25 ini adalah gangguan fungsi ginjal, batuk kering, dan dapat menyebabkan
hiperkalemia pada pasien dengan gangguan ginjal kronis Fauci, et al., 2008.
2.5.3 Antagonis kalsium
Antagonis kalsium bekerja menurunkan tahanan vaskular dan menurunkan kalsium intraseluler. Ion kalsium di jantung mempengaruhi kontraktilitas otot
jantung. Kelebihan ion ini akan menyebabkan kontraksi otot jantung meningkat sehingga akan meningkatkan tekanan darah. Antagonis kalsium bekerja
menghambat ion kalsium di ekstrasel sehingga kontraktilitas jantung kembali normal. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah verapamil, diltiazem,
nifedipin dan amlodipin. Penggunaan tunggal maupun kombinasi, obat ini efektif menurunkan tekanan darah. Untuk terapi hipertensi golongan obat ini sering
dikombinasikan dengan ACEi, penyekat beta, dan penyekat alfa Fauci, et al., 2008.
2.5.4 Penghambat reseptor angiotensin ARB
ARB bekerja dengan cara menghambat ikatan antara angiotensin II dengan reseptornya . Golongan obat ini menghambat secara langsung reseptor angiotensin
II tipe 1 AT1 yang terdapat di jaringan. AT1 memediasi efek angiotensin II yaitu vasokontriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon
antidiuretik dan kontriksi arteriol eferen glomerulus. Penghambat reseptor angiotensin tidak menghambat reseptor angiotensin II tipe 2 AT2. Jadi, efek
yang menguntungkan dari stimulasi AT2 seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel tetap utuh selama penggunaan obat ini. ARB
mempunyai efek samping paling rendah dibandingkan dengan ACEi karena tidak mempengaruhi bradikinin, ARB tidak menyebabkan batuk kering seperti ACEi.
Universitas Sumatera Utara
26 Sama halnya dengan ACEi, ARB dapat menyebabkan insufisiensi ginjal,
hiperkalemi, dan hipotensi ortostatik Depkes RI, 2006.
2.5.5 Penghambat reseptor beta β blocker
Penghambat β menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah
jantung akibat penurunan denyut jantung dan kontraktilitas. Mekanisme utama penghambat
β adalah menghambat reseptor β1 pada otot jantung sehingga secara langsung akan menurunkan denyut jantung.
Penghambat β dibedakan menjadi penghambat
β selektif dan non selektif. Penghambat beta selektif hanya memblok reseptor
β1 dan tidak memblok reseptor β2. Penghambat beta non selektif memblok kedua reseptor baik
β1 maupun β2. Adrenoreseptor β1 dan β2 terdistribusi di seluruh tubuh, tetapi terkosentrasi pada organ-organ dan jaringan
tertentu. Reseptor β1 lebih banyak pada jantung dan ginjal, dan reseptor β2 lebih
banyak ditemukan pada paru-paru, liver, pankreas, dan otot halus arteri. Perangsangan reseptor
β1 menaikkan denyut jantung, kontraktilitas, dan pelepasan renin. Perangsangan reseptor
β2 menghasilkan bronkodilatatasi dan vasodilatasi. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol adalah penyekat
β yang kardioselektif; jadi lebih aman daripada penyekat
β yang nonselektif seperti propanolol, metoprolol dan asebutolol pada pasien asma, PPOK, penyakit arteri
perifer, dan diabetes Depkes RI, 2006. Penggunaan β blocker non selektif akan menyebabkan bronkospasme pada
penderita asma karena pada saluran per nafasan terdapat reseptor β2 yang
berfungsi sebagai vasodilator. Pada penderita diabetes, β blocker akan meningkatkan kadar glukosa darah melalui penghambatan reseptor β2 di hati.
Penghambatan reseptor ini akan menstimulasi proses glukoneogenesis Fauci, et al., 2008.
Universitas Sumatera Utara
27
2.5.6 Penghambat reseptor alfa α blocker