dengan data-data yang diperoleh, kemudian mencari tahu kendala-kendala apa sajakah yang masih dihadapi perbankan syari’ah di Kota ini. Dengan
mengidentifikasi dan analisa kendala-kendala yang dihadapi, maka dapat diambil strategi atau kebijakan-kebijakan apa yang harus dilakukan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan atau meminimalisir kelemahan dan kekurangan yang ada.
Strategi dalam mencapai tujuan organisasi dapat dirumuskan sebelumnya dengan melakukan suatu analisis terhadap keseluruhan indikasi dalam organisasi
tersebut. Dengan melakukan analisis pemimpin dapat menemukan formula strategi yang baik untuk mengarahkan organisasi perusahaan maju ke depan, dan
bukan hanya terpaku pada rutinitas organisasi saja. Selain itu, kegiatan analisis organisasi juga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah. Salah satu contoh analisis organisasi perusahaan yang relatif efisien
untuk digunakan adalah adalah analisis SWOT. Proses SWOT melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya. Kemudian menerapkannya ke dalam matrix SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang tersedia,
bagaimana cara mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada, bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang
ada dan bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru wiki. 2012.
Dengan menggunakan analisa SWOT organisasi ataupun perusahaan akan mampu mengembangkan kekuatan potensial dengan memamfaatkan peluang,
serta menekan kelemahan yang dapat menjadi ancaman. Menurut Fredy Rangkuti dalam Hifni Rohman analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antra
unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.
Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan
Lingkungan Internal : KekuatanPotensi,Kelem
ahanKendala
Lingkungan Eksternal : Peluang dan Ancaman
Strategi Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang syumul telah memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan perbankan konvensional saat ini, yang timbul akibat
penggunaan instrumen bunga. Dalam hukum Islam, bunga bank tersebut diangggap riba, yang hukumnya adalah haram sebagaimana yang difirmankan
oleh Allah SWT di dalam Al-qur’anul Karim. Permasalahan ini dapat dicegah dengan sistem perbankan Islam yang menerapkan konsep bagi hasil profit and
loss sharing, dikarenakan Islam lebih mengutamakan keadilan dan ikatan silaturrahim dari pada sekedar keuntungan.
Ditinjau dari segi kelembagaan, perbankan syari’ah pertama kali berdiri pada tahun 1963 di tepi Sungai Nil, Mesir, dengan nama Myt-Ghamr yang
beroperasi tanpa bunga. Perintis usaha ini adalah Ahmad El Najjar, yang permodalannya dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Kehadiran bank Islam di
Mesir tersebut, mengilhami diadakannya konfrensi negara Islam pertama di Jeddah- Arab Saudi pada Desember 1973. Hasil nyata dari konfrensi itu adalah
kesepakatan dari 22 negara Islam untuk mendirikan Islamic Development Bank IDB. IDB resmi didirikan pada 20 Oktober 1975 dengan kantor pusat di Jeddah,
dengan kantor perwakilan di beberapa negara peserta, termasuk Indonesia. IDB ini bertugas menyediakan dana untuk proyek pembangunan perbankan syari’ah
di negara anggota, dengan jasa keuangan berbasis fee dan profit sharing Anif Punto Utomo, dkk. 2014;24.
1
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam terhitung lambat dalam mengikuti perkembangan perbankan syari’ah. Secara nasional,
Indonesia mulai menjalankan operasi perbankan syari’ah pada tanggal 1 Mei 1992, yang ditandai dengan beroperasinya PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
yang berdiri pada tahun 1991. Perkembangan perbankan syari’ah meningkat pesat ketika terjadi krisis moneter tahun 1997-1998 yang menyebabkan turunnya kurs
Rupiah terhadap Dollar AS, yakni Rp. 17.000USD. Krisis ini menjadi momentum perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia dengan diberlakukannya Undang-
Undang UU No. 10 tahun 1998 menggantikan UU No. 7 tahun 1992. Dalam UU No. 10 tahun 1998, diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syari’ah, dan memberi peluang bagi bank-bank konvensional untuk membuka Unit Usaha Syari’ah
UUS atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank Umum Syari’ah BUS. Setelah UU No. 10 tahun 1998, pemerintah memperbaiki dan
menyetujuinya, kemudian hadirlah UU No. 21 tahun 2008 yang memberikan penjelasan mengenai sejumlah UU lain yang terkait dengan UU ini, serta
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk kinerja bank syari’ah agar selalu sesuai dengan syari’ah Islam dan peraturan pemerintah, tidak
merugikan masyarakat dan tentunya dapat membantu perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
Pada akhir tahun 2008, industri perbankan nasional kembali dilanda oleh krisis global yang juga terjadi di berbagai belahan dunia. Krisis ekonomi global
tersebut telah mengganggu stabilitas sistem keuangan yang berdampak negatif