Potensi Interaksi Obat Antihipertensi

37 Stage 1 dan Stage 2 dengan persentase 40,85 Tabel 4.2. Pada JNC VII pengkategorian tekanan darah dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan nilai dari tekanan darah seseorang yaitu normal, pre-hipertensi, hipertensi stage 1 dan hipertensi stage 2. Sedangkan pada JNC VIII lebih kepada manajemen terapi hipertensi berdasarkan Evidence Based Medicine EBM, komplikasi penyakit, ras dan riwayat penderita hipertensi. Namun, klasifikasi tekanan darah yang dirilis oleh JNC VIII pada tahun 2013 masih merujuk klasifikasi tekanan darah JNC VII James, dkk., 2014. Menurut JNC VII pengobatan pasien pre-hipertensi cukup dengan terapi non farmakologi yaitu perubahan pola hidup. Namun berdasarkan tabel 4.2 diatas, pasien pre-hipertensi yang ada di puskesmas mendapatkan terapi farmakologi. Hal ini di karenakan pasien pre-hipertensi tersebut merupakan pasien kunjungan berulang ke puskesmas yang merupakan pasien hipertensi stage 1 atau 2 yang tekanan darahnya sudah stabil. Pasien yang tekanan darahnya sudah stabil tetap mendapatkan terapi farmakologi untuk mengontrol tekanan darahnya.

4.2 Potensi Interaksi Obat Antihipertensi

Berdasarkan analisis terhadap 142 resep pasien, ditemukan adanya potensi interaksi obat antihipertensi didalam resep sebanyak 113 79,57 resep dan tidak berinteraksi sebanyak 29 20,43 resep. Gambaran umum kejadian potensi interaksi obat secara keseluruhan puskesmas ditunjukkan pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 4.3 Potensi Interaksi Obat Antihipertensi No Kriteria Subjek Total Pasien n=142 Berinteraksi Tidak Berinteraksi 1 Kelompok Usia 25 - 55 tahun 56 - 86 tahun 30 83 21,13 58,45 9 20 6,34 14,08 113 79,57 29 20,43 2 Jumlah Obat Dua obat Tiga obat Empat obat ≥ 5 obat 15 55 28 15 10,56 38,73 19,72 10,56 12 6 9 2 8,45 4,23 6,34 1,41 113 79,57 29 20,43 Berikut adalah bentuk diagram batang potensi interaksi obat hasil persentase antara kelompok usia terhadap total pasien Gambar 4.1. Gambar 4.1 Grafik hasil persentase potensi interaksi obat antihipertensi pada kelompok usia terhadap total pasien n = 142 Berikut adalah bentuk diagram batang potensi interaksi obat hasil persentase antara jumlah obat terhadap total pasien n = 142 Gambar 4.2. 21.13 58.45 6.34 14,08 20 40 60 80 25-55 tahun 56-86 tahun Berinteraksi Tidak Berinteraksi Kelompok usia T er h ad ap t ot al p as ie n n = 142 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.2 Grafik hasil persentase potensi interaksi obat antihipertensi pada jumlah obat terhadap total pasien n = 142 Berdasarkan gambar diatas Gambar 4.1 dan 4.2 serta Tabel 4.3, Potensi interaksi obat antihipertensi yang terjadi pada 113 resep menggambarkan bahwa Potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien dengan kelompok umur 56 - 86 tahun yaitu 83 58,45 resep dibandingkan pasien dengan kelompok umur 25 - 55 tahun 30 21,13 resep dan potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien yang menerima 3 jenis obat yaitu 55 38,73 resep dibandingkan pasien yang menerima dua obat 15 10,56 resep, empat obat 28 19,72 resep dan ≥ 5 obat 15 10,56 resep. Pada gambar 4.2 diatas, potensi interaksi obat terhadap jumlah obat terlihat pasien yang mendapat terapi tiga obat lebih banyak mengalami kejadian potensi interaksi. Hal ini dikarenakan jumlah resep yang diperoleh oleh peneliti lebih banyak pasien dengan tiga obat dari pada empat obat maupun lebih dari lima obat, sehingga potensi terjadinya interaksi pada pasien dengan tiga obat lebih 10.56 38,73 19,72 10,56 8,45 4,23 6,34 1,41 