimetri besaran mugnitute ikan belida dari lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar
1.00 1.12
0.79 0.88
0.81 0.96
1.00 1.07
1.07 1.33
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
Bilangan Besaran
B e
sa ra
n N
il a
i Fl
u k
tu a
si A
si m
e tr
i
KT LG
RB ST
WD
Ket:
WD = ST =
LG = RB =
KT =
Kutopanjang Teso
Langgam Rantau Baru
Kuala Tolam
Gambar 30. Nilai keseluruhan fluktuasi asimetri bilangan number dan besaran mugnitute ikan belida dari lima stasiun pengambilan sampel di Sungai
Kampar
Tingginya fluktuasi asimetri pada karakter tapis insang kemungkinan disebabkan oleh lebih banyaknya fungsi tapis insang, yang antara lain berperan dalam proses
osmoregulasi, respirasi, metabolisme dan ekskresi bahan-bahan yang tidak berguna, dibandingkan dengan fungsi sirip dada yang hanya untuk bergerak berenang.
Beragamnya fungsi tapis insang tersebut mengakibatkan tapis insang lebih peka terhadap berbagai perubahan dalam proses perkembangannya Nurhidayat dkk. 2003. Handoyo
2002, menyatakan tingginya nilai fluktuasi asimetri jumlah tapis insang dikarenakan faktor genetik, yaitu akibat organ tapis insang mendapat prioritas energi yang lebih kecil
dalam perkembangannya sewaktu proses organogenesis dibandingkan dengan karakter meristik bilateral yang lain. Wilkins et al. 1995 pada pengamatan asimetri ikan salmon
dan trout memperoleh hasil yang sama, yaitu nilai fluktuasi asimetri bilangan dan besaran karakter tapis insang 0.65 dan 0.86 lebih besar dari karakter sirip dada 0.32 dan 0.58.
Hasil yang sama diperoleh oleh Nurhidayat dkk. 2003, pada pengamatan ikan lele dumbo, nilai fluktuasi asimetri bilangan dan besaran karakter tapis insang 0.79 sampai
0.96 lebih besar dari karakter sirip dada 0.34 sampai 0.64. Fluktuasi asimetri semakin meningkat dengan meningkatnya homozigositas,
hibridisasi, inbreeding, mutasi, kondisi fisik yang ekstrim dan pencemaran atau kerusakan habitat Leary and Allendorf 1989; Clarke 1995. Tingginya nilai fluktuasi asimetri pada
ikan belida yang berasal dari ke lima lokasi sampling tersebut kemungkinan adalah akibat silang-dalam yang kuat pada beberapa generasi ikan belida. Tekanan silang dalam yang
kuat dapat diakibatkan oleh perkawinan sekerabat dan pengunaan jumlah induk yang terbatas dalam setiap pemijahan Hardjamulia 1999.
Tingginya nilai fluktuasi asimetri ikan belida yang berasal dari stasiun Kutopanjang menunjukkan tingkat homozigositas yang tinggi dan induk-induk Ikan
belida yang berasal dari lokasi sampling Kutopanjang sangat dekat hubungan kekerabatannya karena terkungkung dalam satu sistem waduk sehingga tekanan silang
dalamnya paling tinggi. Sementara pada lokasi sampling Langgam, Induk-induk ikan belida yang memijah berasal dari semua lokasi sampling di sepanjang aliran Sungai
Kampar sehingga kemungkinan lebih jauh kekerabatannya dan hal ini berimplikasi pada rendahnya nilai fluktuasi asimetri.
c. Makanan Struktur Anatomis Saluran Pencernaan
Struktur anatomis saluran pencernaan pada ikan dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan pola kebiasaan makanannya. Kebiasaan makanan pada ikan seringkali
dihubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologis dari tengkorak, rahang, dan alat pencernaan makanannya Effendie 1997. Menurut Affandi
dkk. 2005, secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh dan kebiasaan makan. Dalam hal ini, kebiasaan makanan yang terkait dengan
kategori ikan, kebiasaan makanan yang terkait dengan tingkah laku makan dan umur stadia hidup ikan.
