Aktivitas dakwah Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: A. Samsul Anwar NIM.105051001881

Di bawah bimbingan

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 196104221990032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DEWAN PIMPINAN DAERAH (DPD) BOGOR, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Maret 2010. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 Juni 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Dra. Hj. Musyfirah Nurlaily, MA NIP. 19700931996031001 NIP. 197104122000032001

Anggota

Penguji I Penguji II

DR. H. A. Ilyas Ismail, MA Umi Musarrofah, MA NIP. 196304051994031001 NIP. 197108161997032002

Pembimbing

Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 196104221990032001


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: A. Samsul Anwar NIM.105051001881

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Maret 2010


(5)

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah segala puji ke hadirat Allah SWT, Yang Maha Adil, Yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Yang telah memberikan kedamaian dan keragaman. Yang senantiasa memberikan nikmat sehat wal’afiat, taufik dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa umat manusia menjadi cerah dan mencerahkan, sehingga dapat menjalankan kehidupan ini begitu sejuk dan penuh hikmah pengetahuan, kepada keluarga, shahabat dan seluruh pengikutnya yang senantiasa menjalankan sunnahnya.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa dukungan semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A., Bapak Drs. Studi Rizal LK, MA. selaku Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. S. Hamdani, M.Ag selaku dosen penasehat akademik penulis, yang telah memberikan pengarahan dan memotivasi penulis dalam mengarungi pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

6. Ibu. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum selaku pembimbing, berkat kesabaran dalam membimbing serta waktu luangnya untuk sharing kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh pegawai Akademik dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, staf Perpustakaan Utama yang telah membantu menunjukkan buku-buku yang penulis perlukan.

9. Kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda, atas cinta dan kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan motivasinya yang tak kunjung padam, Kakanda, Adinda, dan untuk calon istriku tercinta Atiatu Jakiyah yang selalu memberikan kesegaran pikiran di saat penulis jenuh. Ku persembahkan skripsi ini untuk kalian.

10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Al-Hikmah An-Najiyah Cibinong, Aby dan Umy Orang Tua kedua penulis, dewan Assatidz, dan para Santri yang memberikan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

iv motivasinya.

12. Teman-teman éRSOUS (Institute for Religion and Social Studies), Nasrul Umam Syafi’i, Ahmad Taufik, Lukman Hakim, H. Asep Muhammad Lu’ay, H. Darnoto, Saepul Hidayat, Hamzah Sulaiman, Sutrisno, Abdul Majid, Alip Nuryanto, Tb. Asep Subhi, Fahru, Haris, Munir dkk. yang selalu setia dan bersama untuk memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman KPI B angkatan 2005, Zaka, Indra, Ade, Rijal, Maksis, Irfan, Noviyanto, Fandi, Rosdiana, Yuswita dll. yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu (mari kita lanjutkan perjuangan dan kejarlah cita-cita setinggi-tingginya). Bersama merasakan susah dan senangnya menempuh pendidikan di Kampus tercinta, indahnya kebersamaan.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis berdo’a semoga partisipasi aktif semua pihak tersebut di atas dan yang tidak sempat disebutkan semuanya, benar-benar menjadi bagian dari rangkaian amal saleh. Amiin.

Jakarta, 05 Maret 2010


(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DATAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. LANDASAN TEORITIS A. Dakwah ... 11

B. Subjek Dakwah ... 13

C. Objek Dakwah ... 14

D. Tujuan Dakwah ... 15

E. Metode dakwah ... 16

F. Media Dakwah ... 17

G. Organisasi 1. Pengertian Organisasi ... 19

2. Struktur Organisasi ... 20

3. Budaya Organisasi ... 21

4. Macam-macam Organisasi ... 22


(9)

7. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Organisasi ... 25

8. Pengembangan Organisasi ... 26

9. Kaderisasi ... 27

BAB III. GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD BOGOR A. Sejarah Berdirinya Hizbut Tahrir ... 30

