4. Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Responsif Gender Dalam
Anggaran Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2008-2010
Anggaran yang tertuang dalam anggaran kesehatan dapat dikatakan efektif dan efisien apabila dari awal perumusannya sampai
implementasinya sudah dapat memenuhi output yang diharapkan. Berdasarkan pengalokasian dan jumlah anggaran responsif gender
dalam anggaran kesehatan Kota Surakarta tahun 2008-2010 belum mendapatkan alokasi yang memadai yang berakibat out put dan out
come kegiatan menjadi tidak tercapai. Terlebih apabila dilakukan penelusuran biaya langsung aktivitas terhadap Dokumen Pelaksanaan
Anggaran DPA Dinas Kesehatan maka didapatkan hasil bahwa muatan anggaran terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa
serta belanja modal. Dimana kegiatan tersebut sebagian masih bersifat operasional. Sebagai contoh seperti yang nampak pada boks. 14:
Boks.14 Contoh alokasi anggaran pada DPPA Kota Surakarta
Program : Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Kegiatan :Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular Tahun
: Tahun anggaran 2008 Belanja
langsung : Rp. 82.150.000,00
No Belanja Volume
Jumlah anggaran Rp
1 Pelanja pegawai
4.000.000
1.1 Honor panitia lokakarya TB paru 17org
2.125.000 1.2 Uang saku peserta lokakarya
75x25.000 1.875.000
2 Belanja barang dan jasa
78.150.000
2.1 Belanja ATK 1paket +
75paket 2.425.000
2.2 Belanja bahan material 15paket
30.000.000 2.3 PMT penderita HIV
1800orghr 18.000.000
2.4 Belanja jasa kantor -
17.000.000 2.5 Cetak dan penggandaan
1paket 1.800.000
2.6 Makan dan minum rapat 75orgx4
8.525.000 Sumber: diolah dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD tahun 2008
commit to users
Berdasarkan data diatas dapat diketahui alokasi anggaran yang langsung dinikmati oleh sasaran sebagai berikut:
a. Uang saku peserta lolakarya : Rp.1875.000,00
b. Belanja vahan material
: Rp.30.000.000,00 perbaikan sanitasi rumah penderita TB
c. PMT penderita HIV AIDS : Rp.18.000.000,00 +
Jumlah : RP.49.875.000,00
Alokasi anggaran dari program tersebut yang bisa dinikmati oleh publik senilai Rp. 49.875.000,00 60,7 dan alokasi untuk
operasional senilai Rp.32.275.000,00 39,3. Hal ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan dari belanja publik juga dinikmati oleh
publik. Masih terdapat belanja operasional atau kebutuhan birokrasi yang disisipkan di belanja publik. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
anggaran kesehatan yang dinikmati oleh publik sangat minim. Banyak kegiatan yang berupa rapat, seminar, lokakarya, workshop ,
sosialisasi, penyuluhan yang bersifat ceremonial. Sedangkan pada tataran penanganan secara langsung untuk kesehatan masyarakat yang
berkeadilan gender masih relatif sedikit. Berbagai masalah tersebut mengakibatkan munculnya masalah
dalam penerapan anggaran responsif gender menjadi tidak efektif dan efisien yang secara lengkap dapat dipaparkan sebagai berikut:
commit to users
1. Program tidak relevan dengan kebutuhan gender