Profil Informan DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

jagung, dan jambu berasal dari daerah Deli Serdang, dan berbagai barang komoditi yang berasal dari berbagai daerah lainnya.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Informan Kunci 1 Maya br Surbakti Pr, 39 tahun Ibu Maya adalah seorang pedagang yang sudah melakoni pekerjaan sebagai seorang pedagang selama 13 tahun. Beliau mulai berjualan semenjak menikah dengan suaminya sejak 13 tahun yang lalu, dan kini telah memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku SD. Ibu Maya awalnya pedagang dari Pasar sentral, namun karena terjadi relokasi pasar, Ibu Maya pun pindah ke Pasar Induk, Lau Cih, Medan Tuntungan. Ibu Maya merupakan seorang tamatan S1 Ekonomi, namun karena latarbelakang keluarganya adalah pedagang, maka saat menikah beliau diberi modal usaha dan berjualan adalah mata pencahariannya bersama suaminya. Sebagai seorang pedagang pasar pagi, Ibu maya lebih banyak menghabiskan waktu di pasar. Beliau pergi ke Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB dan pulang kerumah pada pukul 06.00, terkadang tergantung jumlah barang yang terjual, jika barang sudah habis, maka beliau pulang cepat, sebaliknya jika barang belum habis, Ibu Maya akan menunggu sampai barangnya habis. Sesampainya dirumah, Ibu Maya beristirahat sampai siang hari sekitar pukul 12.00 WIB. Dikarenakan Ibu Maya harus berangkat ke Berastagi dan sekitarnya untuk mengambil barang untuk dijual di Pasar Induk pada malam hari. Kegiatan seperti itu terus berlanjut setiap hari, sehingga Ibu Maya jarang terlihat di rumahnya. Ibu Maya memperoleh Universitas Sumatera Utara barang dari agen yang telah menjadi langganannya di Berastagi. Adapun barang dagangan yang dijual Ibu Maya adalah sayur mayur seperti kol, sawi putih, sawi manis, wortel, daun saledri,daun bawang, dan ada juga beberapa jenis buah seperti alpukat dan jeruk. Ibu maya adalah pedagang yang sudah memiliki langganan yang cukup banyak. Langganan Ibu Maya sebagian besar adalah langganan pada saat berjualan di Pasar Sentral. Namun tidak sedikit pula pembeli yang baru dan sudah menjadi pelanggannya di Pasar Induk, Lau Cih. Ibu Maya mempunyai seorang pegawai yang embantunya dalam melayani dan menyiapkan barang pesanan pelanggan. Sebagai seorang pedagang yang memiliki pelanggan yang cukup banyak, Ibu Maya juga menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang pelanggan dari kios ke mobil atau rumah pelanggan. Hubungan antara Ibu Maya, jasa becak, dan pelanggan cukup baik. Mereka memiliki rasa percaya satu sama lain. Hal ini terbukti dari beberapa pelanggan yang memesan barang dengan menelpon Ibu Maya dan menyuruh pekerja jasa becak langganannya untuk mengambil barang pesanannya. Sedangkan untuk sistem pembayarannya dapat dilakukan esok hari saat pelanggan yang berbelanja langsung. 2 Helmi br Ginting Pr, 45 tahun Ibu Helmi adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 25 tahun lamanya. Ibu Helmi sudah mulai berjualan sebelum menikah dengan suaminya. Beliau sudah berjualan diberbagai pasar, seperti Pasar Pringgan dan Pasar Brayan. Pernah terbesit dipikirannya untuk beralih ke pekerjaan yang lain, namun tidak ada pekerjaan Universitas Sumatera Utara yang lain yang lebih menjanjikan menurutnya. Bagi beliau berdagang adalah lahannya untuk mencari uang, berdagang sudah mendarah daging baginya. Duapuluh lima 25 tahun menjadi