kelamin misalnya genital mutilation, prostitusi, pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam keluarga berencana, dan sexual
harassment pelecehan seksual. 5.
Gender dan beban ganda Adanya anggapan bahwa perempuan bertanggungjawab terhadap
pekerjaan domestik sehingga apabila perempuan tersebut harus bekerja di ranah publik maka ia harus memikul beban kerja ganda.
5. Keadilan gender dalam pelayanan kesehatan
Keadilan antara lain ditentukan oleh norma atau standard yang dianggap pantas atau adil dalam suatu masyarakat, yang mungkin berbeda satu dengan yang
lain dan mungkin berubah dari waktu ke waktu. Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO dalam
www.depkes.go.id mengandung 2 aspek:
1 Keadilan dalam status kesehatan yang tercapainya derajad kesehatan
yang setinggi mungkin fisik, psikologis dan sosial bagi setiap Warga Negara.
2 Keadilan dalam pelayanan kesehatan yang berarti bahwa pelayanan
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa tergantung pada kedudukan sosial seseorang, dan diberikan sebagai respon terhadap harapan yang
pantas dari masyarakat, dengan penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan bayar seseorang.
Keadilan dalam kesehatan didefinisikan sebagai keadaan untuk mengurangi kesenjangan dalam kesehatan dan determinan kesehatan, termasuk pelayanan
commit to users
kesehatan, yang dapat dihindarkan antara kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial termasuk gender yang berbeda. Untuk mengupayakan
keadilan dalam kesehatan, fokus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat yang paling rawan dan upaya untuk mengurangi kesenjangan dalam kaitan gender,
perempuan dalam posisi yang tersisih dan status kesehatannya lebih buruk dari laki-laki.
Lemahnya posisi perempuan dalam pelayanan kesehatan tampak dari seperti: 1 kurangnya informasi yang diakses oleh kaum perempuan dan tidak
dimilkinya keahlian menolong diri sendiri dalam kesehatan sehingga ketergantungan pada pihak lain sangat besar; 2 tidak memiliki jaringan sosial
yang kuat yang memungkinkan perempuan mampu melakukan tawar menawar dalam berbagai tindakan yang merugikan; 3 lemahnya basis ekonomi perempuan
yang menyebabkan ia tergantung pada pencari nafkah dan pada fasilitas kesehatan yang berkualitas rendah; 4 lemahnya basis sosial yang dapat digunakan sebagai
sumber legitimasi keberadaannya. Keempat faktor ini merupakan dasar dari berbagai bentuk tindakan yang merugikan kaum perempuan Abdullah, 2001: 95.
Indikator pemenuhan hak atas kesehatan meliputi: 1 ketersediaan availability yaitu fasilitas kesehatan seperti obat-obatan, pelayanan kesehatan
masyarakat dan program-program kesehatan harus dapat dinikmati semua orang; 2 Keterjangkauan accessibility yaitu semua orang dapat memenuhi hak atas
kesehatannya tanpa diskriminasi terutama bagi masyarakat adat, orang cacat, lanjut usia, anak-anak, dan perempuan. Selain itu, biaya kesehatan harus
terjangkau; 3 Penerimaan acceptability yaitu pemenuhan hak atas kesehatan
commit to users
harus menghormati etika medis dan kebudayaan seperti penghormatan budaya individu kelompok minoritas komunitas dan memenuhi prinsip-prinsip sensitif
gender; 4 Kualitas quality yaitu pemenuhan hak atas kesehatan mengacu pada prinsip medis dan pengetahuan yang layak dan bermutu, dapat diuji berdasarkan
ilmu pengetahuan tersedia pelayanan kesehatan, sanitasi yang memadai, serta air bersih layak minum Rostanty, 2006:33
B. KAJIAN TEORI TENTANG ANGGARAN RESPONSIF GENDER