B. Latar Belakang Berdinya Hizbut Tahrir ... 31

C. Tujuan Hizbut Tahrir ... 32

D. Landasan Pemikiran Hizbut Tahrir ... 33

E. Pemikiran dan Doktrin Hizbut Tahrir Dalam Kenegaraan ... 35

F. Keanggotaan Hizbut Tahrir ... 36

G. Pola Organisasi Hizbut Tahrir ... 37

H. Aktivitas Hizbut Tahrir ... 38

I. Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Jihad ... 40

J. Tempat Aktivitas Hizbut Tahrir ... 41

K. Metode Dakwah Hizbut Tahrir ... 42

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN A. Pengertian Dakwah Menurut Hizbut Tahrir ... 52

B. Kegiatan Dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor ... 52

C. Media Dakwah Hizbut Tahrir ... 53

D. Karakteristik Dakwah Hizbut Tahrir ... 56

E. Antara Politik Pemikiran Dan Dakwah ... 57


(10)

vii BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(11)

DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD BOGOR

A. Latar Belakang Masalah

’’Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.’’ (Q.S. Ali Imran :104)

Masalah dakwah dewasa ini sangat penting bagi perkembangan ajaran Islam. Pada hakikatnya dakwah adalah realisasi dari amar ma’ruf nahi munkar,

yakni mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah manusia dari kemunkaran. Bila demikian maka dakwah Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dakwah berjalan tanpa mengenal kurun waktu selama di dunia masih ada manusia, maka dakwah Islam tetap diperlukan.

Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengemban Dakwah Islamiyah di setiap waktu dan keadaan. Kaum wajib berusaha dan berusaha mengubah keadaan mereka, teruma tatkala kekufuran telah merajalela dan Islam telah lenyap dari kehidupan. Disamping itu, Syeikh Mustopa Al-Galaya seperti dikutip H. Amura menyebutkan dalam bukunya “al-Islam ruhul madaniyah” bahwa dakwah adalah kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah, serta kebaikannya harus disebarluaskan di antara manusia.


(12)

Islam adalah agama dakwah,1 artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima Islam, dan meyakininya dengan cara tersendiri. Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di dakwahinya oleh karena itu manusia di anugrahi akal sehingga dituntut untuk berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami, merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut sehingga bisa di ambil manfaat darinya.

Dakwah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengalaman keislaman seseorang dalam sosio-budayanya, maka penyampaian pesan dakwah ini pun dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai dengan keahliannya.2 Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip kaidah ajaran Islam, maka dakwah dapat dilakukan dengan cara: Lisan, Tulisan, Seni, Sastra, Budaya dan Sebagainya. Baik di lakukan secara individu atau kelompok.

Islam telah memberi kemudahan bagi seluruh pemeluknya yang ingin menyebarluaskan seluruh perintah dan larangan Allah SWT khususnya, bagi para juru dakwah (baik personal maupun kelompok). Allah memberikan kebebasan dalam menyapaikan pesan dakwah dengan berbagai metode dakwah, serta kendaraan yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan-pesan agama. Dalam Surat an-Nahl ayat 125, Allah berfirman:

1

M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997)

2

Fathi Yakan, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, (Solo: Intermedia, 2003), h. 55


(13)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125).”.

Akan tetapai seiring dengan semakin kompleksnya kehidupan karena terjadinya berbagai differensiasi dalam sendi kehidupan, maka keinginan untuk menghadirkan ajaran agama (Islam) yang lebih kontributif dan konstektual manjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi (Point of no return). Karena sebagaimana diketahui, betapapun sempurananya ajaran suatu agama yang terekam dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an dan

al-Hadits, ajaran-ajaran tersebut tidak akan mempunyai makna, ketika tidak mampu di break down menjadi panduan fungsional yang dapat dirasakan bagi kebutuhan umat manusia.3

Dengan demikian maka tugas dakwahpun menjadi lebih kompleks lagi, sehingga tidak jarang kita dengar ada yang disebut dengan dakwah melalui internet, dakwah melalui media cetak, elektronik. Berangkat dari kompleksnya kehidupan itu pula maka tidak sedikit masyarakat yang mendirikan lemabaga-lembaga/institusi yang bergerak di bidang dakwah, salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia atau yang biasa kita sebut dengan HTI. Lembaga yang sudah memiliki cabang di manca negara ini didirikan dengan tujuan untuk melanjutkan

3

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan Aksiologis, (Pustaka Pelajar & Walisongo Press), cet-E, h. xi


(14)

kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, yang di lakukan secara terorganisir. Maka dengan alasan ini pula kemudian penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia yang berada di Bogor. Untuk itu penulis mengangkat kajian ini mejadi sebuah tema utama dalam skripsi penulis, yang penulis beri judul : “Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan dalam memahami isi, peneliti memberikan batasan yaitu pada dakwah yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir DPD Bogor.

