Pola Adaptasi Sebagai Bentuk Penyesuaian Pedagang dalam

melaporkan keluhan dapat melaporkan kepada kordinator bagian yang terkait. Sedangkan untuk pengelola yang di kantor PD Pasar Induk bertugas untuk pemeliharaan kebersihan dan fasilitas pasar, menyediakan penerangan listrik, serta mengurus berkas dan registrasi calon pedagang baru yang ingin menyewa kios untuk berjulan di lokasi Pasar Induk, Lau Cih Medan Tuntungan. 86. Yanto Lk, 23 Tahun Adalah seorang juru parkir yang bertugas di Pasar Induk, Lau Cih. Beliau sudah bekerja di Pasar Induk sejak tahun 2009 saat masih pekerjaan pembangunan Pasar Induk. Dulunya, informan tersebut bekerja sebagai tukang bangunan di Pasar Induk, namun setelah Pasar Induk mulai dioperasikan sebagai pusat pasar, beliau menjadi petugas juru parkis di Pasar Induk, Lau Cih.

4.2 Pola Adaptasi Sebagai Bentuk Penyesuaian Pedagang dalam

Mengembangkan Usaha di Pasar Induk, Lau Cih Pola adaptasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu pada saat memasuki atau mendiami suatu lokasi baru yang belum pernah didiami sebelumnya. Adaptasi yang dilakukan bertujuan agar dapat menyesuaikan diri dan bertahan di tempat yang baru. Adaptasi yang dilakukan dapat membantu seseorang atau kelompok tertentu agar diterima di lingkungan yang baru. Untuk itu keberhasilan suatu penyesuan pada lingkungan yang baru dapat dilihat dari upaya dan usaha yang dilakukannya untuk bisa tetap bertahan. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung bagaimana teknik atau cara pihak tersebut melakukan penyesuaian. Universitas Sumatera Utara Menurut Suparlan Suparlan,1993 : 2 ada tiga syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan kehidupan. Salah satu syaratnya meliputi syarat dasar sosial manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dan lain-lain. Syarat dasar sangat diperlukan pedagang untuk dapat bertahan survive dalam menjalankan peran nya sebagai pelaku dalam pasar. Adaptasi yang terjadi pada pedagang di Pasar Induk meliputi berinteraksi dengan pembeli, pekerja jasa becak, dan pengelola pasar dengan menggunakan bahasa daerah Karo, menjalin hubungan kerjasama dengan sesama pedagang, serta menjalin hubungan kerjasama dengan pengelola Pasar Induk, Lau Cih. Adaptasi di lingkungan kerja dalam hal ini Pasar Induk, pedagang harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pasar sehingga dapat diterima dan dapat terus berthn menjlnkan perannya sebagai pedagang. Adaptasi di lingkungan kerja meliputi bagaimana pedagang mampu menguasai seluk beluk pasar, sehingga pedagang dapat mengenal lingkungan pasar dengan baik. Sedangkan adaptasi dengan lingkungan sosial menyangkut bagaimana kemampuan pedagang untuk dapat diterima dalam lingkungan sosialnya hubungan pedagang dengan pemasok barang, pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pelanggan, pedagang dengan pekerja jasa becak, pedagang dengan pengelola pasar. Adapun bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh pedagang Pasar Induk, Lau Cih agar dapat menyesuaikan diri dan tetap bertahan sebagai pedagang di Pasar Induk, Lau Cih adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 4.3.1 Menggunakan bahasa daerah Karo Dalam menjalankan peran nya sebgai seorang pedagang, pedagang Pasar Induk, Lau Cih menggunakan bahasa daerah Karo sebagai wujud adaptasi atau penyesuain di tempat baru. Hal tersebut dikarenakan mayoritas pedagang dan pembeli yang berada di Pasar Induk adalah Suku Karo, serta daerah atau lokasi pasar adalah wilayah domisili Suku Karo. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yang bernama Maya br Surbakti berikut : “Penyesuain yang kami lakukan di Pasar Induk ini salah satunya adalah dengan bernahasa Karo. Selain karena bibik memang Suku Karo, karena pelanggan bibik memang mayoritas ber Suku Karo. Lebih nyambung rasanya kalo berbahasa Karo dengan pelanggan, Nakku” wawancara dengan Ibu Maya br Surbakti, 2016. Hal yang sama juga diutarakan oleh informan yang bernama Agustina br Lumban Gaol sebagai berikut : “Pake bahasa Karo lah dek, karena Pasar Induk ini kan daerah Orang Karo, udah gitu pembeli pun orang-orang Karo juganya banyak an. Bahasa Karo dia sama Kakak, Kakak jawab juga pake bahasa Karo. Di Pasar Sentral dulu pun bahasa Karo juganya, karn itu tadi. Pelanggan Kakak