kepada melakukan tindak kriminal. Artinya bahwa perlakuan terhadap pemberian pemenuhan hak-hak anak akan terasa adil apabila hak-hak anak itu juga tetap
diberikan terhadap perlindungan anak yang bermasalah dengan hukum. Perlindungan terhadap hak-hak anak termasuk perlindungan anak yang
berkonflik dengan hukum sebagaimana yang disampaikan oleh mantan Sekjend PBB tersebut kiranya manjadi bukti bahwa ada hukum secara internasional yang
mengatur perlindungan anak, termasuk anak yang berkonflik dengan hukum, hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa konvensi anak yang telah diratifikasi
oleh Negara Indonesia yang menjadi instrumen hukum bagi Indonesia dalam perlindungan anak
a. Konvensi Hak-Hak Anak 1989 Convenstion on the Rights of the
Child
Konvensi Hak Anak merupakan Instrumen Internasional tentang anak yang dituangkan dalam Resolusi PBB 4425 tentang Convention On The Right of
The Child CRC, telah disahkan pada tanggal 20 November 1989. Dalam instrument tersebut, ketentuan khusus yang mengatur tentang anak pelaku
delikuen tercantum dalam Article 40. Dalam article tersebut antara lain terkandung prinsip-prinsip perlindungan hak-hak anak pelanggar hukum yang
secara umum menonjolkan Asas Kesejahteraan anak serta Asas Proporsionalitas. Prinsip-prinsip tersebut, meliputi:
1. Perlakuan hak anak secara memadai sesuai tingkatan pemahaman anak,
mengusahakan anak menguasai rasa hormat kepada pihak lain, sambil berusaha mengintegrasiakn anak kembali ke masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
2. Asas legalitas;
3. Asas presumption of innocence;
4. Penjelasan tuduhan dan pemberian bantuan hukum;
5. Pemeriksaan yang fair dengan melibatkan orang tua dan penasihat hukum
anak; 6.
Pemberian tindakan pada anak oleh lembaga yang berwenang sesuai hukum yang berlaku;
7. Pemberian juru bahasa, perlindungan dan privasi anak;
Bagi semua anggota Negara merupakan suatu kewajiban, disamping merumuskan hukum pidana anak secara substansial dan prosedural termasuk
lembaga-lembaga pendukungnya, diminta juga untuk memperhatikan akan pentingnya :
1. Batas usia minimal pertanggung jawaban pidana anak
2. Penindakan anak tanpa harus melibatkan proses peradilan pidana
Prinsip-prinsip tersebut, dijabarkan lebih rinci di dalam Resolusi PBB 4033- The UN Standart Minimum Rules for the Administration of Juvanale
Justice the Beijing Rules. Instrument internasional yang relevan dengan masalah perindungan
anak delikuen, satu sama lain berhubungan erat dengan resolusi PBB 45112- The U.N. Standart Guidelines for the Prevention of Juvenale delinquency
Riyadh Guidelines, Resolusi PBB 4033- The U.N. Standart Minimum Rules for the Administration of the Juvenale Deliquence Beijing Rule, serta
Universitas Sumatera Utara
Resolusi PBB 45113 – The U.N. Rules for the Protection of Juvenale Deprived of Their Liberty.
69
1. Negara-negara anggota mengakui hak setiap anak yang dinyatakan
sebagai terdakwa atau telah melanggar hukum pidana, untuk diperlakukan sedemikian rupa, sesuai dengan kemajuan pengertian
anak tentang harkat dan martabatnya, sambil mengusahakan agar anak mempunyai rasa hormat pada hak-hak asasi dan kebebasan
pihak lain, dengan tetap mempertimbangkan usia dan keinginan anak dalam rangka mengintegrasikannya kembali sesuai dengan
peran konstruktifnya di masyarakat. Pada tahun 1989, rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan
pada tahun ini pula naskah akhir disahkan oleh Majelis umum PBB pada tanggal 20 November 1989, yang dituangkan dalam Resolusi PBB Nomor
4425 tanggal 5 Desember 1989. Sejak itulah anak-anak diseluruh dunia memperoleh perhatian secara khusus dalam standar internasional.