Berdasarkan pembatasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa kegiatan dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor?

2. Apa media yang digunakan Hizbut Tahrir dalam brdakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui kegiatan dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor.

b. Untuk mengetahui media yang digunakan Hizbut Tahrir DPD Bogor dalam berdakwah.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademik


(15)

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan kita semua tentang dakwah yang baik. Penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan kontribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi (FDK) dan khususnya bagi para mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran islam (KPI) yang tertarik untuk mempelajari tetang dakwah.

b. Manfaat Praktis

Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi para praktisi dakwah dalam melaksanakan dakwahnya.

D. Tinjauan Pustaka

Karya-karya ilmiah yang menghususkan mengkaji tentang dakwah terutama di bidang metode dakwah sudah begitu banyak di temukan. Tetapi untuk kajian yang menghususkan tentang gerakan dakwah (terutama yang dilakukan oleh kelompok secara terorganisir) belum begitu banyak di temukan. Padahal kajian seperti ini penulis menganggap sangat layak dilakukan guna melengkapi khazanah ke ilmuan di bidang dakwah. Sebelum melangsungkan penelitian ini penulis terlebih dahulu melakukan peninjauan di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan terutama di perpustakaan dakwah. Hal itu di lakukan karena penulis merasa khawatir terjadi kesamaan judul dalam penelitian ini sehingga akan menimbulkan prasangka bahwa karya ilmiah yang penulis kerjakan merupakan jiplakan dari karya orang lain. Penelitian ini penulis banyak terilhami dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti berikut ini:


(16)

1. Dakwah Badan Kerohanian Islam Rumah Sakit Haji Jakarta Dan Pengaruhnya Terhadap Ibadah Pegawai Setempat yang di buat oleh Lukman Yuni Akbar dengan no NIM: 103051028535 pada tahun 2007. Secara umum pokok pembahsan dalam penelitian ini adalah sama yaitu mengenai dakwah. Namun penulis menganggap selain beda subjek yang diteliti penulis pun melihat ada perbedaan antara dakwah yang disampaikan Badan Kerohanian Islam Rumah Sakit Jakarta dengan Hizbut Tahrir Indonesia Khususnya yang ada di Bogor. Dengan demikian skripsi ini penulis anggap layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Taylor adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4 Sedangkan menurut Anselm Strauss adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari pengukuran.

Dengan demikian dapat difahami bahwa penelitian kualitatif lebih memfokuskan penggalian makna pada suatu masalah dan kemudian hasilnya ditafsirkan oleh peneliti sendiri. Hal itulah yang membedakan dangan penelitian kuantitatif yang berpatokan pada hitungan dan rumus-rumus yang

4

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989, cet ke-1 h.3)


(17)

bersifat pasti, meskipun bisa saja kedua metode penelitian itu dijalankan secara bersamaan.

a. Subjek dan Objek Penelitian.

Adapun subjek dari penelitian ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kegiatan dakwahnya.

b. Waktu dan Lokasi Penelitian.

Penulis melakukan penelitian dengan mendatangi kantor Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor dan mengikuti kegiatan yang di adakan oleh lembaga di atas. Adapun tempat penelitian dilakukan di majlis atau kantor Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor.

2. Sumber Data

Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari responden yang bersangkutan. Sedangkan data skunder adalah data yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari subjek penelitian.5

Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer, yaitu dengan cara mendatangi kantor Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor dan melakukan wawancara dengan pengurus Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan penjawab (informan)

5

Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. Ke-1, h.8.


(18)

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).6 Penulis melakukan wawancara terhadap pengurus Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor.

b. Telaah Kepustakaan

Telaah kepustakaan: untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, selain yang telah disebutkan diatas (Wawancara), telaah kepustakaan juga dimaksudkan untuk menjelaskan teori yang digunakan. Telaah kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku, jurnal, surat kabar dan majalah yang kiranya dapat mendukung penelitian ini dari segi pustaka.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa non statistik, yaitu mengambil keputusan atau kesimpilan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, dan penganalisaan data hasil penelitian, kemudian menyajikannya dalam karya ilmiah.7

F. Teknik Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.

6

M. Nazir, Metode Penelitian I (Jakarta: Galia Indonesia, 1995), h. 234.

7

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet ke-2. H. 27.