Berdasarkan struktur alat pencernaannya, ikan belida memiliki lambung yang nyata, berdinding tebal dan berbentuk kantung untuk menampung makanan Gambar 31.
Panjang usus ikan belida relatif lebih pendek dibandingkan dengan panjang tubuhnya dengan kisaran nilai indeks panjang usus relatif berkisar antara 0.2707-0.978 dengan rata-
rata sebesar 0.56. Menurut Affandi dkk. 2005, panjang usus ikan karnivora umumnya lebih pendek dibanding panjang total tubuhnya. Hal ini terkait dengan proses pencernaan
yang relatif lebih cepat karena makanannya berupa daging.
Gambar 31. Struktur anatomis saluran pencernaan ikan belida Tapis insang merupakan bagian organ insang yang berfungsi untuk penyaringan
dan pengambilan makanan. Tapis insang ikan belida sedikit, pendek dan kaku Gambar 32 dan tidak berfungsi sebagai alat penyaring makan.
Gambar 32. Struktur anatomis insang ikan belida
Menurut Nikolsky 1963, panjang usus relatif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnívora antara 1
– 3, sedangkan untuk ikan herbívora 3. Berdasarkan struktur anatomis saluran pencernaan lambung dan usus, panjang usus relatif dan
struktur insang maka ikan belida dikategorikan sebagai ikan karnivora, seperti halnya disampaikan oleh Sarkar et al. 2008; Adjie dkk. 1999.
Komposisi makanan ikan belida Chitala lopis
» Komposisi makanan ikan belida secara umum
Pengamatan makanan ikan belida hanya dilakukan pada bagian lambung karena diasumsikan organisme makanan pada bagian ini belum tercerna sempurna, sehingga
organisme makanan lebih mudah diidentifikasi. Dari 176 ekor ikan belida yang dianalisis terdapat 153 ekor ikan belida yang lambungnya berisi dan 23 ekor ikan belida yang
lambungnya kosong. Makanan ikan belida secara umum didapatkan sebanyak 8 kelompok jenis organisme makanan, yang terdiri dari ikan, udang, bahan tumbuhan,
insekta, cacing, bentos, batu kerikil, dan bahan makanan tidak teridentifikasi Gambar 33. Jenis makanan ikan belida tidak jauh berbeda dengan penelitian Adjie dan Utomo
1994 dan Adjie dkk. 1999 yang menyatakan bahwa ikan belida mengkonsumsi
makanan berupa ikan, udang, bahan tumbuhan, insekta, cacing dan bentos.
81.98
7.80 7.94
0.31 0.37
0.13 0.23
1.24 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
ik an
ud an
g ba
ha n
tu m
bu ha
n in
sek ta
ca ci
ng ben
to s
ba tu
k er
ik il
tid ak
ter id
en tif
ik as
i
Organisme Makanan ml Inde
k s
B a
g ia
n T
e rbe
sa r
Gambar 33. Komposisi makanan ikan belida secara umum N = 153 Secara umum, ikan merupakan makanan utama ikan belida karena dikonsumsi
dalam jumlah yang banyak 81.98, berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Nikolsky
1963. Menurut Effendi 1997 faktor-faktor yang menentukan suatu spesies ikan dalam mengkonsumsi makanan adalah ketersediaan makanan, rasa, ukuran makanan, warna,
tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan. Bahan makanan ikan belida yang berupa bahan tumbuhan dan udang
dikategorikan sebagai makanan pelengkap makanan yang terdapat dalam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit. Bahan tumbuhan merupakan sumber karbohidrat bagi ikan.