seorang pedagang membuat Ibu Helmi berpengalaman dalam mengenal watak pembeli. Menurut penuturan beliau banyak pelanggan yang kabur dan meninggalkan utang kepada pedagang. Hal demikian sudah sering dialami oleh Ibu Helmi. Semenjak Pasar Induk ada, Ibu Helmi mengambil barang di Pasar Induk melalui agen yang berasal dari Tanah Karo. Dulu saat masih berjualan di Pasar Sentral, Ibu Helmi langsung berbelanja ke Tanah Karo untuk mendapknkan barang dagangannya. Sekarang Ibu Helmi bisa membeli di Pasar Induk, dikarenakan banyak agen dari Tanah Karo yang mengantar barang ke Pasar Induk. Hal tersebut lebih menguntungkan bagi Ibu Helmi, karena dapat menghemat biaya transportasi saat menjemput barang ke Tanah Karo. Barang dagangan Ibu helmi adalah wortel, selada, daun seledri, daun pre, dan sawi putih. Ibu Helmi menggunakan jasa transportasi becak dalam menghantar barang dagangannya kepada pelanggannya. Ibu Helmi juga memberikan sistem utang kepada pelanggan lama. Sistem utang yang diberlakukan beliau adalah ambil barang hari ini, bayar utang yang sebelumnya. Sistem utang yang demikian dikenal dengan istilah ”angkat satu, bayar satu”. Adapun teknik yang dilakukan Ibu Helmi agar pelanggan nya tidak beralih adalah dengan cara menjaga kualitas barang. Menurut penuturannya, pelanggan di Pasar Induk tidak sama dengan pelanggan di Pasar Sentral. Pelanggan di Pasar sentral lebih manjaa dibanding pelanggan di Pasar Sentral. Di Pasar Induk jika kualitas barang kurang baik, pelanggan tidak mau membeli, berbeda dengan pelanggan di Universitas Sumatera Utara Pasar Sentral yang berasal dari berbagai kalangan. Bagaimana pun kualitas barang laku di Pasar Sentral. Ibu Helmi mempunyai kebiasaan yang cukup menarik untuk menjaga pelanggannya. Beliau selalu memberi parsel atau THR kepada pelanggannya pada saat hari-hari perayaan keagamaan, seperti Lebaran dan Tahun Baru. Dengan memberi parsel, menurut Ibu Helmi dapat menjalin hubungan kekeluargaan dengan pelanggan. Pelanggan merasa dihargai dan dianggap seperti sanak saudara. 3 Agustina br Lumban Gaol Pr, 31 tahun Ibu Agustina adalah pedagang dari Pasar Sentral yang sudah mulai berdagang selama 9 tahun. Sebelum bekerja sebagai pedagang, Ibu Agustina adalah seorang pegawai di sebuah toko grosir. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pegawai, Ibu Agustina sudah memiliki modal yang cukup dan memutuskan untuk berjualan dengan modal yang ia miliki. Menurut penuturan Ibu Agustina ada hal positif dan negatif yang ia dapat selama relokasi pasar ke Pasar Induk, Lau Cih. Bagi beliau pendapatan di Pasar Sentral jauh lebih besar dibanding di Pasar Induk. Hal tersebut dikarenakan sepinya pembeli di Pasar Induk dan pembeli yang sangat pemilih di Pasar Induk. Itu adalah hal nagatif yang dirasakan oleh Ibu Agustina berdagang di Pasar Induk. Namun ada juga hal positif yang beliau rasakan saat berjualan di Pasar Induk. Di Pasar Induk tempat berjualan aman dan tidak dipungut biaya yang besar. Di Pasar Induk pedagang tidak takut atau resah berjualan jika terjadi hujan, karena bangunan Pasar Induk yang dilengkapi dengan atap bangunan yang melindungi pedagang jika saat hujan. Universitas Sumatera Utara Selain itu, di Pasar Induk tidak ada pungutan-pungutan liar oleh preman-preman setempat. Ibu Agustina juga memberlakukan sistem utang dengan pelanggannya. Sistem utang tersebut berlaku untuk pelanggan yang sudah lama. Pembayaran barang yang