Deskripsi Lokasi Penelitian DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan Lau Cih Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas sekitar 265,1 Km 2 merupakan salah satu kota metropolotan di Indonesia. Kota Medan pernah meraih tiga kali piala Adipura berturut-turut sejak 2012 sebagai kota yang berhasil menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Kota Medan memiliki 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang dihuni oleh berbagai macam etnis dan agama. Salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan adalah Kecamatan Meda Tuntungan yang memiliki 9 kelurahan, yaitu : 1.2 Kelurahan Namo Gajah 2.2 Kelurahan Simpang Selayang 3.2 Kelurahan Pokok Mangga 4.2 Kelurahan Sido Mulyo 5.2 Kelurahan Lau Cih 6.2 Kelurahan Tanjung Selamat 7.2 Kelurahan Baru Ladang Bambu 8.2 Kelurahan Kemenangan Tani 9.2 Kelurahan Simalingkar B Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Peta Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan Sumber : Data Kelurahan Lau Cih Peta diatas menggambarkan kondisi geografis Kelurahan Lau Cih, dimana Kelurahan Lau Cih terdiri atas tiga bagian lingkungan. Kelurahan Lau Cih secara geografis terletak dibagian selatan Kota Medan yaitu terletak di Kecamatan Tuntungan dengan luas wilayah ± 105 Ha yang terdiri dari 3 lingkungan, dengan batas-batas wilayah seluruhnya sebagai berikut : 69. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kemenangan Tani 70. Sebelah timur berbatasan dengan Deli Serdang 71. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sido Mulyo 72. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Wilayah Kelurahan Lau Cih berdasarkan kawasan geografis No. Jenis Kawasan Luas wilayah Ha 1 Kawasan Pemukiman 75 2 Kawasan Pemakaman 1 3 Kawasan Persawahan 20 4 Kawasan Peternakan 0,2 5 Kawasan Industri Kecil Rumah Tangga 0,8 6 Kawasan Industri Pabrik 1 7 Kawasan Perkantoran 1,5 8 Kawasan Pendidikan 4 9 Kawasan Pasar Induk 12 Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Keadaan Penduduk Kelurahan Lau Cih Penduduk merupakan suatu dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunn, maka data tentang penduduk hrus disajikan secara tepat, sehingga perencanaan yang disusun dapat memberikan manfaat yang berarti. Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih mengalami peningkatan sebanyak 8,08 pada tahun 2011. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 1897 jiwa yang terdiri dari 517 KK. Menurut Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Medan , jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih adalah sebanyak 2.126 jiwa, yang terdiri dari 586 kepala keluarga. Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut jenis kelamin dan rumah tangga tahun 2014 dan tahun 2015 No. Lingkungan Tahun 2014 Tahun 2015 Jenis Kelamin Rumah Tangga Jenis Kelamin Rumah tangga LK PR LK PR 1 Lingkungan I 346 354 197 410 370 227 2 Lingkungan II 321 303 147 365 349 167 3 Lingkungan III 281 292 183 322 310 192 Jumlah 948 949 517 1097 1029 586 Keterangn : Jumlah penduduk mengalami peningkatan sebesar 8,08 dri tahun 2014 sampai tahun 2015. Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut usia tahun 2014 dan tahun 2015 No Usia Tahun 2015 1 0-1 Tahun 34 2 1 Tahun - 5 Tahun 396 3 5 Tahun - 7 Tahun 384 4 7 Tahun - 15 Tahun 552 5 15 Tahun - 56 Tahun 492 6 56 Tahun 268 Jumlah 2126 Sumber: Monografi Kelurahan Laucih Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut agama tahun 2014 dan tahun 2015 No Agama Jumlah Penduduk Tahun 2014 Jumlah Penduduk Tahun 2015 L P L P 1 Islam 413 410 453 430 2 Kristen Protestan 291 251 295 358 3 Kristen Katholik 295 237 323 267 Jumlah 999 898 1071 1055 Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih 2015 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Lau Cih tahun 2014 sampai 2015 No. Tingkat Pendidikan Tahun 2014 Tahun 2015 Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lulusan SDsederajat Lulusan SLTPsederajat Lulusan SLTAsederajat Lulusan Akademi D1- D3 Lulusan Sarjana S1-S3 308 498 732 74 205 20 69 11,9 21,6 53,1 2,4 8 2 1 332 583 790 87 230 27 77 12,3 22,3 53,7 3 7,2 0,4 1,1 Jumlah 