(19)

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan.

Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, teknik penulisan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis.

Dalam bab ini memuat ruang lingkup teori tentang pengertian dakwah, ruang lingkup dakwah, Unsur-unsur dakwah, Teori tentang dakwah serta bentuk-bentuk dakwah. Tentang pengertian organisasi, struktur organisasi, budaya organisasi, macam-macam organisasi, bentuk-bentuk organisasi, prinsip-prinsip organisasi, pengembangan organisasi, kader.

BAB III : Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia Kab Bogor.

Dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi di dirikannya Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor.

BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian.

Dalam bab ini memuat deskripsi tentang dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor.

BAB V : Penutup.

Pada bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan serta saran-saran.


(20)

A. Dakwah

Secara etimologis (lughatan) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, panggilan.8 Sebagaimana disebutkan dalam buku Amrullah Ahmad, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti sebagai berikut:

1. Menurut kamus Munjid, dakwah berasal dari fiil madli da’a yang mempunyai arti menyeru atau memanggil.

2. Menurut kamus Marbawi, diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan dia)

3. Menurut pendapat Prof. H. Muhammad Yunus mempunyai dua akar kata yaitu:

a. Menyeru, memanggil, mengajak, menjamu.

b. Da’a, Yad’u, Da’a’an yang berarti memanggil, mendo’a, memohon.

c. Orang yang berdakwah disebut da’i, di ambil dari kata daa’a yang jamaknya

d. Da’aatan yang berdakwa, yang menyeru, yang memanggil, yang berdo’a. Da’i (orang yang berdakwah) disebut juga muballig (yang menyampaikan) di ambil dari kata da’watan, jadi kata dakwah merupakan isim mashdar yang

8

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan Struktur ke Ilmuan Dakwah, (Medan: 1996) h. 15.


(21)

berasal dari fi’il madhi da’a yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan.9 Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi (istilah), beberapa Ulama mengartikan dakwah sebagai beriut:

1. Menurut Syaikh M. Ash Shawwaf, “Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi berupa hidayah sang Khaliq kepada makhluk, yakni agama dan jalanNya yang lurus, yang sengaja dipilihNya dan dijadikan sebagai satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”10 Menurut Syaikh M. Abduh, “ringkasnya menyeru kepada kebaikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.”11

2. Menurut Didin Hafidhudin: “Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami.”12

3. Menurut M. Quraish Shihab: “Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”13

4. Menurut Toha Yahya Omar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”14

9

Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab. Departemen Pendidikan, 2000, h. 132.

10

Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami Press, 1996) Cet. Ke-1, h. 13- 14.

11

Ibid, h. 27

12

Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP, 1999) Cet. Ke-1, h, 77.

13

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke-XIX, h. 194

14


(22)

Lebih lanjut lagi Prof. Dr. Toha Yahya Omar MA, membagi dakwah menjadi dua segi :

1. Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat pekerjaan tertentu.

2. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijkasana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.15

Dakwah merupakan metode yang memiliki arti yang sangat luas dimana dakwah tidak terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga mengarah kepada pembinaan dan takwin (pembentukan) individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat Islam. Dakwah tidak bisa diterapkan dengan komposisi dan kapasitas yang sama pada setiap obyeknya, yakni manusia. Bagi individu yang memang terbiasa berbuat dosa dan maksiat, cukuplah bagi mereka dakwah dengan ta’rif (pengenalan) dan tabligh. Jika kelak mereka memiliki kemajuan dan telah menyadari fitrahnya maka perlu sekali diadakan pembinaan dan takwin sebagai tindak lanjut perilaku dakwah kepada mereka.

B. Subjek Dakwah

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik

15

A. H. Hasanuddin, “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan”,


(23)

secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.16

Pada prinsipnya setiap individu seorang muslim ataupun muslimah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah islamiyah, paling tidak untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. At-Tahrim: 66:6).

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dengan demikain dapat dipahami bahwa setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam, maka secara otomatis ia memikul suatu kewajiban untuk melaksanakan dakwah.