diambil oleh pelanggan dapat dilunasi dalam tempo 3 hari sampai seminggu, seminggu adalah jangka waktu yang paling lama. Jika tidak memberlakukan sistem utang, pelanggan tidak akandatang lagi berbelanja pada hari berikutnya. Namun karena keterbatasan modal, beliau memberikan sistem utang, namun dalam jangka waktu yang tidak lama. Dalam memperoleh barang dagangannya, Ibu Agustina membeli barang dari agen yang mengantar barang Ke Pasar Induk. Barang dagangan Ibu Agustina berasal dari daerah Berastagi. Adapun barang dagangan Ibu Agustina adalah sayur Brokoli, Kembang Kol, selada, arcis, daun seledri dan daun pre. Terkadang Ibu Agustina merasa bosan berdagang, karena sepinya pembeli di Pasar Induk. Menurut beliau sepinya pembeli di Pasar Induk karena belum lengkapnya barang yang dijajakan di Pasar Induk, seperti ikan, daging,dan sembako lainnya. 4 Nurleni br Karo Pr, 31 tahun Ibu Nurleni adalah seorang pedagang yang belum begitu lama berjualan di Pasar daerah Medan. Beliau dulunya berdagang di Pasar daerah Jawa. Ibu Nurleni mengawali berdagang di Pasar Sentral saat pindah dari Jawa. Beliau sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 4 tahun. Ibu Nurleni mendapat kios di Pasar Induk dengan cara mengontrak kios, dengan harga Rp. 2.000.000,- per bulannya. Ibu Nurleni memperoleh barang langsung dari petani. Beliau mendatangi petani langsung ke ladang dn melakukan transaksi. Jika petani setuju Universitas Sumatera Utara dengan harga, maka hari itu juga Ibu Nurleni akan memanen hasil pertanian tersebut. Barang dagangan Ibu Nurleni berasal dari berbagai daerah, yaitu dari Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Dairi. Ibu Nurleni memiliki 2 orang pegawai dalam melayani pembeli di Pasar Induk. Kedua pegawai tersebut juga membantu beliau dalam memperoleh barang dari petani. Kedua pegawai terebut juga ikut ke ladang untuk bernegoisasi dengan petani. Biasanya mereka berpencar untuk memperoleh barang. Misalnya Ibu Nurleni mengambil barng ke Kabupaten Simalungun, maka pegawainya berpencar ke Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi. Dengan menjemput barang langsung ke petani di ladang, harga yang didapat Ibu Nurleni tergolong murah, walaupun harus mengeluarkan biaya angkut namun menurut Ibu Nurleni untung yang diperoleh masih cukup besar. Harga barang yang ia bayarkan kepada petani tidak semahal jika ia membeli kepada agen, karena agen sudah mengambil untung dari barang tersebut. Sedangkan jika langsung membeli ke petani di ladang, selisih harga dengan membeli dari agen dapat dijadikan keuntungan. Teknik atau kiat yang dilakukan oleh Ibu Nurleni terhadap pelanggan lama adalah dengan memberikan potongan harga kepada pelanggan. Harga yang diberikn kepada pelanggan lama dan pelanggan baru tidaklah sama. Sehingga pelanggan akan selalu setia menjadi pelanggan. Selain memberlakukan potongan harga, Ibu Nurleni juga membei sistem utang kepada pelanggan. Adapun sistem utang yang diberlakukan oleh Ibu Nurleni adalah sistem “angkat satu,bayar satu”. Selain memberlakukan sistem utang, usaha atau cara lain yang dilakukan oleh Ibu Nurleni adalah memberikan parsel kepada pelanggan pada saat hari raya keagamaan. Universitas Sumatera Utara Ibu Nurleni bertahan sebagi pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah karena dengan berdagang akan terjadi perputaran uang yang cepat. Uang yang ada dibelanjakan barang kepada petani pada siang