rata Suku Karo. Jadi udah terbiasa juga Kakak jadinya.” wawancara dengan Ibu Agustina br Lumban Gaol, 2016 Mayoritas pelanggan yang berbelanja di Pasar Induk adalah Suku Karo membuat pedagang menggunakan bahasa daerah Karo sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan jual beli. Padahal tidak semua pedagang merupakan Suku Karo, namun karena sudah terbiasa mendengar Bahasa Karo, dan sudah menyesuaikan Universitas Sumatera Utara diri dengn lingkungan yang mayoritas bersuku Karo membuat secara tidak langsung pedagang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menggunajkan Bahasa Karo. 4.3.2 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan sesama pedagang Hubungan yang dilakukan dengan sesama pedagang terjalin dengan baik. Dimana setiap pedagang satu sama lain menjalin interaksi atau komuniksi yang baik. Interaksi yang terjalin diantara pedagang adalah kerapnya bertemu dan berkomunikasi secara langsung diantara pedagang. Biasanya pedagang saling bertegur sapa sesampainya di pasar. Pedagang bercerita terkait harga barang dagang yang baru saja dibeli dari agen atau langsung dari petani. Mereka biasanya bertanya harga modal barang pedagang lain, sekedar ingin tau atau ingin membandingkan harga. Salah satu informan yang dipanggil Nande Andre, 43 tahun mengatakan : “ Begitu sampai di pasar, biasanya kami saling sapa satu sama lain, sekedar tanya kabar, karna kami pedagang di sini mayoritas sudah kenal lama mulai dari Pasar Sentral. Kami juga biasa saling tanya harga barang, misalnya berapa harga tomat yang dibeli kawan daro toke nya. Untuk mengetahui harga saja, karna kadang gak sama semua harga yang kita dapat dari toke masing-masing. Jadi bisa kita buat harga untuk pembeli nantinya ” wawancara dengan Nande Andre, 2016 Hal yang sama juga diutrakan oleh seorang informan bernama Agustina br Ginting, 41 tahun, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara “ Interaksi yang kami lakukan diantara sesama pedagang sangat baik, karena setiap hari pasti bertemu. Kecuali jika tidak berjualan ya.. kalo di kita Orang Karo kan kalo sudah satu marga atau ada unsur kerabat walaupun hanya karena marga kan sudak seperti keluarga nakku. Misalnya bibik yang disebelah kios kit ini, beru Sembiring dia, Bapak ndu di rumah kebetulan marga Sembiring., jadi manggil Bibik lah aku sama dia. Udah kayak saudara kali, kalo ada makanan bibik, bibik kasi sma Biring itu, Biring itu pun gitu sama bibik, gitu juga lah sama teman-teman yang lain, udah kayak saudara kita semua di sini nakku ” wawancara dengan Ibu Agustina br Ginting,2016 Menurut James dalam John Field 2005 : 113, mengatakan resiprositas diantara kelompok-kelompok etnis lebih kuat, karena manusia merasa lebih nyaman berhubungan dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang suku yang sama. Jaringan sosial merupakan antar pribadi yang mengikat para pedagang melalui ikatan, kekerabatan, persahabatan, dan dan komunitas asal yang sama. Pedagang yang berdagang di Pasar Induk didomonsi oleh Suku Karo. Adanya persamaan latar belakang suku yang sama menurut James akan memperkuat resiproitas diantara sesama pedagang, karena persamaan latar belakang tersebut, masing-masing pedagang dapat lebih cepat beradaptasi. Selain itu, hubungan yang baik diantara sesama pedagang terlihat dari penjualan dengan harga yang pasaran. Pedagang menjual barang dagangan nya sesuai dengan harga pasaran yang berlangsung, pedagang tidak menjual barng dibawah harga pasaran, karena tindakan menjuak barang dibawah harga pasaran dapat membuat harga kacau dan pedagang lainnya marah, yang dapat menyebabkan hubungan diantara sesama pedagang menjadi tidak baik. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan hasil wawancar peneliti dengan seorang informan bernama Ibu Sutrisna br Surbakti, mengatakan bahwa : “ Haruslah harga pasaran kita buat nakku, nanti bisa merusak harga gitu, marah lah kawan-kawan yang lain. Lagi pun rugi lah kita kalo kita kasi harga yang jauh lebih murah dari kawan-kawan. Kalo sedikit lebih murah dari yang lain kan biasa, itu kan teknik masing-masing pedagang untuk menrik pembeli. Kalo harga yang jauh, aku pun gak berni nakku” wawancara dengn Ibu Sutrisna Br Surbakti, 2016. 