dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari setiap proyek yang diprogramkan.
Dengan berprinsip pada dua hal tersebut maka menggintegrasikan isu gender dalam anggaran sangat perlu dilakukan untuk menjamin bahwa dana
publik dibelanjakan secara adil dan efektif dalam memenuhi kebutuhan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu terdapat jelas antara isu gender dengan anggaran.
Anggaran merupakan alat untuk mendukung pelaksanaan kebijakan sebagai respon terhadap isu gender
.
2. Mengintegrasikan isu gender dalam Anggaran Berbasis Kinerja RKA-
KL SKPD
Setelah lima tahun berjalan, PP No 105 Tahun 2000 digantikan oleh PP No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang berimbas dengan
digantinya Kepmendagri No 29 Tahun 2002 turunan dari PP 1052000 dengan Permendagri No 13 Tahun 2006 turunan dari PP No 582005. Dalam PP No 58
Tahun 2005 dan Permendagri No 13 Tahun 2006 ini, semakin kuat komitmen untuk menerapkan anggaran dengan pendekatan prestasi kerja anggaran
berbasisi kinerja dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka panjang menengah medium term expenditure frameworkMTEF dan
penganggaran terpadu unified budget.
commit to users
Dalam aturan ini disebutkan bahwa: 1.
Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan
terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat
keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju forward estimate
2. Prakiraan Maju forward estimate berisi perkiraan kebutuhan anggaran
untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
3. Penganggaran terpadu unified budgeting dilakukan dengan memadukan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana
kerja dan anggaran. 4.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang
diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Sundari.2006:117 Berdasarkan pada pendekatan diatas maka dapat diketahui bahwa pada
dasarnya anggaran kinerja merupakan sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan.
commit to users
Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 93 ayat 1 menyebutkan penyusunan RKA
– SKPD didasarkan pada lima hal: 1.
Indikator kinerja Yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang
akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncakan. 2.
Capaian atau target kinerja Yang dimaksud dengan capaian atau target kinerja adalah ukuran prestasi
kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
3. Analisis standard belanja
Analisis standard belanja adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
4. Standard satuan harga
Yang dimaksud dengan satuan standard satuan harga adalah harga satuan setiap unit barang dan jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah. 5.
Standard pelayanan minimal SPM Yang dimaksud dengan SPM adalah tolok ukur kinerja dalam menetukan
capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Langkah untuk mengimplelentasikan SPM dimulai dengan memastikan bahwa setiap program kegiatan dilaksanakan dalam koridor pencapaian SPM.
Untuk itu setiap programkegiatan harus jelas apa yang akan dicapai, apa
commit to users
keluaran yang diharapan, apa hasil yang diharapkan dan berapa anggaran yang digunakan. Untuk memastikan bahwa peogramkegiatan dilaksanakan sesuai
dengan yang seharusnya, ada empat indikator yang harus dipenuhi. Empat indikator yang dimaksud:
Tabel 2.5 Indikator Standart Pelayanan Minimal
Indicator Deskripsi
Isi Capaian program
Sesuatu yang akan dicapai oleh SKPD terkait dengan
upaya pemenuhan SPM Bersisi target kuantitatif
yang ingin dicapai. Masukan input
Segala sesuatu
yang dibutuhkan
untuk menghasilkan keluaran
Berisi tingkat besarnya sumber daya ekonomi
Keluaran output Barang
dan jasa
yang dihasilkan
Rincian tentang produk barang dan jasa
Hasil outcome Mencerminkan
berfungsinya secara
langsung efek langsung keluaran
tersebut pada
jangka pendek menengah Tingkat
keberhasilan yang
akan dicapai
berdasarkan keluaran
atau program
yang dilakukan
Sumber: Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 95 ayat 1 Berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 104 Tahun 2010 yang
menjelaskan penerapan anggaran responsif gender akan diuji cobakan kepada 7 KementrianLembaga Negara yaitu Departemen Pendidikan; Departemen
Kesehatan; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Pertanian; Departemen Keuangan; Kementrian Perencanaan Pembanguan Nasional BAPPENAS; dan
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dengan mengintegrasikan isu gender kedalam RKA masing-masing SKPD.
Pengintegrasian isu gender ini bisa dilakukan dengan melakukan langkah-langkah:
Langkah pertama : memasukkan indikator gender dalam indikator
standard pelayanan minimal SPM SKPD bersangkutan.
commit to users
Input masukan Apakah tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat atau
besarnya sumber dana, SDM, material, waktu, teknologi, dan sebagainya, yang digunakan untuk
pelaksanaan program dan kegiatan, berdasarkan pemilahan perempuan dan laki-laki?