Menurut Affandi dkk. 2009 karbohidrat dapat berasal dari tumbuhan zat tepung, serat, selulose dan fruktosa. Karena ikan tidak memiliki kelenjar liur salivary gland,
pencernaan karbohidrat dimulai dibagian lambung. Melalui mekanisme pencernaan makanan selanjutnya karbohidrat akan dirubah menjadi glukosa, dalam bentuk glukosa
ini karbohidrat dapat diserap oleh dinding sel usus enterosit. Keberadaan bahan tumbuhan sebagai sumber karbohidrat pada ikan carnivora ikan gabus juga di laporkan
oleh Seshandri dalam Kapoor et al. 1975. Makanan tambahan ikan belida berupa insekta, cacing, bentos, batu kerikil dan bahan tidak teridentifikasi. Makanan tambahan
yaitu makanan yang jarang ditemukan dalam saluran pencernaan dan jumlahnya sangat sedikit Nikolsky 1963.
» Komposisi makanan ikan belida berdasarkan jenis kelamin
Pola kebiasaan makanan ikan belida dianalisis melalui pendekatan perbedaan jenis kelamin, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan komposisi
makanan yang dimanfaatkan oleh ikan belida jantan dan betina. Setelah proses standarisasi membandingkan ikan belida jantan dan betina pada kelompok ukuran,
stasiun, musim dan TKG yang sama, di peroleh kesimpulan bahwa pada ikan belida betina, konsumsi krustasea udang memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan
ikan belida jantan, Gambar 34. Hal ini dikarenakan ikan belida betina lebih banyak membutuhkan kolesterol. Zat kolesterol diperlukan untuk merangsang pembentukan
hormon steroid yang berperan dalam proses pematangan gonad dan vitolegenesis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikan belida betina mengkonsumsi krustasea yang banyak
mengandung kolesterol.
Belida Jantan
77.50 12.85
2.31 0.45
0.15 0.41
0.00 6.33
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
ik an
ud an
g ba
ha n
tu m
bu ha
n in
sek ta
ca ci
ng ben
to s
ba tu
k er
ik il
tid ak
ter id
en tif
ik as
i
Organisme Makanan ml Inde
k s
B a
g ia
n T
e rbe
sa r
Belida Betina
72.93 22.32
4.55 0.08
0.00 0.13
0.00 0.00
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
ik an
ud an
g ba
ha n
tu m
bu ha
n in
sek ta
ca ci
ng ben
to s
ba tu
k er
ik il
tid ak
ter id
en tif
ik as
i
Organisme Makanan ml Inde
k s
B a
g ia
n T
e rbe
sa r
Gambar 34. Komposisi makanan ikan belida berdasarkan jenis kelamin. Ikan belida jantan n = 7, ikan belida betina n=6.
» Komposisi makanan ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan ukuran
Pola kebiasaan makanan ikan belida dianalisis melalui pendekatan perbedaan ukuran panjang totalnya, agar dapat diketahui apakah terjadi perubahan komposisi
makanan pada saat ikan belida berukuran kecil hingga besar. Análisis komposisi makanan ikan belida berdasarkan kesamaan kelompok ukuran merupakan pendekatan pertama
untuk mengetahui perubahan komposisi makanannya yang didasarkan pada faktor dari dalam ikan itu sendiri, yaitu perubahan ukuran karena pertambahan umur ikan.
Komposisi makanan ikan belida berdasarkan ukuran, pada ikan jantan terlihat kecendrungan konsumsi krustasea yang semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya ukuran ikan belida, namun pola ini tidak terlihat pada ikan betina Gambar 35. Makanan ikan belida berupa krustasea, ditemukan pada berbagai ukuran kecil,
sedang dan besar baik ikan belida jantan dan betina. Ada kecenderungan semakin besar ukuran ikan belida, konsumsi pakan krustasea semakin meningkat. Hal ini terkait dengan
ukuran bukaan mulut, energi dan kemampuan pergerakan ikan belida. Analisis komposisi makanan berdasarkan ukuran tanpa membedakan jenis kelamin, memperlihatkan
makanan berupa ikan memiliki nilai persentase IP terbesar pada seluruh ukuran Gambar 36.