hari, pada malam hari barang yang sudah dibeli dijual dan pada pagi hari uang dari barang dagangan yang malam hari sudah dipegang. Namun hal tersebut jika barang terjual habis dan pelanggan membayar lunas barang yang di ambil. Jika barang tidak habis dan pelanggan banyak yang utang, maka tidak kan terjadi perputaran uang. Menurut beliau pedagang yang sukses adalah pedagang yang berhasil menjual barang dagangannya dalam jumlah yang banyak serta memiliki kios yang lebih dari satu kios. 5 Tari br Sembiring Pr, 45 tahun Ibu Tari sudah menjadi pedagang selama 25 tahun, ia sudah berdagang sebelum menikah. Ibu Tari sebelumnya adalah pedagang dari Pasar Sentral. Sejak pasar direlokasi Ibu Tari berjualan di Pasar Induk. Ibu Tari memperoleh kios nya saat ini melalui pembagian kartu yang dibagikan pemerintah kepada pedagang yang memiliki kios di Pasar Sentral. Adapun kios yang diperoleh Ibu Tari di Pasar Induk ini adalah kepemilikan kios hak pakai. Menurut Ibu Tari, jika dibandingkan jauh lebih ramai berjulan di Pasar Sentral dibandingkan Pasar Induk. Jika di Pasar Sentral barng dagngan dapat habis terjual, di Pasar Induk barang bisa tidak habis terjual jika terlambat sampai di lokasi Pasar Induk. Jika sudah pukul 04.00 WIB, pembeli sudah tidak ramai lagi dan barang dagangan hrus dijual dengan harga murah agar laku dan menjadi uang. Karena jika tidak jual murah maka modal tidak akan kembali. Pelanggan di Pasar Induk termasuk pelanggan yang pemilih, jika barang tidak kualitas baik Universitas Sumatera Utara pelanggan tidak mau membeli dan mencari barang kepada pedagang lain. Maka dari itu pedagang harus menyediakan barang dengn kualitas yang baik dengan harga yang murah. Ibu Tari adalah pedagang yang memperoleh atau mengambil barang langsung ke petani di ladang. Adapun barang dagangan Ibu Tari berasal dari daerah Tanah Karo. Setiap hari Ibu Tari mengambil barang ke petani di daerah Berastagi, Tanah Karo. Setelah memanen hasil pertanian, barang tersebut dikemas dan segera dibawa ke Medan untuk dibawa ke Pasar Indk. Karena jika barang sampai terlambat, maka pelanggan akan keburu membeli barang di pedagang lain dan barang dagangan tidak terjual habis. Barang harus sampai di Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB, jika lewat dari waktu tersebut, pelanggan sudah mencari barang kepada pedagang lain. Maka dari itu, Ibu Tari selalu berusaha agar barangnya samapai di Pasar Induk sebelum pukul 00.00 WIB. Jika barang belum habis terjual, barang dapat disimpan digudang yang disediakan di Pasar Induk, namun walau dapat simpan di gudang pedagang biasanya menunggu sampai pagi untuk menghabiskan barang dagangannya agar besok dapat mengganti barang yang baru, sehingga kondisi barang selalu baru. 6 Sutrisna br Surbakti Pr, 43 tahun Ibu Sutrisna adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 20 tahun lamanya. Ibu Sutrisna dari awal bekerja sudah menjadi pedagang, 20 tahun menjadi seorang pedagang membuat Ibu Sutrisna berpengalaman dalam menghadapi berbagai tipe pembeli. Dari pengalaman beliau banyak pelanggan nya yang tidak pernah terlihat Universitas Sumatera Utara lagi dan meninggalkan utang. Bukan hanya barang yang tidak dibayar pelanggan, pinjaman uang oleh pelanggan kepada pedagang juga sering tidak kembali. Semenjak Pasar Induk dibuka, Ibu Sutrisna mengambil barang langsung kepada petani dari Tanah Karo. Barang dagangan Ibu helmi adalah tomat. Ibu