1906 100 2126 100 Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih 2015 Wilayah Kelurahan Lau Cih merupakan wilayah pendidikan karena di wilayah Kelurahan Lau Cih terdapat beberapa sekolah maupun universitas yang berdiri. Adapun pendidikan formal dan non formal di wilayah Kelurahan Lau Cih dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Data tempat pendidikan di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan No. Nama Sekolah Alamat Jumlah Siswa 1 PAUD ABDI PRAJA Jl. Bunga Malem VII 12 2 SD Negeri 060247 Jl. Bunga Malem VII 200 3 SMP Negeri 31 Medan Jl. Bunga Malem V 450 4 SMA Negeri 17 Medan Jl. Bunga Malem III 840 5 Sekolah Tinggi Theologia Indonesia Jl. Bunga Malem VI 800 6 Poltekes Medan Jl. Djamin Ginting km 13 1000 Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara 4.1.3 Gambaran Pasar Induk, Lau Cih, Medan Tuntungan Jauh sebelum adanya Pasar Induk, Lau Cih, sudah ada pasar tradisioanal yang menjadi kebanggaan warga kota Medan, yaitu Pasar Sentral. Pasar Sentral menyediakan hampir semua kebutuhan dengan harga yang relatif murah. Semakin jayanya Pasar Sentral, jumlah penjual di pasar ini juga semakin bertambah. Hal tersebut memicu datangnya pedagang-pedagang yang berasal dari luar Kota Medan. Seperti Berastagi, Kabanjahe, Pakam, Binjai, bahkan pedagang dari daerah Aceh. Semakin padatnya jumlah pedagang kaki lima PKL dan barang dagangannya yang diletakkan di jalan raya dengan meja seadanya dan terpal sebagai alas dagangannya kerap hingga ke jalan raya. Pedagang terlihat memaksakan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan masyarakat Medan secara luas yang terganggu dengan keberadaan Pasar Sentral yang tidak teratur dan mengganggu pengguna jalan raya disekitaran jalan Sutomo dan sekitarnya. Apabila jam berjualan selesai, sisa-sisa jualan pedagang dibiarkan berserakan disepanjang jalan dan parit drainase. Hal ini memicu bau yang tidak sedap dan jika hujan turun terjadi genangan air dan banjir, setelah hujan reda jalanan menjadi becek. Hal tersebut tidak menyurutkan niat penjual dan pembeli untuk melakukan proses jual beli, dikarenakan pedagng yang mencari nafkah di tempat itu dan pembeli dapat membeli barang kebutuhan dengan harga yang murah. Namun, dengan kondisi pasar yang demikian merusak pemandangan dan kebersihan Kota Medan sebagai kota metropolitan ke tiga di Indonesia. Berawal dari kondisi Pasar Sentral yang kotor, padat, dan menyebabkan kemacetan di lingkungan sekitarnya, Pemerintah Kota Pemko Medan ingin Universitas Sumatera Utara menghadirkan pasar modern terlengkap di Kota medan yang bersih, nyaman, dan aman bagi penjual dan pembeli serta tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas. Selain alasan tersebut, kondisi Kota Medan yang cukup padat dan ditambah lagi dengan Pasar Sentral yang sempit untuk ukuran sebuah pasar yang menyediakn hampir segala kebutuhan menimbulkan masalah perkotaan. Keadaan pasar yang cukup padat dan tidak teratur merusak tata ruang Kota Medan, mengingat Kota Medan pernah mendapatkan prestasi sebagai kota Adipura. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan untuk membangun pasar yang layak. Itulah salah satu alasan dibangunnya Pasar Induk di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Pasar yang dibangun diatas lahan seluas 127.236 M 2 diharapkan dapat menjadi tempat berdagang yang aman, nyaman dan representatif di Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi Pasar Induk di Jl Bunga Turi, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan karena lokasi ini merupakan daerah pinggiran Kota Medan yang masih belum terlalu padat jumlah penduduknya, dan masih terdapat lokasi lahan kosong yang cukup luas. Sehingga aktivitas perekonomian tidak mengganggu aktivitas perkotaan di pusat kota. Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan mulai dibangun mulai tahun 2009, mulai beroperasi sebagai pusat pasar tradisional pada tanggal 28 Maret 2015, dan diresmikan oleh Wali Kota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin S, Msi pada tanggal 19 Juni 2016. Pasar Induk, Lau Cih dikelola oleh Perusahaan Daerah PD Pasar Induk yang berada di lingkungan Pasar Induk. PD Pasar Induk berperan sebagai pengawas yang mengontrol kegiatan pasar, menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pedagang saat proses perdagangan berlangsung, seperti penyediaan Universitas Sumatera Utara listrik, sarana dan prasarana pasar,pelaksanaan penertiban jika terjadi keributan di pasar, pengutipan retribusi pasar, dan tempat untuk registrasi pedagang baru. PD Pasar buka dua kali dalam sehari, pada pagi hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, dan padsa malam hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB. Untuk petugas yang bertugas di lapangan dalam lokasi perdagangan, terdapat tiga pembagian kordinator, yaitu : 73. Kordinator juru parkir, bertugas mengatur letak kendaraan yang masuk ke Pasar Induk, memisahkan kendaraan pedagang, kendaraan barang, dan kendaraan pembeli. Juru parkir mengutip retribusi parkir sebesar Rp 2.000,- untuk kendaraan roda dua, Rp 3.000,- untuk kendaraan roda empat, dan Rp 5.000,- untuk kendaraan yang membawa barang. 74. Kordinator bongkar muat, bertugas dalam proses bongkar muat barang yang masuk ke Pasar Induk. Setiap mobil yang membawa barang masuk ke pasar menjadi tanggung jawab kordinator bongkar muat untuk membongkar dan memuatkan barang, dengan biaya retribusi sebesar Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- tergantung banyak muatan barang dalam mobil. 75. Kordinator jaga malam, bertugas menjaga keamanan pada saat berlangsungnya kegiatan perdagangan pada malam sampai dini hari, juga bertugas menjaga keamanan barang dagangan pedagang yang di tinggalkan di lapak-lapak pedagang, dengan biaya jaga malam sebesar Rp 3000,- Adapun yang menjadi petugas atau pekerja pada ketiga kordinator lapangan tersebut adalah orang-orang dari OKP organisasi Masyarakat dan PS Pemuda Setempat. Universitas Sumatera Utara 4.1.4 Unit Usaha Pasar Induk, Lau Cih Pasar Induk yang beralamat di Jalan Bunga Turi Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan dibangun diatas lahan seluas 127.236 M 2 yang diresmikan pada tahun 2015. Pasar ini direncanakan memiliki 720 unit grosir dan 432 unit subgrosir sayur, dan 56 unit wisata buah yang menghabiskan dana sekitar 59 milyar rupiah dalam masa pembangunan. Selain itu, Pasar Induk juga dilengkapi dengan bangunan untuk perkantoran bagi pengusaha ekspor, kantin, tempat berjual buah, masjid, tempat beristirahat supir, dan dilengkapi dengan saranan perbengkelan. Faslitas air bersih juga disediakan di pasar tersebutyang mampu menghasilkan 10 liter per detik, ditambah dengan mesin listrik dengan daya 125 kwh. Pasar Induk memiliki 2 pintu masuk, dimana pintu masuk ini dibagi berdasarkan jenis kendaraan. Pintu yang pertama khusus bagi jalur masuk kendaraan mobil, dan pintu yang kedua khusus bagi jalur masuk kendaraan motor dan becak, sedangkan pintu keluarnya hanya ada satu. Mengenai lokasi berdagang di pasar ini, bagian paling depan atau bagian selatan adalah bagian wisata buah . Wisata buah ini berada didekat pintu masuk Pasar Induk, disebelah barat kita menemukan pedagang eceran, di bagian tengah adalah bagian grosir, dan pada bagian utara adalah sektor atau bagian pedagang ditributor dan subgrosir yang berada bersebelahan. Universitas Sumatera Utara 4.1.5 Pedagang Dalam Pasar Induk, Lau Cih Pasar Induk, Lau Cih ini memiliki empat bagian katagori lokasi dan jenis pedagang berdasarkan jalur distribusi yang dilakukan, yaitu : 76. Distibutor, pegadang distributor adalah pedagang yang mengambil barang langsung dari sumbernya dengan jumlah yng besar, lalu menjualnya dengan jumlah yang besar pula. Biasanya satuan ukuran yang dijual dalam bentuk satuan karung, keranjang, bal, maupun kotak. Biasanya dalam satuan karung, keranjang, bal, kotak ini memiliki ukuran timbangan berat pulungan kilogram. Misalnya untuk sayur kol, satuan berat per karung mencapai 45 kg, ubi mencapai 65 kg per karung, dan wortel dijual per bal mencapai 20 kg. Proses jula beli yang dilakukan adalah dengan jumlah yang besar, biasanya orang membeli kepenjual distributor adalah para pedagang yang berjulan di pasar tradisional diberbagai daerah Sumatera Utara, untuk dijual lagi dalam satuan eceran. 