Pola Adaptasi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pola Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk, sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk. Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan Karta Sapoetra,1987. Menurut Suparlan Suparlan,1993:20 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup: 10. Syarat dasar alamiah-biologi manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya. 11. Syarat dasar kejiwaan manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah. Universitas Sumatera Utara 12. Syarat dasar sosial manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. Menurut Soerjono Soekanto Soekanto, 2000 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni: 13. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 14. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 15. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 16. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. 17. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem. 18. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan- tujuan tertentu Aminuddin, 2000: 38, di antaranya: 19. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 20. Menyalurkan ketegangan sosial. 21. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. Universitas Sumatera Utara 22. Bertahan hidup. Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono 1985, pola adalah suatu rangkaian unsur- unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur- unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat- istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan. Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio- organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya, keduanya merupakan lingkungan alam fisio-organik tempat manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio organik disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam mengorganisasikan kemampuan manusia yang disebut teknologi. Keseluruhan prosedur adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk keterampilan, keahlian teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif samapai kepada komputer elektronis yang secara bersama-sama memungkinkan Universitas Sumatera Utara pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta lingkungan biologis untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia Alimandan, 1995. Pola adaptasi menghasilkan suatu perubahan sosial dalam suatu masyarakat. Perbuahan sosial yang terjadi pada masyarakat menurut Parsons akan berdampak terhadap pertumbuhan kemampuan yang lebih baik bagi masyarakat itu sendiri, khususnya untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dengan ide ini, Parsons juga terkenal sebagai golongan orang yang memandang optimis terhadap sebuah proses perubahan sosial. Dalam hal penjelasan persoalan struktural fungsional, terdapat empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Satu fungsi adalah merupakan kumpulan kegiatan yang ditunjukkan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Untuk bisa bertahan, Parsons dalam Ritzert J Goodman 2003 : 121 mengajukan empat fungsi yang harus dimiliki oleh setiap sistem tindakan yang disingkat sebagai AGIL, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. A- Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi yaitu, pertama : harus ada suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah yang datang dari lingkungan. Kedua: Ada proses transformasi aktif dari situasi itu. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adaptasi dilaksanakan oleh organisme perilaku dengan cara melaksanakan fungsi adaptasi yaitu dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Universitas Sumatera Utara 2. G – Goal Attainment, merupakan Prasyarat fungsional yang muncul dari pandangan Parson bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya. Namun perhatian yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota masyarakat dalam suatu sistem sosial. Pencapaian tujuan merupakan jenis kulminasi tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan penyesuaian persiapan. Menurut skema alat-tujuan, means-end scheme pencapaian maksud ini adalah tujuannya. Sedangkan kegiatan penyesuaian yang sudah terjadi sebelumnya merupakan alat untuk merelisasi tujuan ini. Jadi, persyaratan fungsional untuk mencapai tujuah harus meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari sekian banyak tujuan. 3. I - Integration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interalansi antara para anggota dalam sistem itu. Agar sistem sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu satuan harus ada suatu tingakta solidaritas diantara individu yang termasuk didalamnya. Masalah Integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup yang menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan-ikatan emosional ini tidak boleh tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan untuk tercapainya tujuan individu atau kolektif. Jika tidak solidaritas sosial dan kesediaan untuk kerjasama akan jauh lebih goyah sifatnya karena hanya didasarkan pada kepentingan diri pribadi semata-mata. 4. L - Latency, konsep latensi Latency menunjukkan pada berhentinya interaksi. Para anggota dalam sistem sosial bisa saja letih dan jenuh tunduk Universitas Sumatera Utara pada sistem sosial lainnya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu, semua sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem itu tidak lagi bertindak dan berinteraksi sebagai bagian dari sistem. Pada penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan penelitian mengenai adaptasi yang dilakukan oleh pedagang pasar pagi dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya ditengah persaingan dengan pedagang yang masih berjualan disekitar Pasar Sentral. Peneliti ingin melihat apa-apa saja teknik dan cara yang dilakukan oleh pedagang agar tetap dapat bertahan dan berhasil menyesuaikan diri dengan Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Reloksi pasar yang terjadi Pada Pasar Sentral ke Pasar Induk memaksa pedagang untuk pindah ke lokasi pasar yang baru. Relokasi pasar tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar bagi pedagang Pasar sentral. Perubahan yang terjai adalah dalam bentuk perubahan lokasi kios, dimana letak kios yang didapat di lokasi pasar yang baru belum tentu sama strategisnya dengan loksi kios yang lama. Selain perubahan letak kios, perubahan yang terjadi adalah jarak tempuh yang berbeda yang harus dilalui baik pedagang dan pembeli dalam melakukan proses jual beli di pasar yang baru. Perubahan-perubahan yang demikian menyebabkan perlunya teknik atau cara pedagang untuk dapat berdaptasi pada pasar yang baru. Pola adaptasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai cara, teknik, atau perilaku yang dilakukan pedagang untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang terjadi dengan pedagang yang masih berjualan di Pasar Sentral, serta mampu menyesuaikan diri dengan lokasi Pasar Induk yang jauh dari jangkauan pembeli dan keterbatasan transportasi umum menuju Pasar Induk. Universitas Sumatera Utara

2.2 Teori Modal Sosial