Sutrisna hanya menjual satu jenis barang, namun dalam jumlah yang banyak. Ibu Sutrisna menjual tomat dalam ukuran per keranjang, beliau tidak menjual barang dengan sistem eceran. Ibu Sutrisna menggunakan jasa transportasi becak dalam menghantar barang dagangannya kepada pelanggannya. Ibu Sutrisna memberikan sistem utang kepada pelanggan lama. Sistem utang yang diberlakukan beliau adalah ambil barang hari ini, bayar utang yang sebelumnya. Sistem utang yang demikian dikenal dengan istilah ”angkat satu, bayar satu”. 7 Bahtra Tarigan Lk, 43 tahun Bapak Bahtra adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah berdagang selama 7 tahun. Beliau awalnya bekerja sebagai petani sebelum menjadi pedagang. Menurut beliau tidak ada perbedaan yang mendasar antara Pasar Sentral dan Pasar Induk. Hanya saja jumlah pembeli di Pasar Sentral lebih banyak dibanding Pasar Induk. Hal tersebut karena perbedan lokasi dimana lokasi Pasar Sentral yang berada di sekitar jalan besar, dimana orang yang sekedar melewati tempat tersebut dapat berbelanja. Sedangkan lokasi Pasar Induk yang masuk kedalam membuat hanya pembeli yang memang berniat berbelanja yang mendatangi Pasar Induk. Untuk penyesuain yang dilakukan pedagang tidak terlalu sulit, karena pedagang yang di Pasar Induk adalah teman-teman mereka dari Pasar Sentral, sehingga hubungan sudah terjalin sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Barang yang dijual oleh Pak Bahtra adalah sayur brokoli, kembang kol, selada, daun seledri, daun bawang, terong, wortel, lobak. Barang yang dijual oleh Pak Bahtra dikirim oleh agen langganannya dari daerah Berastagi. Agen mengirim barang Pak Bahtra dan langganan lainnya dengan menggunakan truk Colddisel. Sesampainya barang di Pasar Induk, pegawai agen membagikan barang sesuai pesanan. Menurut Pak Bahtra untuk menjaga kepercayaan pelanggan, pedagang harus memperhatikan kualitas barang dagangan, menyediakan barang yang sesuai kebutuhan pembeli. Jika barang yang pelanggan butuhkan sedang kosong atau tidak ada, pedagang mengambil barang di tempat lain agar pelanggan tidak kecewa. Selain kualitas barang yang baik, harga juga menjadi hal yang penting untuk pelanggan. Dengan harga yang bersaing akan mempengaruhi pelanggan dalam berbelanja, untuk itu Pak Bahtra selalu berusaha untuk memberikan harga spesil kepada pelanggan lama. 8 Nande Rudi br Ginting Pr, 53 tahun Informan yang satu ini adalah pedagang yang sudah berdagang selama 36 tahun lamanya. Semenjak masih usia remaja beliau sudah bekerja sebagai pedagang. Awalnya membantu orangtua berjualan sepulang sekolah membuat Ibu ini memutuskan untuk berdagang. Nande Rudi adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral, beliau mendapat kartu dari pengelola pasar agar dapat memiliki kios di Pasar Induk sebagai hak pakai. Barang dagangan Nande Rudi berasal dari Tanah Karo, beliau memesan barang kepada agen langganannya. Barang yang dipesan melalui telpon akan diantar langsung ke Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB. Pembayaran dilkukn Universitas Sumatera Utara pada saat pengangkatan barang dari truk ke kios pedagang. Hubungan antara Nande Rudi dengan agennya terjalin baik, hanya rasa percaya yang mereka andalkan, kedua pihak berusaha untuk menjaga kepercayaan satu sama lain. Barang dagangan Nd Rudi adalah buah timun, sayur brokoli, sawi manis, sawi pait, sawi putih, kembang kol, kol,dan apa saja yang