Konvensi Hak anak juga memberikan aturan mengenai perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Ketentuan tersebut diatur
dalam Pasal 40 Konvensi, yang berisi :
2. Pada akhirnya kembali dengan ketentuan instrumen internasional
yang relevan, negara-negara anggota secara khusus harus menjamin bahwa :
69
Ibid, Hlm.101
Universitas Sumatera Utara
a. Tidak boleh anak didakwa, dituntut, atau dinyatakan telah
melanggar hukum pidana dengan alasan perbuatan atau kelalaiannya itu tidak dilarang oleh hukum internasional pada
saat perbuatan pelanggaran itu dilakukannya. b.
Setiap anak yang didakwa atau dituntut sebagai pelaku pelanggaran hukum pidana harus paling tidak dijamin hak-
haknya berikut ini: i.
Anak dianggap tidak bersalah sampai ada pembuktian kesalahannya secara hukum.
ii. Anak berhak diberitahu dengan jelas dan langsung tuduhan
yang ditujukan terhadapnya, apabila perlu, dilakukan melalui orang tuanya atau kuasa hukumnya dan kepada
mereka diberikan bantuan hukum dalam rangka persiapan pembelaannya.
iii. Demi kepastian hukum dan mencegah terjadinyan
penundaan penanganan oleh lembaga yang berkompeten, bebas dan tidak memihak atau lembaga yudisial dalam
kerangka pemeriksaan yang fair sesuai hukum yang berlaku, anak harus didampingi penasihat hukumnya,
kecuai adanya alasan-alasan demi kepentingan terbaik anak, namun dengan tetap memperhatikan usia dan situasi anak,
orang tua atau kuasa hukumnya.
Universitas Sumatera Utara
iv. Agar tidak ada paksaan dalam memberikan kesaksian atau
pengakuan bersalah, pengujian terhadap kesaksian yang merugikan anak dan untuk memperoleh bahwa peran serta
saksi dan pengujian kesaksiannya betul-betul atas kehendak anak, pengujian itu harus dilandaskan atas dasar persamaan
hak. v.
Bila pertimbangan adanya pelanggaran hukum pidana, keputusan dan setiap tindakan yang dijatuhkan harus
dibawah pihak yang lebih berkompeten, bebas dan tidak memihak atau badan yudisial sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku. vi.
Anak yang tidak memahami atau tidak bisa berbicara bahasa yang digunakan, harus dibantu oleh seorang
penerjemah yang bebas. vii.
Anak berhak menerima privasinya di semua tingkat pemeriksaan.
3. Negara anggota dalam mendukung konvensi ini harus menetapkan
hukum, prosedur, pihak-pihak yang berwenang, lembaga khusus untuk menangani anak yang didakwa, dituntut atau yang
dinyatakan sebagai pelaku pelanggaran hukum pidana, secara khusus:
Universitas Sumatera Utara
a. Penetapan batas usia minimal terendah bagi seorang anak yang
dinyatakan belum layak dinyatakan sebagai pelaku pelanggaran hukum pidana.
b. Apabila diperlukan dan dikehendaki, tindakan terhadap anak
yang dilakukan tanpa melibatkan proses peradilan, persyaratan hak asasi manusia dan kuasa hukum harus dipenuhi.
4. Berbagi disposisi seperti perhatian, bimbigan, perintah
pengawasan, konseling, probation, bimbingan untuk membantu perkembangan, pendidikan, program training vokasional dan
alternatif lain ke dalam lembaga, harus memungkinkan untuk menjamin bahwa anak diperlakukan dengan cara-cara yang sesuai
dengan kesejahteraan manusia dan proporsional baik dengan keadaan lingkungan dan perbuatannya.
Konvensi hak anak yang diratifikasi oleh hampir semua anggota PBB, yang menandakan bahwa semua bangsa di dunia sepakat dan sepaham untuk
terikat dengan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Hak Anak tersebut, termasuk Indonesia yang meratifikasi Konvensi Hak Anak berdasarkan Kepres Nomor 36
tanggal 25 Agustus 1990.
70
Konvensi Hak Anak ini mengatur tentang perlindungan anak secara keseluruhan dan juga perlindungan terhadap anak yang melakukan tindak pidana,
bukanlah membahas khusus mengenai perlindungan terhadap anak pelaku tindak pidana. Instrumen hukum internasional yang secara khusus membahas tentang
70
Hadi Supeno, Op.cit, hlm. 33
Universitas Sumatera Utara
perlindungan anak pelaku tindak pidana salah satunya adalah United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice Beijing