70
2. Acara Pertunjukan Tari-tari Tradisional pada berbagai konteksnya. Tari-tari yang mesti bermitra dengan komposisi musik Talempong Pacik di antaranya tari
piring, tari sewah, dan tari galombang. Di sini bunyi-bunyian Talempong Pacik berperan sebagai background ritmis saja, karena tari-tarian tradisional ini
hanya memerlukan dukungan rasa aksen dan suasana musikal dari ensambel Talempong Pacik; artinya motif-motif gerak tari tidak terikat secara
penuh dengan garapan motif-motif ritmis dan melodi dari bangunan komposisi musik Talempong Pacik tersebut.
4.2 Proses Memainkan Talempong
Di Minangkabau alat musik talempong sudah lama dikenal dan bahkan sudah menunjukkan identitas daerah, hal ini diperkirakan karena pelaksanaan
penampilannya selalu dikaitkan dengan berbagai upacara adat. Peribahasa Minangkabau mengatakan baagueng batalempong, bapupuik batang padi
mengungkapkan bahwa musik talempong sudah menjadi bagian dari upacara adat. Sejauh pengamatan penulis, sekarang ini boleh dikatakan hampir seluruh
daerah di Minangkabau mempunyai alat musik talempong yang sewaktu-waktu siap untuk dipakai dan ditampilkan.
Secara umum talempong di Minangkabau dapat dimainkan dengan dua cara, yaitu :Talempong yang dipegang, biasa disebut Talempong Pacik.
Memainkan Talempong Pacik ini dilakukan oleh 3 orang pemain yang masing- masingnya memegang sebanyak 2 buah talempong dengan tangan kiri dan dipukul
dengan tangan kanan. Talempong yang dipegang dengan tangan kiri tersebut berada dalam posisi vertikal; Talempong yang sebelah atas dijepit dengan empu
jari dan telunjuk, Talempong yang sebelah bawah digantungkan pada jari manis
Universitas Sumatera Utara
71
dan kelingking, sedang jari malang berfungsi sebagai pemisah antara kedua talempong itu agar tidak bersentuhan, dengan demikian nada-nada yang
dihasilkannya akan menjadi nyaring. Ketiga pasang talempong yang dimainkan oleh 3 orang pemain itu dinamakan dengan Labuan berasal dari kata leburan,
dan masing-masing dari Labuan itu mempunyai namanya sendiri-sendiri pula, yaitu Labuan Anak, Labuan Induek, Labuan Paningkah. Ketiga Labuan ini akan
bermain dalam satu komposisi musik talempong yang utuh dalam suatu ungkapan Interlocking.
Cara memainkan Talempong Pacik adalah sebagai berikut : Mula-mula motif lagu dimainkan oleh Labuan Anak Kemudian diikuti
oleh Labuan Induek. Labuan Induek boleh memulai sesukanya asal saja jatuh temponnya tepat pada bagian yang telah ditentukan dengan berpedoman pada
motif yang dimainkan oleh Labuan Anak. Setelah Labuan Anak dengan Labuan Induek bermain stabil, barulah
Labuan Paningkah memulai pula permainannya, tetapi tetap berpedoman padda irama dari Labuan Anak dan Induek. Masuknya Labuan Paningkah ini akan
menambah semarak dan lebih bervariasi bunyi musik Talempong Pacik. Kemudian sebagai musik pendukungnya agar lebih semarak, orkes
tersebut ditambah dengan bunyi pukulan gendang dan pupuik batang padi atau serunai.
Salah satu ciri khas dari permainan Talempong Pacik adalah susunannya yang kadang-kadang disesuaikan dengan irama lagu yang dimainkan, artinya
nada-nada Talempong tersebut pada tiap-tiap Labuannya tidak tetap pada semua
Universitas Sumatera Utara
72
irama, tetapi bila diperlukan harus ditukar pasangannya sesuai dengan lagu yang dimainkan.
Adalah Talempong yang diletakkan diatas Rea atau standard, berukuran rendah sehingga dapat dimainkan sambil bersimpuh diatas tikar, Talempong ini
biasa disebut dengan Talempong Duduek Talempong Duduk. Untuk memainkan Talempong Duduk cukup dimainkan oleh 2 orang pemain saja, satu orang
memainkan motif dan yang satu orang lagi memainkan Paningkah. Untuk membantu agar lebih semarak ditambah dengan pukulan gendang serta bunyi
puput batang padi atau serunai. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ridwan bahwa dahulu alat musik Talempong Duduk terdapat dimana-mana;
setiap rumah gadang rumah adat memiliki seperangkat Talempong Duduk, gunanya untuk dimainkan anak-anak gadis sebagai pengisi waktu senggang
karena mereka tidak diizinkan keluar rumah dengan leluasa. Sekarang Talempong Duduk tidak didapati lagi di rumah-rumah adat tersebut, bahkan di Sungai Puar,
terkecuali pada daerah pinggiran seperti di desa-desa sekitar Talang Maur Kabupaten 50 Koto dan desa Unggan Kabupaten Sawah lunto Sijunjung.