4.3.3 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pembeli atau pelanggan Interaksi yang terjadi yang terjadi diantara pedagang dan pembeli terlihat dari proses penawaran barang yang dilakukan oleh pedagang kepada pelanggan, juga proses tawar menawar harga yang dilakukan pleh pelanggan kepada pedagang. pelanggan adalah bagian yang terpenting dalam kegiatan pasar, tanpa adanya pelanggan barang yang dijajakan di pasar tidak akan laku dan pedagang dapat merugi. Hubungan atara pedagang dan pembeli tidak dapat dipisahkanm, karene kedua pihak saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian hubungan antara pedagang dan pelanggan merupakan suatu hubungan yang bersifat mutualisme saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan mutualisme tersebut dapat terlihat dari wawancara peneliti dengan seorang informan yang bernama Tari br Sembiring, 45 tahun, yaitu : “ Pedagang dan pembeli saling membutuhkan. Kita butuh uangnya, dia butuh barang kita. Jadi kalo sama-sama membutuhkan saling pengertian lah. Kita pun kasi harga yang Universitas Sumatera Utara sesuai, pembeli pun janganlah menawar sadis kali. Kalo udah biasa belanja, pembeli pun tau nya harga pasaran ya kan, kita pun gak mungkin nipu pembeli, besok gak datang lagi dia, gak ada lah langganan kalo gitu cara pedagang. Harus sama-sama lah” wawancara dengan Ibu Tari Br Sembiring, 2016. Untuk menjaga hubungan yang baik, biasanya pedagang melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggan mereka. Adapun pelayanan yang dilakukan oleh pedagang adalah menawarkan barang dengn kualitas yang sebenarnya, menjual barang dengan harga pasaran, bahkan kadang memberi sedikit potongan harga jika membeli dalam jumlah yang banyak, dan memberikan nomor handphone jika ingin memesan barang melalui telepon. Seperti yang diutara oleh seorang informan dipanggil Nande Rudi 53 tahun, yaitu : “ Hubungan kami dengan pelanggan baik nakku, kami saling percaya lah.. harga yang kami kasi pun murah sama pelanggan, apalagi kalo banyak dia beli, kita kasi korting lah. Barang pun yang kita kasi yang bagus juga lah, kalo gak gitu mana lagi besok dia belanja sama kita ya kan, kita juga nya yang rugi, jadi haruslah kita kasi yang bagus. Trus kita pedagang pun harus ramah juga, biar tertarik pembeli itu membeli di tempat kita, harus pande- pande lah intinya pedagang ini ” hasil wawancara dengan Nande Rudi, 2016. Begitu juga dengan penuturan seorang informan yang bernama Bapak Bahtra Tarigan, 43 tahun, sebagai berikut : “ Namanya juga pedagang, haruslah menjalin hubungan yang baik sama pelanggan. Kalo gak baik hubungan kita darimana pelanggan kita yang membeli barang jualan kita. Pande-pande lah Universitas Sumatera Utara membujuk atau mengajak pelanggan untuk belanja di tempat kita. Gitu banyaknya pedagang yang menjual barang yang sama dengan barang jualan kita, kalo gak pande kita menarik minat pembel tinggallah kita sama pedagang yang lain ” wawancara dengan Bapak Bahtra Tarigan, 2016. 4.3.4 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pekerja jasa becak Pekerja jasa becak memiliki perng yang cukup penting dalam Pasar Induk. Karena pekerja jasa becak yang akan membawa atau mengangkut barang belanjaan pembeli dari kios pedagang menuju mobil pelanggan atau bahkan sampai ke kios atau rumah pelanggan langsung. Tanpa adanya jasa becak, pelanggan akan kesulitan membawa barang belanjaan dari kios pedagang. Karena memiliki peran yang cukup penting, pedagang menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pekerja jasa becak. Dengan menjalin interaksi dan hubungan yang baik, kegiatan pasar dapat berjalan dengan baik. Pedagang dapat membantu pelanggan untuk mengangkat barang belanjaannya dengan menggunakan jasa becak, pelanggan dapat dengan mudah mengangkut barang belanjaannya, dan pekerja jasa becak dapat memperoleh pendapatan dari situasi tersebut. Seperti yang diutarakan oleh seorang informan yang bernama Nurleni br Karo, 31 tahun, yaitu : “ Di Pasar Induk ini sudah ada bagiannya semua dek. Pedagang ya berdagang di kios, pelanggan membeli barang di kios, untuk pengangkutan barang udah ada jasa becak di sini. Pekerja jasa becak lah yang mengngkut barang yang sudah dibeli pelanggan. Kalo pun ada mobil pelanggan itu, gak boleh masuk ke sini, Cuma sampe parkir lah mobilnya, becak lah yang angkut barang dari Universitas