Manifestasi Klinis. Diagnosis. Melanoma Maligna.

d. Pemeriksaan Histopatologi dengan Biopsi Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi ini merupakan standar diagnosis melanoma maligna. Apabila ditemukan lesi pigmentasi yang diduga melanoma maligna setelah lesi pigmentasi memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteria minor maka selanjutnya dilakukan biopsi eksisi luas. Semua lesi yang diduga melanoma maligna seharusnya dihilangkan sempurna vertikal dan horizontal Suyatno dan Pasaribu, 2010. Prinsip biopsi harus sempurna, jenis biopsi tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi lesi. Bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan batas tumor 2-5 mm sedangkan insisi tumor dilakukan ketika diameter lesi lebih dari 2 cm dan secara anatomi letak lesi sulit seperti di daerah wajah Rager, Bridgeford, dan Ollila, 2005. Tindakan lymph node dissection dan terapi adjuvan dipengaruhi oleh kedalaman lesi. Untuk 5-6 mm punch biopsy dilakukan untuk mengambil lesi yang mencapai subcutaneous fat Goldstein dan Goldstein, 2001 Laporan histopatologi setidaknya memuat sesuai NIH Consensus Conference of 1992 dan the French Consensus Conference of 1995, sebagai berikut:  Diagnosis lesi memang berasal dari sel melanosit dan konfirmasi keganasan  Ketebalan tumor dalam milimeter berdasarkan metode Breslow  Penilaian kesempurnaan eksisi  Tingkat invasi Clark  Ada dan luas regresi  Ada dan luas ulkus Tambahan parameter, yaitu:  Jenis histologi  Bertempat di lesi sebelumnya  Mitotic index  Invasi ke vaskular  Tipe sel  Tumor infiltrating lymphocytes TILs  Fase pertumbuhan; vertikal atau radial Négrier et al., 2001 Ketentuan metode Breslow Suyatno dan Pasaribu, 2010, sebagai berikut:  Golongan I : Ketebalan tumor 0,76 mm  Golongan II : Ketebalan tumor 0,76-1,5 mm  Golongan III : Ketebalan tumor 1,5 mm Tingkat invasi berdasarkan Clark Herbst, 2014:  Tingkat I : Sel melanoma maligna terletak di lapisan luar kulit epidermis, disebut juga melanoma maligna in situ  Tingkat II : Sel melanoma maligna tepat dibawah lapisan epidermis papillary dermis  Tingkat III: Sel melanoma maligna sampai dengan perbatasan papillary dermis dan reticular dermis  Tingkat IV: Sel melanoma maligna sampai ke lapisan reticular dermis  Tingkat V : Sel melanoma maligna tumbuh sampai lapisan lemak di bawah kulit subcutaneous fat.

2.1.7. Prognosis.

a. Usia Beberapa penelitian melaporkan bahwa seiring bertambah usia pasien menandakan prognosis buruk sesuai hubungannya dengan overall survival rates . Laki-laki dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki mortalitas yang tinggi pada melanoma maligna. Seperti yang diketahui bahwa semakin bertambah usia berpengaruh terhadap penurunan mekanisme pertahanan imun tubuh Nagore et al., 2006. b. Jenis kelamin Banyak dari penelitian telah melaporkan bahwa perempuan memiliki survival rates yang lebih baik daripada laki-laki, walau telah disesuaikan juga dengan tebal tumor dan letak tumor de Vries et al., 2007. c. Letak tumor Letak melanoma maligna sesuai anatomi berbagai hasil dampaknya terhadap survival rate. Sesuai penelitian yang dilakukan AJCC, letak melanoma maligna di badan, kepala, dan leher berhubungan dengan prognosis buruk daripada letak melanoma maligna di ekstremitas Garbe et al ., 1995. d. Ketebalan tumor Ketebalan tumor beradasarkan metode Breslow dari tumor primer menunjukkan hubungan dengan survival rate pada penyakit stage I dan II. semakin meningkat ketebalan tumor semakin menurun survival rate. Sebelum AJCC 7 th edition tahun 2009 di publikasikan, tingkat invasi Clark berpengaruh terhadap survival rate, namun sekarang sudah digantikan posisinya oleh mitotic index de Vries et al., 2006. e. Ulkus Ulkus disebut sebagai faktor bebas prognosis di dalam AJCC 7 th edition tahun 2009 yang mana sangat berhubungan dengan survival. Terdapat ulkus pada tumor primer berisiko berkembangnya penyakit lebih parah dan menurunkan survival rate. Ulkus berhubungan dengan ketebalan tumor, dimana ulkus jarang pada melanoma maligna yang tipis 6 untuk melanoma maligna 1 mm dan banyak pada melanoma maligna yang tebal 63 untuk melanoma maligna 4 mm. pada penyakit stage III, ulkus berpengaruh yang signifikan pada overall survival Balch et al., 2009. f. Mitotic Index Pada beberapa pustaka dan penelitian memperlihatkan hasil yang mendukung hubungan yang signifikan antara tumor mitotic index dengan prognosis pada melanoma maligna. Mitotic index dihitung sebagai jumlah mitosis per millimeter kuadrat, ini biasanya dihitung jumlah mitosis yang nampak pada 5 lapangan pandang mikroskop daya kuat x40, dimulai dari lapangan pandang yang paling banyak mitosis. Pada AJCC 7 th edition tahun 2009 sudah dicantumkan mitotic index sebagai salah satu penentu staging. Pada pasien dengan mitotic index 0mm² memiliki hasil yang signifikan untuk survival rate yang baik daripada pasien dengan mitotic index ≥ 1mm² Paek et al., 2008. g. Faktor histologi lain Faktor lain yang mungkin berpengaruh pada prognosis melanoma maligna seperti terdapat microsatellitosis, tumor infiltrating lymphocytes TILs, regresi, tumor lymphamgiogenesis, dan radial versus vertical growth phase Paek et al., 2008.

2.2. Mitosis.

2.2.1. Definisi.

Mitosis adalah pembelahan sel dari 1 sel induk membelah menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika sama dengan sel induknya. Pada saat mitosis rantai ganda DNA yang merupakan pembawa informasi gen terbelah menjadi 2 rantai tunggal Sukardja, 2000. Pembelahan sel secara mitosis dilaksanakan untuk memperbanyak sel yang ada dalam tubuh makhluk hidup sehingga makhluk hidup ini dapat bertumbuh Junowo dan Juniarto, 2000.

2.2.2. Fase.

a. Profase Pada profase didalam inti nampak terdapat kromosom yang berupa benang-benang halus. Dalam inti sel akan dapat dilihat bahwa nukleolus akan mulai mengecil dan akhirnya menghilang dan membran inti juga menghilang. Selain itu, sentriol menggandakan diri dan masing-masing menuju kutub. Fase ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam Sukardja, 2000.