Ikan Belida Jantan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kecil n=45 Sedang n=17
Besar n=2
Ukuran Ikan Belida In
d e
k s
B a
g ia
n T
e rb
e s
a r
tidak teridentifikasi batu kerikil
bentos cacing
insekta bahan tumbuhan
udang ikan
Ikan Belida Betina
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kecil n=63 Sedang n=19
Besar n=9
Ukuran Ikan Belida In
d e
k s
B a
g ia
n T
e rb
e s
a r
tidak teridentifikasi batu kerikil
bentos cacing
insekta bahan tumbuhan
udang ikan
Gambar 35. Komposisi makanan ikan belida berdasarkan jenis kelamin pada tiga kelompok ukuran. ukuran kecil 401
– 610 mm, ukuran sedang 611 – 750 mm, ukuran besar 750
– 960 mm.
Ikan Belida
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kecil n=108 Sedang n=36
Besar n=9
Ukuran Ikan Belida In
d e
k s
B a
g ia
n T
e rb
e s
a r
tidak teridentifikasi batu kerikil
bentos cacing
insekta bahan tumbuhan
udang ikan
Gambar 36. Komposisi makanan ikan belida berdasarkan kelompok ukuran
Ikan belida berukuran besar memiliki ukuran bukaan mulut besar sehingga mangsa yang berukuran relatif besar seperti udang yang biasanya relatif besar mampu
dimakan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Affandi dkk. 2009 bahwa ukuran makanan yang dapat dimakan oleh suatu jenis ikan ditentukan oleh ukuran bukaan
mulutnya. Ketika ukuran makanannya terlalu besar maka kemungkinan akan di muntahkan lagi, ukuran makanan yang ideal untuk dikonsumsi biasanya 30-50 dari
ukuran bukaan mulut. Terkait dengan energi, ikan belida yang lebih besar lebih
membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga memakan makanan yang ukurannya besar. Selain itu, semakin besar ikan maka kebutuhan akan makanan disesuaikan dengan
kebutuhan yang berkaitan dengan proses perkembangan gonad Effendie 2002, kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan mengkonsumsi krustasea. Sifat krustasea yang
merupakan organisme dasar, menyebabkan ikan belida berukuran besar relatif lebih mampu menjangkau mangsa yang berupa krustasea di dasar perairan, sehingga pesentase
makan berupa krustase besar. »
Komposisi makanan ikan belida berdasarkan jenis kelamin dan musim Konsumsi krustasea pada ikan belida betina berukuran besar di musim kemarau
memiliki nilai persentase IP yang paling besar, namun demikian pola ini tidak terlihat pada ikan belida jantan, Gambar 37. Analisis komposisi makanan berdasarkan musim
tanpa membedakan jenis kelamin, memperlihatkan secara umum ada kecenderungan konsumsi krustasea meningkat pada musim kemarau, persentase konsumsi krustasea
meningkat dengan semakin besar ukuran ikan belida, namun pola ini tidak telalu jelas pada musim peralihan. Pada musim hujan bahkan tidak terlihat, Gambar 38.
Adanya variasi dan jenis makanan setiap musim terkait dengan jumlah makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie 1997, bahwa jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh suatu spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu. Pada musim kemarau ketersediaan makanan berupa ikan jumlahnya tidak melimpah
karena ikan belum melakukan pemijahan, sehingga ikan belida bergerak ke dasar perairan untuk mengkonsumsi krustasea. Khusus ikan belida besar, memiliki persentase konsumsi
krustasea yang besar pada musim kemarau. Di duga ikan belida besar memiliki kesesuaian dalam menangkap mangsa krustasea di dasar perairan. Menurut Affandi dkk.
2009 ukuran bukaan mulut, struktur gigi, daya hisap mulut dan kecepatan berenang sangat menentukan keberhasilan penangkapan mangsa pengambilan makanan.