C. Objek Dakwah

Adapun objek dakwah ini disebut mad’u atau sasaran dakwah, mereka adalah orang-orang yang diseru, dipanggil dan diundang. Maksudnya ialah orang

16

M. Hafi Ashari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993) Cet ke-1, h. 179


(24)

yang diajak kedalam Islam.17 Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam system dakwah yang tidak kalah penting peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. Oleh karena itu, masalah masyarakat atau sasaran dakwah ini haruslah dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktifitas dakwah yang sebenarnya.

Maka dari itu sebagai bekal dakwah bagi seorang da’i atau muballigh hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat. Dengan demikian, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan sasaran dakwah agar yang dilaksanakannya dapat berhasil dengan baik.

D. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah. Tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap pengguanaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah.

Tujuan dakwah adalah mengajak seluruh umat manusia (meliputi orang muslim maupun non muslim) kepada jalan yang benar serta diridhai Allah SWT. agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat.

Tujuan Khusus dakwah adalah:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf

17


(25)

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah SWT.

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.18 Adapun materi dakwah tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Dan dalam penyampaian dakwah pun haruslah menyesesuaikan dengan keadaan waktu, lingkungan, dan kemampuan seseorang mad’u dalam menerima dan memahami pesan yang disampaikan (kadar intelektualitasnya). Maka dengan itu, dakwah yang disampaikan kepada mad’u dapat sesuai dengan apa yang menjadi tujuan seorang da’i dalam berdakwah.

E. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “bodos” (jalan, cara). Maka, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata

methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam Bahasa Arab artinya thariq.19 Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih

18

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983), h. 54-58

19


(26)

sayang.20 Para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan berbagai metode dan media sesuai dangan kebutuhan sasaran dakwah, paling tidak proses pelaksanaan dakwah betul-betul bisa menyentuh sasarannya. Para da’i

dalam menyampaikan dakwahnya mengunakan metode yang tertera dalam al-Qur’an yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 125.

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125).”

a. Berdakwah menggunakan metode hikmah menurut Al-marhagi berdakwah dengan ucapan yang sangat bijaksana disertai dengan alasan dan dalil yang dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan ketidakjelasan.21

b. Mauidzah hasanah, menurut Ibnu Sayyidhi memberikan irjat (yang dilakukan) olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakan hatinya.

c. Berdakwah dengan mudjadalah ialah berdakwah dengan berdebat dan bertukar pikiran untuk mendudukan orang yang menentang dan membangkang ajaran Islam yang di sampaikan oleh da’i dengan sangat hati-hati dan tetap menghormati dan tidak menyalahkan.

20

Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. Ke-1

21


(27)

F. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyapaikan materi dakwah, media dakwah ini dapat berupa barang (material) contoh: Televisi, Radio, Video, Kaset, Majalah, dan Surat Kabar, bias juga orang/manusia, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.22

Dengan demikian banyak media dakwah yang tersedia, maka seorang da’i haruslah memilih beberapa media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Tujuan dakwah yang hendak tercapai

2. Materi dakwah 3. Kemampuan da’i 4. Ketersediaan media 5. Kualitas media

Menurut Zainal Muhtarom media yang paling efesien dalam berdakwah secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Media Lisan

Dibanding dengan media lain, media lisan merupakan suatu media yang sering digunakan karena sifatnya praktis dan ekonomis. Termasuk didalamnya media lisan adalah diskusi, khutbah, ramah tamah dan sebagainya.

2. Media Cetak

Dikenal juga sebagai media tulisan, ide-ide dan ajaran Islam yang dituangkan dalam bentuk tulisan seperti pada surat kabar, bulletin, spanduk, majalah dan sebagainya.

22


(28)

3. Media Elektronik

Merupkan suatu media yang lahir karena pemikiran manusia dalam bidang teknologi. Pada media ini, emosi dan ketegangan penonton atau pendengar dapat terpancing melalui tingkah laku, kata-kata ataupun suara yang dihasilkan, yang termasuk dalam media jenis ini adalah: radio, televise, film, tape, dan lain sebagainya.

4. Media Organisasi

Organisasi dakwah merupkan alat pelaksanaan dakwah, agar dapat menacapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien, maka melalui organisasi social maupun keagamaan dakwah dapat terus diselenggarakan dalam setiap kegiatan intern dan ekstern.

