1. Program tidak relevan dengan kebutuhan gender
Program masih didominasi dengan kegiatan operasional atau kebutuhan aparat. Selain itu program yang dibuat bersifat
pengulangan program dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga nampak program tersebut berasal dari Dinas top down bukan
merupakan usulan masyarakat hasil proses perencanaan. Belum terdapat upaya pengarusutamaan gender dalam
melakukan perencanaan program. Hal ini dibuktikan dengan masih 0 nya alokasi umum yang mainstream gender. alokasi anggaran
untuk spesifik gender dan affirmative action memang sudah nampak terdapat anggarannya tetapi jumlah anggaran tersebut
masih sangat minim.
Boks.15: Contoh Besarnya Alokasi Anggaran untuk Kelompok Rentan
Anggaran untuk kelompok rentan seperti perempuan, bayi, balita, anak-anak, dan lansia juga masih sangat minim. Secara
rinci dapat diketahui dari penghitungan berikut: status gizi ibu hamil dapat dilihat dari banyaknya ibu hamil yanng menderita
Kurang Energi Kronis KEK dan Anemia Gizi Besi AGB. Pada tahu 2008 ditemukan ibu hamil KEK sebanyak 491 orang.
Sedangkan anggaran yanng ada sebesar Rp.125.447.500,00 dengan
rincian Rp.108.085.000,00
merupakan belanja
operasional yang berupa belanja pegawai dan belanja barang dan jasa. Sedangkan belanja untuk penanggulangan KEK
sebesar Rp.17.362.500,00. Jika anggaran tersebut diberikan kepada ibu hamil KEK, maka setiap ibu hamil KEK hanya
mendapatkan Rp.35.361,00ibu hamiltahun.
commit to users
2. Terjadi penurunan anggaran
Menyesuaikan dengan tingkat inflasi ketika menghitung anggaran yang diperlukan untuk satu kegiatan sangat penting
dilakukan. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi setiap tahunya selalu meningkat, dengan demikian kebutuhan belanja pun pasti
meningkat setiap tahunya. Berdasarkan hasil content analysis diketahui terjadi penurunan jumlah alokasi anggaran responsif
gender dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan capaian output jauh dari harapan.
Anggaran responsif gender belum diterapkan di dalam anggaran kesehatan Kota Surakarta tahun 2008-2010. Dalam
penerapan anggaran responsif gender dalam anggaran kesehatan Kota Surakarta tahun 2008-2010 terjadi penurunan jumlah
anggaran responsif gender. Disamping itu besarnya jumlah anggaran responsif gender masih sangat minim. Sebagian besar
jumlah anggaran masih tergolong kedalam kelompok netral gender. Sehingga belum mampu mencapai harapan untuk
mewujudkan anggaran
kesehatan yang
berkeadilan dan
berkesetaraan gender. Berdasarkan dengan fokus pemetaan kategori anggaran
responsif gender dapat diketahui bahwa alokasi anggaran spesifik gender dan affirmative action telah ada di dalam anggaran
Kesehatan Kota Surakarta tahun 2008-2010. Namun kategori
commit to users
alokasi umum yang gender mainstreaming belum ada 0. Sehingga dapat diketahui asumsi para pengambil kebijakan dalam
anggaran kesehatan baik dari lembaga lesgislatif ataupun lembaga eksekutif belum mampu memahami konsep anggaran responsif
gender berdasarkan pada Permendagri No 15 tahun 2008. Turunnya aturan Permendagri No 15 Tahun 2008 tidak
memberikan perubahan yang signifikan terhadap perbaikan anggaran responsif gender di Kota Surakarta. Dengan demikian
anggaran kesehatan Kota Surakarta belum mampu mencapai anggaran yang berkeadilan dan berkesetaraan gender.
commit to users
C. KENDALA DALAM PENERAPAN ANGGARAN RESPONSIF