Teori Kendala Pengembangan Perbankan Syari’ah
Muhammad 2006;92 ada beberapa permasalahan-permasalahan pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia, yaitu :
1. Kesiapan masyarakat Islam dalam menerima kehadiran bank berasaskan
syari’ah. Ada asumsi dasar selama ini keliru dipahami, yakni mayoritas masyarakat Muslim sudah demikian jauhnya dirasuki virus riba dan
sekaligus sangat menghayati sekularisme, khususnya dalam aspek keuangan. Akibatnya adalah, selalu saja ada dalih yang diangkat untuk
mengelak dari ajakan kembali ke ajaran Islam murni dan konsekuen. Hal ini tidak saja terjadi pada masyarakat awam saja, tetapi juga terjadi di
kalangan mereka yang cukup memahami fiqh dan syari’at Islam. Dalam tataran konsep dan semangat, mereka dengan antusiasme, tetapi pada
tataran praktis, mereka bersifat sebaliknya. Kendati demikian tidak ada yang menolak kehadiran bank Islam, tetapi sangat sedikit yang mau
melakukan bisnis dengan bank Islam. 2.
Adanya kenyataan empiris manajemen rata-rata lembaga keuangan atau bank Islam. Terlepas dari ketidakpastian sebagain besar masyarakat
Muslim untuk berbisnis dengan pola syari’ah Islam, maka seyogiyanya manejemen harus secara kritis mampu melakukan evaluasi perkembangan
usaha, termasuk dalam konteks kompetisi dengan lembaga konvensional. 3.
Adanya anggapan sebagian masyarakat perihal kemurnian bank syari’ah yang beroperasi saat ini. Dalam kemurnian ini, pengamat buku ini
memberikan dua catatan, yaitu :
1 Anggapan itu ada benarnya,tetapi ini menyagkut sistem makro
perbankan nasional yang memang tidak mudah direvisi semudah membalikkan telapak tangan. Keberatan yang diajukan oleh sebagian
anggota masyarakat adalah perihal keterlibatan bank syari’ah dalam transaksi dengan perbankan konvensional yang masih berdasarkan
riba. 2
Adanya indikasi bahwa manajemen beberapa BPRS baik itu terpaksa maupun tidak,, melakukan transaksi yang sangat berbau riba. Hal ini
sudah menjadi rahasia umum, sehingga terasa sangat berat bagi manajemen untuk mengajak masyarakat untuk menghindarkan dari
riba, sementara pihak yang mengajak tidak bersih dari riba. 4.
Hambatan yuridis Banyak yang mengklaim bahwa satu diantara faktor yang menghambat
laju pertumbuhan lembaga keuangan syari’ah adalah aspek yuridis. Kendati UU No. 7 1992 sudah membuka peluang beroperasinya bank
berdasarkan syari’ah Islam, tetapi peluang tersebut masih mempunyai hambatan yang terselubung. Namun patut disyukuri, bahwa pada tahun-
tahun lalu, sudah peluang jauh lebih besar lagi untuk kehadiran dan kemajuan lembaga keuangan syari’ah.