Output keluaran Apakah tolok ukur kinerja berdasarkan produk
barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan dengan masukan yang digunakan telah
sesuai dengan input untuk kepentingan perempuan dan laki-laki?
Outcome hasil Apakah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah
dilaksanakan, telah sesuai berdasarkan pemilahan laki-laki dan perempuan
Benefit manfaat Apakah tolok ukur berdasarkan tingkat pemanfaatan
yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dan
pemerintah daerah dari hasil program dan kegiatan? Impact
Apakah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari
manfaat telah
dirasakan oleh
laki-laki dan
perempuan?
commit to users
Langkah kedua : masukkan keadilan dan kesetaraan gender dalam
indikator capaian dari setiap programkegiatan. Untuk dapat memasukkan persoalan ketidakadilan gender kedalam
program pelayanan publik yang juga harus tercermin dalam anggaran publik pada suatu daerah tertentu, terdapat sebuah kerangka kerja yang
dapat digunakan seperti berikut: Input
Apakah dalam input mengenai perencanaan dan alokasi anggaran yang diperkirakan untuk semua program dapat
mencapai keadilan antara perempuan dan laki-laki? Aktivitas
Apakah aktivitas dalam program yang direncanakan dapat dinikmati oleh perempuan dan laki-laki dengan
setara? Dan apakah program tersebut mampu menjawab kebutuhan dan kepentingan yang berbeda antara
perempuan dan laki-laki? Output
Apakah output telah terdistribusi secara adil bagi perempuan dan laki-laki? serta apakah output tersebut
mencukupi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki?
Dampak Apakah dampak yang diperkirakan dengan dampak
yang secara faktual terjadi telah mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender?
commit to users
Langkah ketiga
: masukkan
isu gender
dalam programproyekkegiatan suatu Dinas dengan memasukkan satu atau lebih
dari empat indikator pemberdayaan yang berkeadilan gender. Indikator pemberdayaan yang dimaksud adalah:
a.
Manfaat. Bagaimana programproyekkegiatan tersebut bisa
memberikan manfaat yang adil antara laki-laki dan perempuan?anak –
anak?lansia?penyandang cacat? b.
Akses. Bagaimana laki-laki, perempuan dan kelompok rentan anak-
anak, lansia, penyandang cacat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses programproyekkegiatan tersebut?
c.
Partisipasi. Bagaimana laki-laki, perempuan dan kelompok rentan
anak-anak, lansia, penyandang cacat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi terlibat aktif dalam programproyekkegiatan
tersebut. d.
Kontrol. Bagaimana laki-laki, perempuan dan kelompok rentan anak-
anak, lansia, penyandang cacat memiliki kesempatan yang sama untuk menguasi menguasai mengambil keputusan atas sumber daya yang
tersedia dalam programproyekkegiatan tersebut? Sundari, 2006:110
Berdasarkan Peraturan Menkeu No 104 Tahun 2010, menyusun RKA-KL yang memuat upaya perwujudan kesetaraan gender dengan menyipakan hal-hal
sebagai berikut:
commit to users
1. Gender Budget Statement GBS
GBS adalah dokumen yang menginformasikan suatu kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada, dan apakah telah dialokasikan
dan pada kegiatan bersangkutan untuk menangani permasalahan gender tersebut. Untuk kegiatan yang responsif gender, GBS
merupakan bagian dari kerangka acuan kegiatan TOR. 2.
Term Of Reference TOR Untuk kegiatan yang telah dibuat GBS-nya, maka TOR dari
subkegiatan yang relevan dengan upaya mewujudkan kesetaraan gender mencakup grup-grup akun yang telah diuraikan pada GBS
tersebut. Secara opreasional, perencanaan mamasukkan perspektif gender pada
beberapa bagian TOR sebagai berikut: a.
Dasar Hukum TusiKebijakan: pada bagian ini diuraikan secara jelas informasi mengenai output yang dihasilkan oleh suatu kegiatan dan
dasar kebijakan berupa penugasan prioritas pembangunan nasional. Selanjutnya diuraikan pula mengenai analisa situasi berkenaan dengan
isu gender yang ada dalam rangka menghasilkan output kegiatan dimaksud.
b. Pelaksanaan kegiatan termasuk time table: pada bagian ini diuraikan
komponen input yang mendukung langsung perbaikan kearah kesetaraan gender. Dengan kata lain bahwa komponen input
mendukung pencapaian output kegiatan yang berspektif gender harus
commit to users
dapat menjelaskan upaya perbaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Anggaran Responsif Gender