77. Grosir, pedagang grosir adalah pedagang yang menjual barang dalam jumlah satuan yang cukup besar atau dapat disebut menengah, karena satuan berat yang diperjualbelikan di grosir ini tidak sebesar di lokasi distibutor. Barang yang diperoleh oleh pedagang grosir ini cukup beragam, ada yang memperoleh barang dagangan dengan membeli kepada pedagang distributor, ada pula yang memang memperoleh barang dengan membeli langsung ke sumber barang tersebut. Besaran berat barang yang dijual dilokasi ini cukup beragam, ada yang menjual dalam satuan karung maupun bal, adapula yang menjual dalam satuan keranjang Universitas Sumatera Utara Mengenai besaran berat barang yang dijual dilokasi ini hampir sama dengan distributor, hanya saja yang menjadi pembeda antara distributor dengan grosir adalah luas lokasi berjualannya, dimana lokasi distributor lebih luas dibanding lokasi grosir. Orang yang membeli barang atau sayuran dilokasi ini juga adalah para pedagang yang akan menjualnya kembali dalam satuan yang lebih kecil. 78. Subgrosir, saat ini lokasi subgrosir belum dipergunakan, namun rencana yang akan dilaksakan adalah mengubah fungsi subgrosir yang berbeda dengan rencan semula, dimana awal dibangunnya lokasi subgrosir ini dipergunakan sebagai lokasi berjualan barang-barang kebutuhan sembako, namun pedagang memberi usul agar lokasi subgrosir ini diubah menjadi lokasi distributor juga. Mereka mengusulkan agar lokasi subgrosir ini dirombak lagi, yaitu dengan merobohkan tembok yang menjadi pembatas kios , agar lokasinya menjadi semakin luas, karena lokasi berdagang yang dibutuhkan para pedagang distributor relatif cukup luas, karena jumlah barang dagangan mereka yang besar. 79. Eceran, pedagang eceran adalah pedagang yang menjual barang dengan jumlah terkecil dibandingkan dengan pedagang yang lainnya. Biasanya pedagang eceran ini memperoleh barang dagangannya dari para pedagang distributor maupun pedagang grosir. Jumlah satuannya yang diperjual belikan lokasi ini memang yang terkecil di Pasar Induk, namun satuan kecil minimal yang diterima adalah 1 kg. Misalnya untuk pembelian cabai dan bawang, satuan berat yang boleh dibeli disini minimal 1 kg. Orang yang menjadi pembeli dilokasi eceran ini adalah para pedagang kecil, Universitas Sumatera Utara seperti pedagang warung-warung kecil, maupun orang yang memiliki usaha rumah makan atau chatering. Pembagian kategori lokasi pergadangan ini didasari berdasarkan jumlah dan jalur distribusi yang dilakukan, namun setelah melakukan penelitian, hal lain yang menjadi tolak ukur dari kategori pedagang ini adalah luas lokasi berdagang, dimana luas lokasi distributor yang lebih luas dibandingkan lokasi grosir. Mengenai barang dagangan yang diperjulbelikan disetiap lokasi perdagangan ini sebenarnya ada yang berbeda, dimana ada barang-barang yang hanya dapat ditemui dilokasi grosir, dan tidak ada di distributor. Misalnya bawang merah dan bawang putih hanya dapat ditemukan di lokasi grosir dan eceran. Sedangkan dilokasi distributor tidak ada yang menjual bawang merah dan bawang putih. Barang atau sayur yang mendominasi yang diperjualbelikan dilokasi distributor adalah sayuran capcai, seperti sayur kol, wortel, sawi putih, bunga kol, daun seledri, daun bawang. Sedangkan sayuran yang mendominasi diperjualbelikan di grosir adalah sayuran yang berukuran kecil seperti bawang, cabai, buncis, tomat, kunyit, dan jahe. Lokasi eceran menyediakan brang atau sayuran yang paling beragam, ada semua jenis sayuran yang diperjualbelikan dilokasi eceran. Pembagian pedagang berdasarkan latarbelakang etnis tidak ditemukan dipasar ini, namun pedagang yang berjualan dipasar ini didominasi oleh Suku Karo. Sumber sayuran dan buah diperoleh berasal dari berbagai daerah, misalnya seperti sayuran capcai berasal dari Tanah Karo, sementara jahe berasal dari daerah Pematang Raya, kunyit berasal dari daerah Jawa, belimbing, timun, terong, Universitas Sumatera Utara jagung, dan jambu berasal dari daerah Deli Serdang, dan berbagai barang komoditi yang berasal dari berbagai daerah lainnya.

4.2 Profil Informan