Saran Hak-Hak Anak Yang Harus Dilindungi

h. pengembalian kepada orang tuaWali; i. penyerahan kepada seseorang; j. perawatan di rumah sakit jiwa; k. perawatan di LPKS; l. kewajiban mengikuti pendidikan formal danatau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta; m. pencabutan surat izin mengemudi; n. perbaikan akibat tindak pidana. 6. Putusan Pengadilan Negeri Binjai, di mana Hakim yang menjatuhkan pidana bersyarat dengan tidak menjatuhkan pidana penjara merupakan putusan yang berusaha memenuhi kepentingan dan perlindungan anak. Dengan menjatuhkan pidana bersyarat berupa pelayanan masyarakat dengan memberikan kewajiban terhadap anak untuk membersihkan Masjid atau Mushollah diareal sekitar rumah anak selama 1 jam setiap hari selama 1 satu tahun. Dengan pemberian sanksi tersebut diharapkan anak dapat berubah menjadi lebih baik lagi setelah menyadari kesalahan-kesalahannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah : 1. Perlu dilakukan pelatihan yang kontiniu terhadap aparat penegak hukum, khususnya Hakim mengenai UU SPPA agar lebih memahami dan tidak terdapat perbedaan penafsiran dalam penerapan UU SPPA Universitas Sumatera Utara 2. Bagi Hakim, perlu ditingkatkan penjatuhan sanksi pidana di luar pidana penjara yang lebih menitik beratkan untuk kepentingan dan perlindungan terhadap anak. Universitas Sumatera Utara 33 BAB II PENJATUHAN SANKSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM KAITANNYA DENGAN TUJUAN PEMIDANAAN DAN PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK