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Dua obat Tiga obat Empat obat ≥5 obat Berinteraksi Tidak berinteraksi Jumlah obat T er ha da p t o ta l pa sie n n = 142 Universitas Sumatera Utara 40 banyak. Karena pada dasarnya pasien yang semakin banyak menggunakan obat akan semakin berpotensi mengalami interaksi. Adanya interaksi ini dapat berhubungan sebagai adanya respon farmakologi atau klinik pada pemberian kombinasi obat yang memberikan efek berbeda ketika diberikan bersamaan Tatro, 2009. Monitoring terkait efek yang mungkin ditimbulkan oleh karena interaksi obat ini sangat diperlukan. Interaksi obat merupakan salah satu DRPs yang mempengaruhi terapi pasien. Interaksi obat dapat terjadi tetapi interaksi obat tidak selalu berakibat merugikan secara klinis, namun banyak juga interaksi yang mempunyai efek potensial pada sebagian pasien Rahmiati, dkk., 2010. Frekuensi potensi interaksi obat antihipertensi yang dilakukan di keempat puskesmas ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di poliklinik usia lanjut instalasi rawat jalan RS Dr Sardjito yogyakarta pada kajian keamanan pemakaian obat antihipertensi, yaitu terdapat 41,3 pasien menerima kombinasi antihipertensi yang terjadi potensi interaksi, 8,7 diantaranya mempunyai gejala klinis yang diperkirakan berkaitan dengan kemungkinan berkembangnya efek interaksi obat Putu, dkk., 2008. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian potensi interaksi obat antihipertensi lebih tinggi di puskesmas daripada di rumah sakit. Beberapa studi memperkirakan kejadian interaksi obat berkisar antara 2,2 sampai 30 pada pasien yang ada di rumah sakit dan 9,2 sampai 70,3 pada pasien rawat jalan Walker dan Edwards, 1999 . Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Gittawati pada interaksi obat dan beberapa implikasinya, menyatakan profil keamanan suatu obat seringkali baru didapatkan setelah obat tersebut sudah digunakan cukup lama dan secara luas di Universitas Sumatera Utara 41 masyarakat, termasuk oleh populasi pasien yang sebelumnya tidak terwakili dalam uji klinik obat tersebut. Informasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami risiko efek samping karena interaksi obat, dan seberapa jauh resiko efek samping dapat dikurangi diperlukan jika akan mengganti obat yang berinteraksi dengan obat alternatif. Memperkirakan kemungkinan efek samping yang akan terjadi dapat dilakukan dengan mengetahui bagaimana mekanisme interaksi obat sehingga dapat dilakukan antisipasi Gittawati, 2008. 4.3 Kejadian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Berdasarkan Pola Mekanisme Interaksi Obat dan Tingkat Keparahan Interaksi Obat Berdasarkan analisis terhadap 113 resep pasien yang mengalami potensi interaksi obat ditemukan 140 kasus potensi interaksi, terdiri dari 23 jenis potensi interaksi obat antihipertensi Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jenis Kejadian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Berdasarkan Pola Mekanisme Interaksi Obat dan Tingkat Keparahan Interaksi Obat No Nama Obat Pola Mekanisme Interaksi Obat Tingkat Keparahan Interaksi Obat Jumlah kasus 1 Amlodipine - Captopril Farmakodinamik Minor 37 2 Amlodipine - Simvastatin Farmakokinetik Major 15 3 Amlodipine - Simetidin Farmakokinetik Moderate 4 4 Amlodipine - Piroksikam Farmakodinamik Moderate 1 5 Captopril - Glibenklamid Farmakodinamik Moderate 20 6 Captopril - Antasida Farmakokinetik Minor 20 7 Captopril - Allopurinol Unknown Major 8 8 Captopril - Piroksikam Farmakodinamik Moderate 7 9 Captopril - Asam Mefenamat Farmakodinamik Moderate 6 10 Captopril - Ibuprofen Farmakodinamik Moderate 5 11 Captopril - Nifedipin Farmakodinamik Minor 3 Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 4.4 Jenis Kejadian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Berdasarkan Pola Mekanisme Interaksi Obat dan Tingkat Keparahan Interaksi Obat Lanjutan. 