4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Struktur Komunitas Ascidian
Pengambilan data jenis dan jumlah dari masing-masing spesies di semua stasiun pengamatan dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas ascidian di
perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Diagram mengenai komposisi famili dari seluruh stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Komposisi Famili Ascidian di Lokasi Penelitian
Di perairan Kepulauan Seribu, khususnya di perairan sekitar Pulau Pramuka ditemukan 19 spesies dari 6 famili ascidian, dengan spesies dominan Didemnum
molle n = 790 individu dari Famili Didemnidae. Hal tersebut menunjukkan bahwa spesies Didemnum molle sangat adaptif sesuai dengan pengamatan jangka
panjang yang dilakukan oleh Yayasan TERANGI pada tahun 2005-2009 Setyawan et al., 2011 menyatakan bahwa spesies Didemnum molle termasuk ke
Ascidiidae, 1 Diazonidae, 165
Didemnidae, 945 Polycitoridae, 93
Polyclinidae, 1 Styelidae, 8
dalam 10 jenis makrobentos dengan kepadatan tertinggi urutan kelima di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKpS. Data yang diperoleh
kemudian diolah untuk mengetahui korelasi struktur komunitas ascidian berdasarkan nilai Kepadatan, Indeks Keanekaragaman H
’ dan Indeks Keseragaman E.
4.1.1. Kepadatan Ascidian
Hasil pengamatan yang dilakukan di lima stasiun penelitian ini memiliki kepadatan yang berbeda-beda, sebagaimana disajikan dalam pada Tabel 3.
Tabel 3. Kepadatan Ascidian di Kepulauan Seribu
[Keterangan: - tidak ditemukan adanya jenis ascidian tertentu]
Stasiun Spesies
Kepadatan indm
2
Total 3m
6m 9m
12m
1 Didemnum molle
Polycarpa argentata Didemnum sp.
Clavelina robusta Clavelina flava
Leptoclinides reticulatus Clavelina moluccensis
Clavelina obesa Rhopalaea sp.
Pseudodistoma fragilis Aplidium breviventer
Lissoclinum patella 11,00
0,33 0,33
- -
- -
- -
- -
- 5,67
- -
1,00 1,00
0,67 2,33
- 2,00
- -
- 2,67
- -
0,33 -
1,00 -
2,33 6,67
0,33
- -
1,33 -
- -
-
2,67 -
- 21,67
- 0,33
0,33 20,67
0,33 0,33
1,33 1,00
4,34 2,33
2,33
30,34 0,33
0,33 0,33
Jumlah 11,66
12,67 13,33
26,33 63,99
2 Didemnum molle
Rhopalaea sp. Didemnum sp.
Clavelina cyclus 41,33
7,00 -
- 18,67
- -
- 6,33
4,67 1,67
13,67 13,00
8,00 -
- 79,33
19,67 1,67
13,67
Jumlah 48,33
18,67 26,34
21,00 114,34
3 Didemnum molle
Clavelina flava Diplosoma virens
Polycarpa argentata Didemnum mosleyi
Polycarpa captiosa Didemnum rubeum
Phallusia sp. Rhopalaea sp.
11,33 0,33
- -
- -
- -
- -
- 7,67
1,00 0,33
0,33
- -
- 2,67
- 8,00
- 3,33
0,67 2,33
- 5,00
- -
-
0,33 1,00
- 0,67
0,33 -
14,00 0,33
15,67 1,33
4,66 1,00
3,00 0,33
5,00 30
Stasiun Spesies
Kepadatan indm
2
Total 3m
6m 9m
12m Jumlah
11,66 9,33
22,00 2,33
45,32
4 Didemnum molle
35,67 23,33
15,67 13,67
88,34
Jumlah 35,67
23,33 15,67
13,67 88,34
5 Didemnum molle
Didemnum mosleyi Clavelina sp.
Didemnum sp. 14,33
0,33 9,67
- 7,33
16,67 -
3,67 14,00
- -
1,00 25,33
- -
- 60,99
17,00 9,67
4,67
Jumlah 24,33
27,67 15,00
25,33 92,33
Tabel 3 menunjukkan bahwa kepadatan ascidian di setiap stasiun pada masing-masing kedalaman berbeda-beda. Kepadatan tertinggi terdapat di Stasiun
2 pada kedalaman 3 meter, sedangkan yang terendah terdapat di Stasiun 3 pada kedalaman 12 meter. Stasiun 2 terletak di Selatan Pulau Panggang yang memiliki
kondisi perairan tampak jernih dengan penutupan karang lunak dan karang keras yang cukup tinggi. Perairan di Timur Gosong Sekati merupakan stasiun
pengamatan ketiga Stasiun 3 dengan kondisi tutupan karang terumbu yang tergolong buruk, serta didominasi substrat pasir dan patahan karang.
Menurut Colin dan Arneson 1995, ascidian umumnya dijumpai di habitat karang terumbu, baik yang didominasi karang hidup maupun yang sudah mati,
sedangkan pada substrat pasir, lumpur, dan patahan karang keragaman ascidian berkurang dan hanya ditempati oleh jenis-jenis tertentu. Adanya perbedaan
kedalaman bukan menjadi faktor utama yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kepadatan ascidian. Hal tersebut terlihat dari variabilitas nilai kepadatan yang
tinggi untuk komunitas ascidian dari masing-masing kedalaman.
4.1.2.Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Ascidian
Berdasarkan jumlah spesies dan jumlah individu pada setiap stasiun pengamatan, maka dihasilkan nilai Indeks Keanekaragaman H
’ dan Indeks 31