5. Media Seni dan Budaya.

Media ini merupkan suatu media yang sangat diminati dan akan terus diwariskan pada generasi selanjutnya. Dakwah melalui seni dan budaya sudah dilakukan oleh para guru atau da’i di zaman dahulu hingga sekarang. Seperti wayang, gamelan, seni sastra dan lain sebagainya. Selain media seni dan budaya, dakwah juga dapat dilakukan melalui seni bahasa dan seni suara.23

G. Organisasi

1. Pengertian organisasi

Kata organisasi berasaldari istilah yunani organan dan istilah latin

organum yang berarti alat, bagian, anggota, atau badan. Dalam literatur dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana

23

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta : Al-Amien Press, 1996). Cet ke-1, h. 115


(29)

memandang. James D. Mooney mengatakan, “organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”, sedangkan Chestheer I. Barnard memberi pengertian terhadap organisasi, yaitu sebagai suatu sisitem dan akativitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.24

Bila dibandingkan, kedua pendapat tersebut, sebenarnya tidak ada perbedaan yang hakiki karena james D. Mooney melihat organisasi sebagai suatu “badan” dimana terdapat perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Akan tetapi Chesther I. barnard melihat organisasi itu merupakan suatu “susunan skematis” dimana tergambar “sistem dari aktivitas kerja sama”. Dengan kata lain masing-masing melihat organisasi itu dari suatu segi.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sangat penting bagi perjalanan suatu organisasi, agar dapat pembagian pekerjaan dan koordinasi secara formal. Terdapat enam unsur ketika merancang struktur organisasi diantaranya adalah; spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan disentralisasi, sertaformalisasi.25

a. Spesialisasi pekerjaan, yaitu sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan terpisah.

b. Departemen talisasi, yaitu dasar yang dipakai untuk mnegelompokkan.

24

Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2001), h. 59

25

Robbins Stphen, Perilaku Organisasi, edisi Bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. Indeks Gramedia, 2006), h. 585


(30)

c. Rantai komando, yaitu garis wewenang yang tiadak terputus-putus yang terentang dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor kesiapa

d. Wewenang, yaitu hak-hak yang inhern dalam posisi manajerial untuk memebgai perintah dan mengaharapkan perintah itu di patuhi

e. Kesatuan komando, yaitu bwahan seharusnya mempunyai satu atasna yang kepadanya ia beryanggung jawab langsung.

f. Sentralisasi, yaitu tingkat dimana pengambilan keputusan dipusatkan pada titik tunggal dalam oraniassi.

g. Formalisasi, yaitu tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi itu dilakukan 3. Budaya Organisasi

Setiap organisasi memiliki budayanya yang terbentuk. Keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan peran yang penting bagi keberlangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tatacara dan batasan perilaku dalam berorganisasi.26 Artinya setiap organisasi akan membentuk budayanya sendiri yang berbeda dengan organisasi lain.

Begitu pula budaya merupakan komponan yang menyebabkan suatu strategi dapat di implementasikan pada suatu organisasi, sementara strategi tidak dapat diimplementasikan pada organisasi lain dengan kondisi relaitif sama. Budaya suatu organisasi merupakan sikap dan nilai-nilai, gaya mananjemen dan kebiasaan mengambil keputusan dari orang-orang yang ada

26


(31)

didalam organisasi. Terlepas dari kuat atau lemahnya kultur suatu organisasi, yang jelas bahwa budaya organisasi berfungsi untuk:

a. Menentukan batas-batas berperilaku bagi para anggota organisasi.

b. Menumbuhkan perasaan teridentifikasi dengan organisasi dikalangan para anggotanya.

c. Menumbuhkan komitmen bagi keberhasilan organisasi. d. Menjamin stabilitas organisasi.

e. Berperan sebgai mekanisme pengendali dalam kehidupan bersama kafrena budaya organisasi mengikat semua orang dalam organisasi yang bersangkutan.27

Oleh sebab itu, budaya suatu organisasi harus tercatat sejak awal berdirinya organisasi seiring dengan penetapan struktur, misi, tujuan, dan berbagai harapan yang diinginkan.