Sumatera Utara kios ke mobilnya. Karena udah ada tugas masing-masing, pekerja becak yang mengangkut barang, kami pedagang pun harus berhubungan baik dengan pekerja becak, kalo gak baik kita gak mau dia ngangkut barang langanan kita, bamuyak alasannya, sementara pelanggan kita buru-buru. Kalo hubungan kita baik sama pekerja becak, begitu kita suruh dia ngangkut barang langganan kita langsung gerak dia, gitu dia dekku” wawancaera dengn Ibu Nurleni, 2016. Hal tersebut didukung oleh seorang informan yang bernama Jaka Sembiring, seorang pekerja jasa becak, mengatakan : “Sama-sama cari makan di Pasar Induk ini sudah sewajarnya lah kita saling mengerti. Misalnya kayak kami tukang becak ini, haruslah kami jaga hubungan yang baik dengan penumpang atau pedagang, karena dari orang itu nya uang masuk kami. Kalo gak angkat barang ku ini katanya dari mana kah kami dapat uang kan. Orang itu pun gitu, bagus pula lah caranya nyuruh kita, harga pun sesuai lah sama jarak tempuh. Ada pula kadang penumpang ini pelit kali, murah kurang murah rasanya ongkosnya, pedgang pun ada juga yang kasar dia, kesannya nyuruh bukan minta tolong. Padahal kerjanya awak ya kan, tenaga awak yang awak keluarkan, bukan minta-minta. Kalo gitu besok di suruh lagi kan udah malas, jadi Saling mengharhgai lah, sama-sama cari makannya di Pasar Induk ini. Tapi sejauh ini, belum adalah konflik yang terjadi dek” wawancara dengan Bapak Jaka Sembiring, 2016. Universitas Sumatera Utara 4.3.5 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pengelola Pasar Induk Pengelola pasar adalah orang-orang yang bertugas dalam pengelolaan pasar. Mulai dari kebersihan pasar, keamanan pasar, pemeliharaan dan penyediaan peralatan, pengutipan retribusi pasar, juru parkir, serta kantor pasar yang melayani pengurusan administrasi pemakaian kios. Sudah sewajarnya terjadi interaksi dan hubungan yang baik dengan pihak pengelola pasar. Karena pihak pengelola pasar lah yang memenuhi segala kebutuhan pedagang, pembeli di Pasar Induk. Pihak pengelola pasar adalah pihak yang menjamin keamanan dan kenyamanan kegitan perdagangan di pasar. Peran pengelola pasar cukup penting untuk menciptakan suasana pasar yang kondusif, karena jika terjadi keributan dan ketidaknyamanan di pasar pihak yang bertanggungjawab adalah pengelola pasar. Sehingga baik pedagang, pelanggan atau pembeli, dan pekerja jasa becak sudah sewajarnya menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pihak pengelola pasar. Masing-masing pihak memiliki peran yang penting dan saling membutuhkan satu sama lain, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik untuk tercapainya tujuan bersama. Seperti yang diungkapkan seorang informan yang bernama Helmi br Ginting, 45 tahun, mengatakan bahwa : “ Di Pasar Induk ini, ada pengelola pasar yang menjaga keamanan pasar, pengutipan retribusi pasar, penyedia peralatan kayak penerangan, kebersihan pasar, itu semua pihak pengelola pasar yang urus. Kita cuma bayar uang retribusi aja sama pengutipnya, udh disitu semua. Kita gak usah bayar uang takut lagi istilahnya kalo di Pasar Sentral, seberapa banyak pun barang kita bayarannya sama. Kita gak perlu takut meninggalkan barang kalo misalnya gak habis, tinggalkan aja di kios ini, Universitas Sumatera Utara tutup pake tenda, besok gimana kita tinggalkan gitu kita dapat, amanlah disini gak usa takut hilang. Karena udah ada dibuat pengelola pasar yang bertugas untuk itu semua. Jadi udah lah wajib kita menjalin hubungan baik sama pengelola pasar, udah aman buatnya kita jualan disini ya kan ” wawancara dengan Ibu Helmi br Ginting, 2016. Hal yang sama juga diutarakan oleh Kepala Pasar Induk, Lau Cih, Bapak Eddy Sembiring, mengatakan bahwa : “ Sudah menjadi tugas kami mengamankan dan membuat kondisi aman di Pasar Induk ini, karena untuk itu kami ditugaskan disini. Kami menjalin interaksi dan komunikasi yang baik dengan semua pihak yang ada di Pasar Induk ini, baik pedagang, pembeli, dan sesama pengelola pasar. Tugas kami mengamankan dan mengatur Pasar Induk agar aman dan tidak kacau, maka masing-masing pihak harus menjaga dan menjalankan peran sesuai dengan tugas masing- masing, agar tujuan kita bersama dapat terwujut” wawancara dengan Bapak Eddy Sembiring, 2016

4.4 Dampak Relokasi Pasar Sentral Ke Pasar Induk Terhadap Para