Dewasa ini Talempong Paciklah yang berkembang dimana-mana, karena Talempong Pacik tersebut lebih praktis untuk dibawa-bawa, tambahan pula
perhatian anak-anak gadis Minangkabau terhadap alat musik Talempong Duduk boleh dikatakan sudah hilang.
Untuk memainkan musik Talempong, baik Talempong Pacik maupun Talempong Duduk diperlukan sebuah group dengan jumlah pemainnya minimal 3
orang dan ada kalanya sampai 12 orang, untuk Talempong Duduk biasanya
Universitas Sumatera Utara
73
dimainkan oleh 3 orang pemain saja, yakni 2 orang pemain Talempong dan satu orang pemain gendang, sedang untuk Talempong Pacik diperlukan pemain lebih
banyak, biasanya terdiri dari : 3 orang pemain Talempong, 1 orang pemain gendang, ditambah dengan 1 orang pemain puput ataupun serunai.
Dilihat dari sudut musiknya, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan, yaitu : Bahwa rangkaian nada-nada yang dilahirkan oleh musik Talempong
tersebut tidak berbentuk sebuah melodi, tetapi mengungkapkan sebuah Interlocking yang baik dan seronok dari masing-masing Labuan, Interlocking
tersebut merupakan sebuah ungkapan dari lagu-lagu berupa irama yang saling isi mengisi antara Labuan anak, induek dan paningkah dalam satu kesatuan irama
yang diulang-ulang. Kecekatan atau kemahiran bervariasai dari permainan Labuan Paningkah
dalam menghubungkan irama dari Labuan Anak dan Induek, sehingga melahirkan bentuk irama yang cerah, hal inilah yang menentukan kualitas dari permainan
musik Talempong, variasi dari Labuan Paningkah tersebut di Minangkabau dinamakan dengan Garitiek. Dalam penilaian bermutu atau tidaknya permainan
sebuah group Talempong, masyarakat di desa-desa akan memperhatikan siapa dulu tukang Garitieknya atau pemain dari Labuan Paningkah, kalau pemain dari
Labuan Paningkah ini seorang yang sudah dikenal dengan variasi permainannya, maka para pendengar akan merasa puas dengan penampilan dari group
Talempong tersebut. Pupuik batang padi atau Serunai dengan warna nada yang khas
membawakan sebuah melodi tersendiri sehingga membuat alat musik ini menjadi
Universitas Sumatera Utara
74
dominan dalam permainan musik sebuah group Talempong. Kehadiran PupuikSerunai ini menjadikan irama Talempong begerser ketempat kedua dan
berfungsi sebagai latar belakang yang tidak terpisahkan dari melodi pupuikserunai. Kemudian akan terlihat adanya sebuah kerjasama yang baik
antara kedua jenis alat musik ini, yang kadang-kadang pupuikserunai seolah memberi kesempatan kepada Talempong untuk muncul, maka disaat itu
Interlocking Talempong pun bermainn asyiknya. Keunikan lain yang ditemukan dari kedua jenis alat musik ini ialah bahwa
kedua jenis alat musik tersebut tidak berangkat dari nada dasar yang sama; nada- nada Talempong mempunyai nada dasar tersendiri yang non-diatonis, sedang nada
dasar pupuikserunai sudah mendekati nada-nada diatonis, namun musik tersebut bisa menampilkan suatu permainan yang utuh dalam satu kesatuan irama. Apabila
pupuik berhenti memainkan melodinya, muncul kembali dominasi Interlocking Talempong. Suatu ketika Interlocking tersebut mencapai klimaksnya yang sangat
menarik bagi para pemain maupun pendengar, saat itu pendengar pun akan menyambut dengan sorak sorainya. Kejadian seperti ini di Minangkabau
dinamakan dengan Bakacimang.
Universitas Sumatera Utara
75
Gambar 22 : Cara memegang talempong pacik
Gambar 23 : Cara memainkan talempong pacik posisi duduk
Gambar 24 : Cara memainkan talempong pacik posisi berdiri
Universitas Sumatera Utara
76
Gambar 25 : Cara memainkan talempong duduak posisi duduk
Gambar 26 : Cara memainkan talempong duduak posisi berdiri
4.3 Transkripsi