yang menyebabkan saponin dapat dimanfaatkan sebagai racun ikan. Saponin yang beracun disebut sapotoksin Sirait, 2007.
Adapun cara untuk menguji keberadaan flavonoid, tanin, dan saponin dengan cara menyediakan sampel sebanyak 2 ml yang dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambah akuades hingga 2 kali tinggi sampel. Setelah itu, sampel tersebut dipanaskan beberapa saat dan dibagi menjadi tiga untuk
menguji keberadaan flavonoid, tanin, dan saponin. Cara untuk menguji keberadaan flavonoid dengan cara menambahkan
sedikit serbuk magnesium, HCl pekat, dan amil alkohol ke dalam sampel. Kemudian dihomgenisasi dan akan terlihat lapisan amil alkohol pada bagian atas.
Hasil uji positif sampel mengandung flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga atau kuning pada lapisan amil alkohol.
Cara untuk menguji keberadaan tanin dengan cara menambahkan 3 tetes FeCl
3
10 ke dalam sampel, kemudian dihomogenisasi. Hasil uji positif sampel mengandung tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kehijauan.
Cara untuk menguji keberadaan saponin dengan cara mengocok kuat sampel yang telah disiapkan sebelumnya. Hasil uji positif sampel mengandung saponin
ditunjukkan dengan terbentuknya busa atau buih yang stabil sekitar 15 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N.
d. Uji Kuinon
Kuinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar. Kuinon dapat diidentifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi empat kelompok,
yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama umumnya terhidroksilasi dan sering terdapat dalam sel sebagai
20
glikosida atau dalam bentuk kuinon tanpa warna, dan juga bentuk dimer. Isoprenoid kuinon terlihat dalam respirasi sel ubikuinon dan fotosintesis
plastokuinon yang secara umum terdapat dalam tumbuhan Suradikusumah, 1989.
Adapun cara untuk menguji keberadaan kuinon dengan cara mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan metanol 2 ml, dan dipanaskan
selama beberapa saat. Setelah itu, ditambahkan NaOH 10 1 ml. Hasil uji positif sampel mengandung kuinon ditunjukkan dengan terbentuknya warna
merah.
3.8. Uji Aktivitas Antifouling
Uji aktivitas antifouling dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama ialah percampuran cat dengan hasil ekstrak Didemnum molle yang terbaik dari hasil uji
fitokimia. Setelah dilakukan pencampuran, cat tersebut dioleskan pada substrat yang telah disiapkan sebelumnya menggunakan kuas. Kemudian substrat tersebut
ditanam di perairan yang banyak dijumpai biota penempel khususnya teritip, salah satunya di area dermaga yang menjadi tempat singgahnya kapal. Lokasi
penanaman substrat pada penelitian ini ialah di tiang-tiang dermaga Pulau Karya, dengan cara mengikatkan substrat buatan pada tiang-tiang tersebut. Pengamatan
aktivitas antifouling dilakukan selama 1 bulan dengan melihat berapa banyak biota penempel dan apa saja yang menempel pada substrat setiap minggunya.
Semua jenis substrat yang telah dibuat mengalami 5 perlakuan yang dibedakan dari komposisi bahan cat dan hasil ekstrak, yaitu 100 diolesi bahan
cat P
1
; 75 bahan cat ditambah 25 hasil ekstrak P
2
; 50 bahan cat ditambah 21