4. Macam-Macam Organisasi

Dasar dari pengertian organisasi yang berbeda pendapat, melahirkan macam-macam organisasi, sehingga untuk membedakannya dibubuhi kata dibelakang organisasi, seperti organisasi statis, organisasi dinamis, organisasi internasional, organisasi negara, organisasi daerah, organisasi formal dan organisasi informal. Namun dari macam-macam organisasi tersebut dapat dikelompokan menjandi tiga macam organisasi yaitu, organisasi statis, organisasi dinamis, organisasi formal, dan organisasi informal.28 Organisasi statis adalah bagan organisasi atau skema organisasi, tidak lain adalah gambar

27

Sondang P. Siagian, Teori Pengembangan Orgnaisasi, h. 112-113

28


(32)

secara skematis tentang hubungan kerja orang-orang yang terdapat dalam suatu badan, dalam rangka usaha mencapai tujuan itu.

Berhadapan dengan ini kita mengenal organisasi dinamis yaitu setiap kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organisasi, serta mengadakan departemensasi dan menetapkan wewenang, tugas dan tanggung jawab orang-orang dalam suatu badan. Maka organisasi dinamis tidak lain dari kegiatan-kegiatan yang mengorganisasi, kegiatan dan menetapkan susunan suatu badan. Organisasi formal yaitu, suatu sistem kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih dan dikoordinasi dengan sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi informal merupakan kumpulan hubungan antar perorangan tanpa tujuan bersama yang disadari meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama. Adapun ciri-ciri organisasi ada tiga yaitu:

a. Sekelompok orang

b. Kerjasama atau pembagian pekerjaan, dan c. Tujuan bersama.29

Dalam organisasi formal ketiga ciri itu ada, dimana hubungan dalam organisasi informal ketiga ciri itu tidak ada, namun hubungan itu dipengaruhi oleh perasaan dan tujuan bersama yang tidak jelas. Organisasi foramal, tiap unsur organisasi mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi-fungsi yang tegas sedangkan dalam organisasi informal, kedudukan, tugas serta fungsi-fungsi itu tanpaknya kabur.

5. Bentuk-Bentuk Organisasi

29

Robbins Stphen, Perilaku Organisasi, edisi bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. Indeks Gramedia, 2006), h. 61


(33)

Menurut pola hubungna kerja, serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab, maka bentuk organisasi itu dibedakan sebagai berikut:

a. Bentuk organisasi garis b. Bentuk organisasi fungsional c. Bentuk organisasi garis dan staf

d. Bentuk organisasi fungsional dan staf.30

Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling sederahana. Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah masih kecil, jumlah anggotanya sedikit dan saling mengenal, spesialisasi kerja belum begitu tinggi. Bentuk organisasi fungsional adalah dimana segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang memberi komando pada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut. Bentuk organisasi garis dan staf adalah terdapat satu atau lebih tenaga staf. Staf yaitu orang yang ahli dalam biadang tertentu yang tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin di dalam organisasi tersebut. Bentuk organisasi staf dan fungsional adalah kombinasi dari bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.

6. Prinsip-Prinsip Organisasi

Dalam rangka membentuk organisasi yang baik, maka seseorang perlu memperhatikan prinsip-prinsip organisasi. Para ahli memberikan beragam prinsip-prinsip organisasi, yang dapat diringkas sebagai berikut :

a. Mempunyai tujuan yang jelas

b. Terdapat jenjang kepemimpinan dan system kepemimpinan yang layak

30


(34)

c. Mempunyai satu kesatuan perintah atau komando

d. Terdapat pembagian wewenang yang jelas antar pemimpin

e. Terdapat sistem pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang jelas f. Terdapat pembagian sistem pengendalian atau rentang kendali

g. Terdapat garis koordinasi antara pimpinan dan anggota organisasi h. Terdapat fleksibelitas cara pelaksanaan berbagai kegiatan.31 7. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Organisasi

Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan organisasi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Faktor ekstern

Faktor akstern adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstren adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.

b. Faktor intern.32

Faktor intren adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:

1. Problem hubungan antar anggota.

31

Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2001), h. 55

32


(35)

2. Problem dalam proses kereja sama 3. Problem keuangan

Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang hubungannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan sistem pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tenatang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat.

Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sepihak mungkin baik, tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut terhadap sistem yang digunakan.

