duang opendnigs regeling ketentuan pendidikan paksa yang diselenggarakan oleh negara
96
2. Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak .
Melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak diatur perlakuan khusus terhadap anak-anak yang berkonflik dengan hukum, yang
berbeda dengan pelaku tindak pidana orang dewasa. Misalnya ancaman pidana ½ satu perdua dari ancaman maksimum pidana orang dewasa, tidak dikenal pidana
penjara seumur hidup atau pun pidana mati dan sebagainya. Ketentuan demikian dalam rangka menjamin pertumbuhan fisik dan mental secara utuh bagi anak.
Undang-undang Peradilan Anak yang tertuang dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 mengatur banyak hal kekhususan, selain itu juga melibatkan
beberapa lembaga institusi di luar Pengadilan, seperti pembimbing pemasyarakatan dari Departemen Kehakiman, pekerja sosial dari Departemen
Sosial, dan pekerja sukarela dari organisasi kemasyarakatan. Adanya ketentuan prosedur, mekanisme, dan lembaga – lembaga yang mana baru itu memerlukan
antisipasi dini bagi aparat terkait. Jenis-jenis sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada anak yang
berkonflik dengan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak diatur dalam Pasal 23, yaitu:
1. Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan
pidana tambahan. 2.
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah: a.
pidana penjara; b.
pidana kurungan;
96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
c. pidana denda; atau
d. pidana pengawasan.
3. Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 terhadap Anak
Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan barang- barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.
4. Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selain sanksi tindakan yang diberikan kepada anak yang melakukan tindak pidana, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak juga
memberikan aturan mengenai pemberian sanksi tindakan terhadap anak yang melakukan perbuatan pidana, hal tersebut diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu: 1.
Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah: a.
mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; b.
menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau
c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.
2. Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat disertai dengan
teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tersebut telah menjelaskan bahwa terdapat sanksi lain diluar pidana pokok yang
diatur dalam Pasal 23 yang dapat diberikan kepada anak. Sanksi tersebut adalah sanksi tindakan yang juga merupakan pembeda dengan jenis sanksi yang terdapat
pada Pasal 10 KUHP. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak juga
mengatur tentang ketentuan ancaman pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak nakal pelaku tindak pidana. Pada Pasal 26 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
Universitas Sumatera Utara
ditegaskan paling lama setengah dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan
hukuman mati atau penjara seumur hidup, maka bagi anak ancaman pidana itu maksimum 10 sepuluh tahun. Dengan ketentuan Pasal 26 ini, maka ketentuan –
ketentuan dalam KUHP tentang ancaman pidana bagi anak harus dibaca setengah dari ancaman hukuman bagi orang dewasa.
Selanjutnya UU No.3 Tahun 1997 menentukan, bagi anak nakal yang belum mencapai umur 12 dua belas tahun melakukan tindak pidana yang
diancam dengan hukuman mati atau pidana penjara seumur hidup, sesuai Pasal 24 1 huruf a Undang-Undang No. 3 Tahun 1997, maka terhadapnya tidak dapat
dijatuhkan hukuman pidana; melainkan menyerahkan anak itu kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja.
Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sesuai Pasal 1 angka 2 huruf a Undang-Undang No. 3 Tahun 1997, paling lama maksimum
setengah dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa. Demikian juga pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal Pasal 28 Undang-
Undang No. 3 Tahun 1997 adalah setengah dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa. Apabila denda itu ternyata tidak dapat dibayar, maka
wajib diganti dengan wajib latihan kerja paling lama 90 sembilan puluh hari kerja dengan jam kerja tidak lebih dari 4 empat jam sehari, dan tidak boleh
dilaksanakan pada malam hari. Ketentuan ini mengikuti Pasal 4 Permenaker No. :
Universitas Sumatera Utara
Per-01Men1987 yang menentukan anak yang terpaksa bekerja tidak boleh bekerja lebih dari 4 empat jam sehari, tidak bekerja pada malam hari.
