Penghambat reseptor alfa α blocker Agonis α2 sentral

27

2.5.6 Penghambat reseptor alfa α blocker

Reseptor α terdiri dari α1 dan α2. Reseptor α1 terdapat di jantung sedangkan reseptor α2 terdapat di otak. Kedua reseptor ini memiliki peran yang berlawanan. Aktivasi dari reseptor α1 akan meningkatkan peningkatan senyawa katekolamin, yakni epinefrin, nor epinefrin dan dopamin yang akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah. Prazosin, terazosin, dan doxazosin adalah penghambat reseptor α1 selektif. Obat-obat ini bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat pelepasan katekolamin pada sel otot jantung, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Efek samping yang tidak disukai dari penghambat reseptor alfa adalah fenomena dosis pertama yang ditandai dengan pusing sementara atau pingsan dan palpitasi Depkes RI, 2006.

2.5.7 Agonis α2 sentral

Klonidin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan merangsang reseptor α2 di presinap di otak. Perangsangan ini menurunkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor di otak. Penurunan aktivitas aimpatetik, bersamaan dengan meningkatnya aktivitas parasimpatetik, dapat menurunkan denyut jantung, cardiac output, tahanan perifer total, aktifitas plasma renin, dan refleks baroreseptor. Klonidin sering digunakan untuk hipertensi yang resisten, dan metildopa adalah obat lini pertama untuk hipertensi pada kehamilan. Penghentian agonis α2 sentral secara tiba-tiba dapat menyebabkan rebound hypertension, yaitu peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba. Efek ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pelepasan norepinefrin sewaktu klonidin diberhentikan tiba-tiba Depkes RI, 2006. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum di seluruh dunia yang terjadi pada manusia dan merupakan faktor risiko yang utama terjadinya stroke, infark miokard, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal kronik dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak dideteksi dengan cepat dan tidak diobati dengan tepat James, et al., 2014. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi antihipertensi kemungkinan lima kali lebih besar terkena stroke. Penyakit ini salah satu penyumbang tingginya biaya pengobatan akibat tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakitatau penggunaan obat jangka panjang Depkes RI, 2006. Berdasarkan data WHO di tahun 2013, prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di Afrika sekitar 46, di Amerika sekitar 35 dan di wilayah Asia sekitar 36 pada orang dewasa. Pada tahun 1960, kenaikan tekanan darah meningkat dari 5 menjadi 12 dan pada tahun 2008 lebih dari 30 di India. Pada tahun 2004- 2009, penderita hipertensi mengalami kenaikan dari 18 menjadi 31 pada pria dan dari 16 menjadi 29 pada wanita di Myanmar. Pada tahun 2008, kenaikan tekanan darah meningkat terhadap populasi orang dewasa dari 8 menjadi 32 di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi ancaman bagi masyarakat dunia WHO, 2013. Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4 yang merupakan hipertensi terkontrol di negara Indonesia. Prevalensi 6-15 pada orang dewasa, 50 diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi Universitas Sumatera Utara