dibawa agen dari Tanah Karo. Nande Rudi menggunakan jasa transportasi becak untuk mengantar barangnya kepada pelanggannya. Di Pasar Induk semua pihak memiliki bagian masing-masing. Jasa transportasi becak bertugas mengangkut barang dari truk ke kios pedagang, mengangkat barang dari kios pedagang ke mobil pembeli. Mobil pedagang boleh saja langsung menghantar barang ke kios masing-masing, namun hal tersebut diatur waktunya. Mobil pedagang hanya bisa menghantar barang langsung ke kios pada pukul 21.00 WIB sampai sebelum pukul 00.00 WIB. Jika waktu yang ditentukan sudah lewat, maka alat transportasi yang dapat beroprasi di Pasar Induk adalah Becak. 9 Nande Andre br Ginting Pr, 43 tahun Nande Andre adalah pedagang dari Pasar Sentral yang sudah mulai berdagang selama 12 tahun. Bagi beliau pendapatan di Pasar Sentral jauh lebih besar dibanding di Pasar Induk. Hal tersebut dikarenakan sepinya pembeli di Pasar Induk dan pembeli yang sangat pemilih di Pasar Induk. Jika barang yang di tawarkan dengn kualitas yng kurang, maka pelanggan tidak mau membeli dan mencari barang di tempat pedagang lain. Nande Andre juga memberlakukan sistem utang dengan pelanggannya. Sistem utang tersebut berlaku untuk pelanggan yang sudah lama. Pembayaran barang yang diambil oleh pelanggan Universitas Sumatera Utara dapat dilunasi dalam beberapa hari, asal tidak lebih dari seminggu, namun kebanyakan pelanggan yang mengambil barang, dan melunasi utang yang sebelumnya, atau yang sering disebut sistem “ambil satu, bayar satu”. Jika tidak memberlakukan sistem utang, pelanggan tidak akan datang lagi berbelanja pada hari berikutnya. Namun karena keterbatasan modal, beliau memberikan sistem utang, namun dalam jangka waktu yang tidak lama. Dalam memperoleh barang dagangannya, Nande Andre membeli barang dari agen yang mengantar barang Ke Pasar Induk. Barang dagangan Nande Andre berasal dari daerah Berastagi. Adapun barang dagangan Nande Andre adalah sayur Brokoli, Kembang Kol, selada, arcis, daun seledri dan daun bawang. Menurut beliau sepinya pembeli di Pasar Induk karena belum lengkapnya barang yang dijajakan di Pasar Induk, seperti ikan, daging,dan sembako lainnya. Jika ada pedagang yang menjual ikan, daging, dan bahan sembako lainnya maka Pasar Induk akan ramai dikunjungi pembeli. 10 Agustria br Ginting Pr, 41 tahun Ibu Agustria adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah berdagang selama 12 tahun. Ibu Agustria sebelum menjadi pedagang awalnya bekerja sebagai pengusaha warung kopi. Menurut beliau tidak sulit untuk menyesuaikan diri berjualan di Pasar Induk, karena yang berjualan di Pasar Induk juga yang dulunya berdagng di Pasar Sentral, bagi beliau sma saja. Hanya saja jumlah pembeli di Pasar Sentral lebih banyak dibanding Pasar Induk. Hal tersebut karena perbedan lokasi dimana lokasi Pasar Sentral yang berada di sekitar jalan besar, sementara untuk menuju Pasar Induk harus menempuh jarak yang cukup jauh dari jalan protokol. Universitas Sumatera Utara Barang yang dijual oleh Ibu Agustria adalah sayur brokoli, kembang kol, selada,dan cabai. Barang yang dijual oleh Ibu Agustria langsung di peroleh dari agen yang berjualan di daerah Berastagi. Ibu Agustria secara langsung memilih barang ke Berastagi untk mendapat brang yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Karena sebagian besar pelanggan Ibu Agustria memesan barang melalui telpon sehari sebelum mengambil barang. Misalnua pelanggan memesan barang pada siang atau sore hari, dan diambil pada malam harinya. Menurut Ibu Agustria untuk menjaga kepercayaan pelanggan, pedagang harus memperhatikan kualitas barang dagangan, menyediakan barang yang sesuai kebutuhan pembeli. Jika barang yang pelanggan butuhkan sedang kosong atau tidak ada, pedagang mengambil barang di tempat lain agar pelanggan tidak kecewa. Selain kualitas barang yang baik, harga juga menjadi hal yang penting untuk pelanggan. 