97
Dalam hal pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal maksimal 2 dua tahun, maka dalam hal demikian sesuai Pasal 29 Undang-
Undang No. 3 Tahun 1997 hakim dapat menjatuhkan hukuman pidana bersyarat. Hal ini sepenuhnya bergantung kepada hakim untuk menjatuhkan pidana bersyarat
atau tidak. Apabila dijatuhkan pidana bersyarat, maka ditentukan syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah anak nakal tidak akan melakukan tindak
pidana lagi selama menjalani masa pidana bersyarat. Sementara syarat khusus misalnya tidak boleh mengemudikan kendaraan bermotor, atau wajib mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diprogramkan Balai Pemasyarakatan BAPAS. Jadi syarat umum tidak mengulangi tindak pidana lagi, sedangkan syarat khususnya
melakukan atau tidak melakukan hal – hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan hakim dengan mengusahakan kebebasan anak. Masa hukuman syarat khusus
harus lebih pendek dari syarat umum dan paling lama 3 tiga tahun.
98
Selama masa hukuman bersyarat, pengawasan terhadap anak nakal dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Sementara bimbingan dilakukan oleh
Pembimbing kemasyarakatan. Tujuannya adalah agar anak nakal itu menepati syarat yang telah ditentukan. Anak yang menjalani hukuman bersyarat dibimbing
di Balai Pemasyarakatan. Selama berstatus sebagai Klien Pemasyarakatan, anak nakal dapat mengikuti pendidikan sekolah.
99
97
Darwan Prinst, 1997, Hukum Anak Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm.25.
98
Ibid, hlm. 25-26
99
Ibid. hlm.26
Universitas Sumatera Utara
Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.
3 Tahun 1997, sesuai Pasal 30 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 2 dua tahun. Pidana pengawasan, adalah pidana
khusus yang dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari - hari di rumah
anak tersebut, dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan.
100
Pengadilan anak menurut UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak merupakan pengkhususan dari sebuah badan peradilan, yaitu peradilan umum
untuk menyelenggarakan pengadilan anak. Akibatnya dalam pengadilan tidak mencerminkan peradilan yang lengkap bagi anak, melainkan hanya mengadili
perkara pidana anak. Tujuan dari sistem peradilan pidana yakni resosialiasi serta rehabilitasi anak reintegrasi dan kesejahteraan sosial anak tidak melalui keadilan
restoratif dan diversi tidak menjadi substansi undang-undang tersebut. Akibatnya perkara anak, meskipun hanya melakukan tindak pidana ringan harus menghadapi
negara melalui aparat penegak hukum. Anak dipersonifikasikan sebagai orang dewasa dalam tubuh kecil sehingga kecenderungannya jenis sanksi yang
dijatuhkan pada perkara anak masih didominasi sanksi pidana dari pada sanksi tindakan. Konsekuensi logisnya, jumlah anak yang harus menjalani hukum di
lembaga pemasyarakatan semakin meningkat.
101
100
Ibid.
101
http:thezmoonstr.blogspot.co.id201306 kelemahan- dan- kekurangan-uu-no-3- tahun. html
, diakses pada tanggal 2 Mei 2016, pukul 08.25 wib.
Universitas Sumatera Utara
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ini tidak mengatur diversi untuk mengalihkan perkara anak di luar jalur peradilan formal sehingga anak
mendapatkan stigmatisasi. Sebangun dengan permasalahan ini, UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak belum mengakomodasi model keadilan restoratif.
Dengan melihat permasalahan di atas maka paradigma filosofi UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dapat dikatakan menganut pendekatan yuridis
formal dengan menonjolkan penghukuman retributive. Model peradilan anak retributif tidak pernah mampu memberikan kerangka kerja yang memadai bagi
berkembangnya sistem peradilan anak. Selain permasalahan di atas ketentuan- ketentuan dalam UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di bawah ini
juga bertentangan dengan spirit perlindungan terhadap anak sebagaimana diatur dalam KHA:
1. Usia minimum pertanggung jawaban pidana anak 8 tahun;
2. Penggunaan term hukum legal term anak nakal;
3. Tidak adanya mekanisme pembinaan anak yang ada adalah sistem
penghukuman anak. UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak masih menganut
pendekatan yuridis formal dengan menonjolkan penghukuman retributive dan belum sepenuhnya menganut pendekatan keadilan restorative restorative justice
dan diversi; UU ini belum sepenuhnya bertujuan sebagai UU lex specialis dalam memberikan perlindungan secara khusus bagi anak yang berhadapan dengan
Universitas Sumatera Utara
hukum; Secara substantif bertentangan dengan spirit perlindungan terhadap anak sebagaimana diatur dalam KHA.
102
B. Perumusan Sanksi Terhadap Anak Yang Berkonfik Dengan Hukum