12 Captopril - Natrium Diklofenak Farmakodinamik Moderate 2 13 Captopril - Furosemida Farmakodinamik Minor 2 14 Captopril - Glikazid Farmakodinamik Moderate 1 15 Captopril - Glucovance Farmakodinamik Moderate 1 16 Captopril - Glipiride Farmakodinamik Moderate 1 17 Captopril - Meloxicam Farmakodinamik Moderate 1 18 Furosemida - Asam Mefenamat Farmakodinamik Minor 1 19 Hidroklortiazid - Allopurinol Unknown Major 1 20 Hidroklortiazid - Piroksikam Farmakodinamik Minor 1 21 Nifedipine - Glucovance Farmakokinetik Moderate 1 22 Nifedipine - Bisoprolol Farmakodinamik Moderate 1 23 Valsartan - Simvastatin Farmakokinetik Moderate 1 Total 140 Tabel 4.5 Jumlah Obat Antihipertensi Yang Mengalami Potensi Interaksi No Nama Obat Jumlah n=140 1 Captopril 77 55 2 Amlodipine 57 40,71 3 Hidroklortiazid 2 1,43 4 Nifedipine 2 1,43 5 Furosemida 1 0,71 6 Valsartan 1 0,71 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh obat antihipertensi yang sering mengalami potensi interaksi adalah kaptopril 55 dan Amlodipine 40,71 Tabel 4.5. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahmiati pada kajian interaksi obat antihipertensi pada pasien hemodialisis di bangsal rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode tahun 2010, diperoleh obat antihipertensi yang sering mengalami potensi Universitas Sumatera Utara 43 interaksi adalah kaptopril. Hal ini karena kaptopril merupakan obat yang paling umum digunakan untuk hipertensi. Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada pasien hemodialisis adalah ACEI, CCB, dan diuretik Rahmiati, 2010. Jenis kejadian potensi interaksi paling banyak yang melibatkan kaptopril adalah Captopril - Glibenklamid, Captopril - Antasida dan Captopril -Allopurinol. Jenis kejadian potensi interaksi paling banyak yang melibatkan Amlodipine adalah Amlodipine - Captopril, Amlodipine-Simvastatin dan Amlodipine - Simetidin. Tabel 4.6 Jenis Mekanisme Interaksi Obat Antihipertensi Subjek Penelitian No Mekanisme Interaksi Obat Jumlah Kasus 1 Interaksi Farmakodinamik 90 64,29 2 Interaksi Farmakokinetik 41 29,29 3 Interaksi Unknown 9 6,43 Total 140 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase mekanisme interaksi obat farmakodinamik 64,29, farmakokinetik 29,29 dan unknown 6,43 Tabel 4.6. Pada interaksi farmakodinamik jenis kejadian potensi interaksi obat paling banyak adalah Amlodipine - Captopril dan Captopril - Glibenklamid dan pada interaksi farmakokinetik jenis kejadian potensi interaksi obat paling banyak adalah Captopril - Antasida dan Amlodipine - Simvastatin. Hasil dari penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Setyani mengenai evaluasi Drug Related Problems DRPs pada pasien hipertensi rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit umum pemerintah Kota Semarang periode maret - oktober 2006 bahwa terdapat pasien yang mengalami interaksi obat sebanyak 56 resep 47,86 dari 117 resep dengan 76 kasus terbagi menjadi 31 kasus Universitas Sumatera Utara 44 40,79 interaksi farmakodinamik, 27 kasus 35,53 interaksi farmakokinetik dan 18 kasus 23,68 interaksi unknown Setyani, dkk., 2006. Tabel 4.7 Tingkat Keparahan Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Subjek Penelitian No. Tingkat Keparahan Potensi Interaksi Jumlah Kasus 1 