4.2.2 Informan Biasa 80. Saniah Pr, 40 tahun Ibu Saniah adalah seorang pembeli yang awalnya berbelanja di Pasar Sentral, namun karena adanya relokasi pasar, ia harus beralih berbelanja ke Pasar Induk ini. Menurut Ibu Saniah dengan direlokasinya pasar membuat ia lebih dekat dalam berbelanja barang dagangannya. Ibu Saniah adalah pedagang di Pasar Melati. Lokasi Pasar Induk dekat dengan tempat tinggalnya, sehingga dia merasa senang dengan keberadaan Pasar Induk ini. Dari penuturan Ibu Saniah yang mengatakan harga di Pasar Induk dengan harga saat di Pasar Sentral sama saja, tidak berbeda jauh. Karena jarak pasar saat Universitas Sumatera Utara ini sudah dekat dengan lokasi tempat tinggalnya, dapat menghemat waktu berbelanja. Di Pasar Induk ini, langganan Ibu Saniah tetap sama saat masih berbelanja di Pasar Sentral, jadi untuk urusan harga dan kualitas barang Ibu Saniah dan pedagang sudah tau sama tau. Tidak perlu khawatir lagi, rasa percaya yang sudah dibangun selama ini terus berlangsung diantara pedagang dan pembeli. Ibu Saniah mengatakan jika beliau tidak sempat berbelanja langsung ke pasar, ia biasa berbelanja via telpon, ia menelpon pedagang langganannya dan memesan barang yng ia butuhkan, untuk urusan pembayaran dapat dilkukan di hari berikutnya saat ia berbelnja ke pasar. Begitu juga dengan jasa becak yang biasa ia gunakan, ia hanya menelpon pekerja becak langganannya dan menyuruh beliau untuk menjemput barang belanjaannya ketempat pedagang langganannya. Barang dagangan atau barang yang sering dibelanjakn oleh Ibu Saniah adalah bahan-bahan capcai, yaitu sawi manis, sawi putih, bunga kol, brokoli, wortel,dau seledri, daun bawang, dan tomat. Ibu Saniah juga mengatakan bahwa jika pada hari-hari besar keagamaan, pedagang langgananya memberikan parsel sebagai hadiah. Persel tersebut dapat berupa sirup atau roti kaleng. Pemberin parsel adalah hal yang biasa diberi oleh pedagang untuk pelanggannya. Hal tersebut dapat memperert hubungan antar pedagang dan pembeli. 81. Jaka Sembiring Lk, 42 tahun Bapak Jaka adalah seorang pekerja becak yang sudah bekerja di Pasar Induk sejak diresmikannya Pasar Induk sekitar 1 tahun 8 bulan yang lalu. Dengan keberadaan Pasar Induk Lau Cih sangat membantu pendapatan Pak Jaka. Dulunya Universitas Sumatera Utara Beliau bekerja sebagai pekerja di sebuah toko grosir, setelah Pasar Induk dibuka, beliau keluar dari pekerjaannya dan mengubah sepeda motornya menjadi becak barang. Menurut beliau dengan adanya Pasar Induk ini menambah penghasilannya, karena dekat dengan lokasi rumahnya sehingga dapat dengan mudah menjadi pekerja jasa sorong di Pasar Induk. Selain menambah penghasilan sehari-hari, dengan adanya penumpang yang ada di Pasar Induk menambah kenalan Pak Jaka. Diluar jam operasi Pasar Induk, beliu juga sering mendapat penumpang via telepon untuk mengangkat barang dari langganan yang di Pasar Induk . Menurut penuturan informan pedagang dan penumpang di Pasar Induk berhubungan dengan baik. Pedagang dan penumpang memberi kepercayaan penuh terhadap pekerja becak. Dan rasa kepercayaan yang diberi pedagang dan penumpang itu dijaga oleh Pak Jaka untuk tetap mendapatkan penumpang. Dengan menjaga rasa percaya satu sama lain maka rezeki akan dilancarkan oleh Tuhan, penuturan Pak Jaka kepada peneliti. 