Hasil Ekstrak Komponen Bioaktif Didemnum molle

ekstrak metanol memiliki warna hijau tua. Hasil ekstrak menggunakan ketiga jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda sehingga menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda-beda. Tabel 5 menunjukkan bahwa rendemen dengan pelarut polar metanol memiliki nilai yang cukup tinggi dibanding pelarut lainnya. Menurut Rivai 1995, pelarutan zat-zat yang tak bermuatan nonpolar itu tidak penting karena zat-zat bermuatan polar inilah umumnya yang terlibat dalam reaksi-reaksi untuk pemeriksaan kimia. Penggunaan pelarut metanol yang merupakan salah satu pelarut polar akan lebih banyak terjadi reaksi-reaksi yang menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks yang terikat secara kimia sehingga rendemennya lebih banyak dibandingkan dengan pelarut lainnya. Pelarut etil asetat yang merupakan pelarut semi polar memiliki rendemen lebih besar dibanding pelarut n- heksan nonpolar, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin polar suatu pelarut maka semakin banyak senyawa kompleks yang terbentuk sehingga menghasilkan rendemen ekstrak yang lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, hasil ekstrak metanol pada penelitian ini sangat tinggi mencapai 68 yang diakibatkan karena hasil evaporasi berupa cairan pekat, diduga kadar air dalam hasil ekstrak tersebut masih tinggi. Menurut Rivai 1995 menyatakan bahwa semakin polar suatu pelarut maka kecenderungan dalam membentuk air akan semakin tinggi. sehingga hasil ekstrak metanol akan memiliki kadar air yang jauh lebih tinggi dibanding pelarut lainnya. 36

4.4. Uji Fitokimia

Hasil ekstrak Didemnum molle menggunakan tiga pelarut yang berbeda, yaitu n-heksan nonpolar, etil asetat semi polar, dan metanol polar diuji komponen bioaktifnya menggunakan uji fitokimia. Hasil uji fitokimia ekstrak Didemnum molle disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Didemnum molle [Keterangan : +++ sangat kuat, ++ kuat, + lemah, - tidak terdeteksi] Jenis Uji Jenis Pelarut Standar Warna n-Heksan Etil Asetat Metanol 1 2 1 2 1 2 Alkaloid a. Dragendroff b. Meyer c. Wagner - - - - - + - - - - - + ++ + + - + ++ Endapan merah atau jingga Endapan putih Endapan coklat Triterpenoid - - - - - - Kerak merah atau ungu Steroid - - - - + Kerak hijau atau biru Flavonoid - - ++ - - - Lapisan amil alkohol warna jingga atau kuning Tanin - - - - - - Warna hitam kehijauan Saponin - - - - - - Terbentuk busa Kuinon - - - - - - Warna merah Tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa Didemnum molle memiliki beberapa kandungan senyawa yang terdeteksi dalam uji fitokimia. Dari tujuh senyawa yang diuji, terdeteksi ada tiga senyawa yang terkandung pada sampel Didemnum molle, yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, dan steroid. Banyaknya senyawa yang tidak terdeteksi diduga sebagai akibat dari sampel basah Didemnum molle yang diekstraksi kemudian dievaporasi hingga dalam bentuk cairan pekat ini masih memiliki kadar air yang masih tinggi. Pada penelitian ini, dari tiga senyawa yang terdeteksi dalam analisis fitokimia, dipilih hasil ekstrak metanol sebagai hasil ekstrak terbaik dikarenakan senyawa alkaloid yang terdeteksi lebih kuat dibanding yang lain. Menurut Sirait 37 2007, alkaloid adalah golongan terbesar dari senyawa hasil metabolisme sekunder yang terbentuk. Berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam stuktur alkaloid, alkaloid terbagi menjadi beberapa golongan dengan fungsi yang berbeda. Selain itu, yang menjadi pertimbangan digunakannya senyawa alkaloid tersebut ialah pernyataan McClintock dan Baker 2001 yang mengemukakan bahwa salah satu ascidian yang berpotensi sebagai antifouling adalah Eudistoma olivaceum yang memiliki senyawa alkaloid eudistomin.

4.5. Uji Aktivitas Antifouling

Uji aktivitas antifouling dilakukan dengan mencampurkan cat dengan hasil ekstrak terbaik yang diperoleh dari hasil uji fitokimia sebelumnya. Adapun hasil uji fitokimia yang terbaik ialah hasil ekstrak dengan pelarut metanol. Setelah ditentukan hasil ekstrak terbaik tersebut, kemudian pencampuran dengan cat dilakukan dengan komposisi-komposisi tertentu yang kemudian dioleskan pada substrat buatan. Adapun penentuan lokasi penempelan substrat buatan ini meliputi area dermaga yang banyak ditemukan macrofouling teritip ialah di Pulau Karya. Hasil uji aplikasi lapang penempelan microfouling dan macrofouling pada substrat yang telah dilakukan selama 1 bulan disajikan pada Gambar 10 sampai Gambar 14.