Minor 64 45,71 2 Moderate 52 37,14 3 Major 24 17,14 Total 140 Tingkat keparahan interaksi juga dapat memberikan pengetahuan tentang prioritas monitoring pasien. Sebuah interaksi termasuk kedalam tingkat keparahan minor efek biasanya ringan; konsekuensi mungkin mengganggu atau tidak terlalu mencolok tetapi seharusnya tidak secara signifikan mempengaruhi hasil terapi, pengobatan tambahan biasanya tidak diperlukan Tatro, 2009. Kejadian potensi interaksi kategori minor yang banyak terjadi pada penelitian ini adalah Amlodipine-Captopril diketahui potensi interaksi ini yaitu menyebabkan efek hipotensi aditif, manajemen untuk potensi interaksi ini yaitu dilakukannya monitoring tekanan darah sistemik. Interaksi kategori moderate menyebabkan penurunan status klinis pasien. Pengobatan tambahan, perpanjangan pengobatan, dan rawat inap mungkin diperlukan perawatan di rumah sakit Tatro, 2009. Kejadian potensi interaksi kategori moderate yang banyak terjadi adalah Captopril-Glibenklamid, diketahui dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemik karena captopril meningkatkan sensitifitas insulin, manajemen yang dilakukan berupa amati dengan hati-hati untuk gejala dari hipoglikemik ketika kedua obat ini diberikan secara bersamaan kepada pasien Tatro, 2009. Interaksi kategori major adalah mengancam jiwa atau kerusakan permanen Tatro, 2009. Kejadian potensi Universitas Sumatera Utara 45 interaksi kategori major yang banyak terjadi dalam penelitian ini adalah Amlodipine - Simvastatin diketahui kadar simvastatin dalam darah meningkat karena amlodipine menghambat metabolisme lintas pertama dari simvastatin, manajemen yang dilakukan berupa gunakan alternatif obat lain jika ada tetapi jika pemberian pada kedua obat ini tidak bisa dihindari maka manfaat dari terapi kombinasi harus dipertimbangkan dengan hati-hati terhadap potensi risiko dari kombinasi karena kombinasi dari kedua obat ini dapat meningkatkan efek samping terjadinya rabdomiolisis kerusakan jaringan otot yang menyebabkan terlepasnya serat-serat otot ke dalam pembuluh darah dan masuk ke dalam urin yang dapat berakibat terjadinya gagal ginjal Drugs.com, 2014. Efek interaksi obat ada yang tidak dikehendaki dan ada yang dikehendaki. Interaksi obat yang tidak dikehendaki mempunyai implikasi klinis jika obat indeks memiliki batas keamanan sempit; mula kerja onset of action obat cepat, terjadi dalam waktu 24 jam; dan dampak interaksi bersifat serius atau berpotensi fatal dan mengancam kehidupan. Sebagai contoh pasien yang mendapatkan ACEi bersama diuretik hemat kalium menyebabkan terjadinya hiperkalemia yang mengancam kehidupan Gittawati, 2008. Adakalanya penambahan obat lain justru diperlukan untuk meningkatkan atau mempertahankan kadar plasma obat-obat tertentu sehingga diperoleh efek teraupetik yang diharapkan. Penambahan obat lain diharapkan dapat mengantisipasi atau mengantagonis efek obat yang berlebihan, mencegah perkembangan resistensi, meningkatkan kepatuhan dan menurunkan biaya terapi karena mengurangi regimen dosis obat yang harus diberikan. Sebagai contoh kombinasi antara prokainamid sebagai antiaritmia dengan simetidin, prokainamid Universitas Sumatera Utara 46 memiliki waktu paruh singkat dan simetidin akan memperpanjang waktu paruh prokainamid dan memperlambat eliminasinya. Dengan demikian frekuensi pemberian dosis prokainamid sebagai antiaritmia dapat dikurangi dari 4-6 jam menjadi setiap 8 jamhari, sehingga kepatuhan dapat ditingkatkan Gittawati, 2008.

4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Interaksi Obat Antihipertensi