82. Eddy Suranta Sembiring Bapak Eddy Suranta Sembiring adalah Kepala Pasar Induk, Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Beliau sudah menjabat selama satu tahun sebagai kepala Pasar Induk, Lau Cih ini. Beliau mengaku transaksi jual-beli di Pasar Induk semakin ramai saja. Selama menjabat sebagai kepala pasar di Pasar Induk ini, Bapak Eddy Sembiring belum pernah mendapati konflik yang berat yang terjadi. Hubungan antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pembeli, pedagang dengan jasa becak, pembeli dengan jasa becak, dan dengan pihak pengelola pasar berlangsung baik. Universitas Sumatera Utara Beliau yakin apabila para pedagang yang masih menggelar lapak di seputaran Jalan Sutomo dan sekitarnya bergabung di Pasar Induk ini, dipastikannya para pembeli akan semakin banyak lagi yang datang. Untuk itulah dia berharap para pedagang yang masih bertahan di Jalan Sutomo mau bergabung berdagang bersama-sama dengan pedagang lainnya di Pasar Induk. Bapak Eddy Sembiring menjelaskan, kapasitas Pasar Induk saat ini lebih dari cukup untuk menampung seluruh pedagang yang masih berjualan di Jalan Sutomo dan sekitarnya. Karena masih 50 persen dari total kapasitas Pasar Induk yang terisi pedagang, yang terisi masih 50 persen sehingga dapat menampung para pedagang dari Jalan Sutomo. Mengenai hal yang masih akan diperbaiki, yaitu menambah jumlah pedagang supaya berdagang di Pasar Induk. Cara yang telah dilakukan adalah Pemerintah telah menggalakkan Satpol PP dan Tim MUSPIDA untuk mengamankan dan membersihkan lokasi Jalan Sutomo sekitarnya. Selain itu, dalam bidang transportasi diupayakan tahun 2017 pembangunan terminal di depan lokasi Pasar Induk akan dilaksanakan. Pembangunan terminal ini nantinya, tentu akan menambah minat para pedagang maupun pembeli untuk melakukan aktivitasnya di Pasar Induk Kota Medan. Pengelola Pasar Induk dibagi kedalam beberapa kordinator yang sudah ditetapkan untuk masing-masing petugas. Misalnya kordinator yang menangani pengutipan bongkar muat barang yang baru masuk ke dalam pasar, kordinator juru parkir, kordinator keamanan dan jaga malam. Mereka bekerja sesuai bagian masing-masing, jadi jika pedagang merasakan atau mengalami masalah dan ingin Universitas Sumatera Utara melaporkan keluhan dapat melaporkan kepada kordinator bagian yang terkait. Sedangkan untuk pengelola yang di kantor PD Pasar Induk bertugas untuk pemeliharaan kebersihan dan fasilitas pasar, menyediakan penerangan listrik, serta mengurus berkas dan registrasi calon pedagang baru yang ingin menyewa kios untuk berjulan di lokasi Pasar Induk, Lau Cih Medan Tuntungan. 86. Yanto Lk, 23 Tahun Adalah seorang juru parkir yang bertugas di Pasar Induk, Lau Cih. Beliau sudah bekerja di Pasar Induk sejak tahun 2009 saat masih pekerjaan pembangunan Pasar Induk. Dulunya, informan tersebut bekerja sebagai tukang bangunan di Pasar Induk, namun setelah Pasar Induk mulai dioperasikan sebagai pusat pasar, beliau menjadi petugas juru parkis di Pasar Induk, Lau Cih.

4.2 Pola Adaptasi Sebagai Bentuk Penyesuaian Pedagang dalam