D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Penjatuhan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri No.02Pid.Sus-Anak2014PN.Bnj dan Pengadilan Tinggi No.10Pid.Sus-
Anak2014PT Mdn” sepengetahuan penulis bahwa dilingkungan Universitas Sumatera Utara penulisan tentang judul tersebut belum pernah dilakukan
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pemeriksaan oleh Departemen Hukum Pidana mengenai tidak ada judul yang sama.
Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat penulis katakan bahwa skripsi ini
merupakan karya penulis yang asli.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dan Batasan Usia
Anak
Di Indonesia sendiri ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang anak, misalnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 4 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Berbagai peraturan lain yang berkaitan dengan masalah anak.
Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu, “Anak adalah seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak juga menjelaskan tentang anak yang berkonflik dengan hukum yaitu, “Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut
Anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana.”
Kemudian menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga menjelaskan tentang pengertian anak yaitu,
“Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut
demi kepentingannya”. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum children in conflict with the law, adalah “Anak yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana”.
2. Pidana Dan Tujuan Pemidanaan
Pidana berasal dari kata Straf Belanda, yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan nestapa yang dikenakan kepada seseorang
yang terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana. Menurut Moeljatno dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, istilah hukuman yang berasal dari kata Straf,
Universitas Sumatera Utara
merupakan istilah yang konvensional. Moeljatno menggunakan istilah yang inkonvensional yaitu pidana.
12
Ahli hukum Indonesia membedakan istilah hukuman dengan pidana, yang dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah istilah
umum yang dipergunakan untuk semua sanksi baik dalam ranah hukum perdata, administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit
yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum pidana.
13
Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan. Sanksi itu
pada pinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pulalah yang menjadi pembeda terpenting antara
hukum pidana dengan hukum yang lainnya.
14
1. Van Hamel