A. Hak-Hak Anak Yang Harus Dilindungi

Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir, sedangkan hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak tersebut mencakup non- diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan hidup, perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak. Hak-hak anak adalah merupakan alat untuk melindungi anak dari kekerasan dan penyalahgunaan. Hak anak dapat menciptakan saling menghargai pada setiap manusia. Penghargaan terhadap hak anak hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan kemudian menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain. Dalam dunia Internasional terdapat suatu Konvensi mengenai Hak-Hak Anak KHA, yang mana Konvensi Hak-hak Anak tersebut adalah sebuah perjanjian internasional yang mengakui hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya dari anak-anak. Perjanjian ini diadopsi oleh perserikatan bangsa bangsa pada tanggal 20 November 1989. Prinsip-prinsip dasar hak anak itu sendiri yang Universitas Sumatera Utara kemudian diadopsi menjadi UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 oleh pemerintah Republik Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Non-diskriminasi dan kesempatan yang sama Semua anak memiliki hak yang sama. Konvensi ini berlaku untuk semua anak, apapun latar belakang etnis, agama, bahasa, budaya, atau jenis kelamin.Tidak peduli dari mana mereka datang atau di mana mereka tinggal, apa pekerjaan orang tua mereka, apakah mereka cacat, atau mereka kaya atau miskin. Semua anak harus memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya. 2. Kepentinggan terbaik dari anak Kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama ketika membuat keputusan yang mungkin berdampak pada anak. Ketika orang dewasa membuat keputusan mereka harus berfikir bagaimana keputusan mereka itu berdampak pada anak-anak. 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan Anak mempunyai hak untuk hidup. Anak harus memperoleh perawatan yang diperlukan untuk menjamin kesehatan fisik, mental, dan emosi mereka serta juga perkembangan intelektual, sosial, dan kultural. 4. Partisipasi, Anak mempunyai hak untuk mengekspresikan diri dan didengar. Mereka harus memilik kesempatan untuk menyatakan pendapat tentang keputusan yang berdampak pada mereka dan pandangan mereka harus dipertimbangkan. Berkaitan dengan ini, usia anak, tingkat kematangan, dan Universitas Sumatera Utara kepentingan mereka yang terbaik harus selalu diingat bila mempertimbangan ide atau gagasan anak 54 Negara Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi konfensi Hak-hak anak dan karena itu mempunyai komitmen menurut hukum nasional untuk menghormati, melindungi, mempromosikan, dan memenuhi Hak-hak anak di Indonesia. Jauh sebelumnya pada tahun 1979, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1997 Indonesia mengeluarkan UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, kemudian seiring lahirnya era reformasi, tahun 1998 Indonesia mengeluarkan UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia. Setahun kemudian kita memiliki UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Kerja Paksa dan UU nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Usia Minimum Untuk diperbolehkan Bekerja. Puncak perjuangan hak-hak anak dan perlindungannya di Indonesia mencapai saat yang paling monumental ketika Pemerintah Republik Indonesia berhasil mengintrodusir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-undang ini dianggap ideal karena secara substantif mengacu pada penggabungan antara nilai-nilai dalam KHA dengan nilai-nilai lokal. Perbedaan yang mencolok adalah, apabila dalam KHA hanya 54 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak. Universitas Sumatera Utara mencantumkan hak-hak anak, dalam UU No 23 Tahun 2002, selain mencantumkan hak-hak anak juga kewajiban anak sebagaimana tercantum di dalam Pasal 19 UU tersebut. 55 a. Menghormati orang tua, wali, dan guru; Dimana kewajiban anak yang dimaksud dalam Pasal 19 UU tersebut adalah setiap anak berkewajiban untuk: b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara; d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, Bab II Pasal 2 sampai dengan 9, mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, diperkuat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 dalam Bab III Pasal 4 sampai Pasal 18 yang juga memberi aturan terhadap hak-hak anak, yang pada pokoknya menyatakan sebagai berikut: 1. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Dimaksud dengan asuhan, adalah berbagai upaya yang dilakukan kepada anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar dan anak yang mengalami masalah kelainan yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau 55 http:www.kpai.go.idartikelmenguji-komitmen-negara-dalam-perlindungan-anak, diakses pada tanngal 16 April 2016, pukul 16.50 Universitas Sumatera Utara keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. 2. Hak atas pelayanan Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna. Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979. 3. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979. 4. Hak atas perlindungan lingkungan hidup. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar Pasal 2 ayat 4 Undang- Undang No.4 Tahun 1979. 5. Hak mendapat pertolongan pertama. Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan dan bantuan dan perlindungan Pasal 3 Undang-undang No. 4 Tahun 1979. 6. Hak memperoleh asuhan. Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara, atau orang, atau badan lain Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No.4 Tahun 1979. Dengan demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. 7. Hak memperoleh bantuan. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan, agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang Universitas Sumatera Utara dengan wajar Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979. Menurut PP No. 2 Tahun 1988, bantuan itu bersifat tidak tetap dan diberikan dalam jangka waktu tertentu kepada anak yang tidak mampu Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 . 56 Substansi Hak-hak anak yang terdapat dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Hak-hak anak, Anak berhak atas : a. Kelangsungan hidup b. Tumbuh kembang c. Perlindungan d. Berpartisipasi 2. Hak-hak tersebut terbagi secara rinci meliputi : a. Hak sipil dan kebebasan b. Hak perawatan c. Pengasuhan dan pemanfaatan waktu luang d. Hak Kesehatan dan kesejahteraan e. Hak Pendidikan dan kebudayaan 57 56 http:setanon.blogspot.co.id201003diktat-hukum-perlindungan-anak.html,diakses pada tanggal 16 April 2016, pukul 16.50 wib. 57 http:www.kpai.go.idartikelmenguji-komitmen-negara-dalam-perlindungan-anak, diakses pada tanngal 16 April 2016, pukul 16.50 Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2012 Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan perubahan atas Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak PA dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sitem Peradilan pidana Anak. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pengadilan Anak ini memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak. Hak-hak anak yang dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tercantum dalam Pasal 3 dan 4, yaitu: 1. Pasal 3 UU SPPA, setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak: a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya; b. Dipisahkan dari orang dewasa; c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif; d. Melakukan kegiatan rekreasional; e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya; f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup; g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat; h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; i. Tidak dipublikasikan identitasnya; j. Memperoleh pendampingan orang tuaWali dan orang yang dipercaya oleh anak; k. Memperoleh advokasi sosial; l. Memperoleh kehidupan pribadi; m. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat; n. Memperoleh pendidikan; o. Memperoleh pelayananan kesehatan; dan p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 2. Pasal 4 UU SPPA, menyatakan bahwa anak yang sedang menjalani masa pidana berhak atas: a. Remisi atau pengurangan masa pidana; b. Asimilasi; c. Cuti mengunjungi keluarga; d. Pembebasan bersyarat; e. Cuti menjelang bebas; Universitas Sumatera Utara f. Cuti bersyarat; g. Hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak-hak tersebut diberikan kepada anak dengan tujuan agar adanya jaminan terhadap keberlangsungan masa depan anak yang berkonflik dengan hukum. Baik terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana maupun anak yang melakukan perbuatan tindak pidana.

B. Instrumen Hukum Nasional Dan Internasional Tentang Perlindungan

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Perlindungan Anak Di Bawah Umur Sebagai Saksi Dalam Suatu Tindak Pidana Dari Perspektif Undang – Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak

0 69 109

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Proses Peradilan Pidana Sesuai Dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (Studi Kasus Di Wilayah Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli)

1 64 127

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Pertanggungjawaban Pidana Anak Menurut Hukum Pidana Islam dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 8 0

Tinjauan Hukum Tentang Efektivitas Pemberlakuan Pidana Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak JUNCTO Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 10 64

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 16

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Terorisme (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 19 /Pid.Sus /11/PN.Klt )

0 0 21