8. Pengembangan Organisasi

Pengembangan organisasi adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi, terutama memulai manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan kolaboratif dengan tekanan khusus pada budaya tim-tim kerja formal dengan penggunaan teori dan teknlogi.33

33


(36)

Pengembangan organisasi lebih dikenal dengan organisation development (OD). Pengertian pokok OD adalah perubahan yang terencana. Perubahan dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus menerus terjadi dan mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat kini. Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyarakat modern, mau tidak mau harus beradaptasi terhadap arus perubahan.

Untuk dapat bertahan, organisasi harus mampu mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan dampak positif dari berbagai pembaharuan dengan pengembangan diri dan pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan, inilah yang dikenal luas sebagai prose Organisation Development (OD).

H. Kader

1. Pengertian Kader

Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi, pertai dan sebagainya.34 Pengertian kader menurut zaenal bahry adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi atau pembinaan yang tetap untuk sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.35 Adapun pengertian kader apabila dilihat dari asal suku katanya berasal dari bahasa inggris yaitu, “cadre” adalah:

1. Sekelompok pasukan inti yang terlatih dapat bertambah jumlahnya apabila dibutuhkan.

34

Zaenal bahry, kamus umum; khususnya bidang hukum dan politik, (bandung: angkasa, 1996), h. 45

35

Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (Jakarta: Skripsi, MD, 2003)


(37)

2. Suatu kelompok pengawasan atau kelompok inti yang terlatih dari suatu organsasi.

3. Kelompok orang-orang yang sangat terlatih.36

Maka pengertian kader adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi suatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.

2. Ciri-Ciri Organisasi Kader

Dalam rangka membentuk organisasi yang dinamis, maka organisasi perlu memperhatikan regenerasi estapeta organisasi tersebut. Oleh karena itu organisasi kader memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lebih mementingkan kualitas tiap-tiap individu dari pada kuantitasnya. b. Mempunyai pasukan atau kelompok inti.

c. Setiap individunya berperan aktif dalam memajukan organisasi, sehingga adanya regenerasi kepengurusan.

d. Mementingkan keketatan organisasi dan disiplin dari anggota-anggotanya.37

Dalam pengembangan organisasi, kader merupakan roh organisasi. Karena itu pengkaderan disuatu oraganisasi sudah semestinya diformulasikan secara sistematik dan terencana dengan baik, sehingga menjadi ujung tombak, keberlangsungan dan kesinambungan dinamika organisasi. Tersistematis artinya, pola pengkaderan mengandung esensi dalam rangka memformulasikan tahapan jenjang kader yang membangun diatas perangkat pijakan yang jelas serta menyangkut muatan yang harus dipunyai oleh kader.

36

Ibid. h.18

37


(38)

Pengkaderan disuatu organisasi diproyeksikan bagi terlaksananya pola kaderisasi berjenjang dan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, pengkaderan diarahkan bagi tersedianya human resources penopang utama bagi keberlangsungan organisasi yang disandarkan pada klasifikasi dan kualifikasi kader sesuai dengan tingkatan demi mengemban amanat, nilai-nilai, serta ide-ide besar organisasi.38

Suplay kader yang handal sangat dibutuhkan organisasi untuk memenuhi kebutuhan disemua lini. Disetiap kepemimpinan organisasi problem penyediaan sumberdaya kader yang berbobot dalam jumlah besar untuk mengisi posisi-posisi pada sentral organisasi menjadi hal yang terpenting. Akan tetapi dalam rekrutmen kadang menjadi dilema ketika yang direkrut adalah mereka yang qualified, biasanya dengan konsekuensi perangkapan jabatan serta tidak cukup waktu bagi organsasi.

Untuk menjadi kader harus menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan serta harus teruji militansi dan kemampuan anggota pada umumnya.39 Problem kaderisasi dan kerisis kader menjadi tanggung jawab berat bagi suatu organisasi. Oleh karena itu ada beberapa hal yang penting dalam membentuk refomulasi sistem pengkaderan, diantaranya:

a. Pengkaderan harus berbasis pada kompetensi.

b. Pengkaderan harus memperhatikan setting budaya masyarakat tertentu.40 Tampaknya refomulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting untuk ditindak lanjuti dalam upaya penanganan kerisis kader dan problem kader

38

PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP IRM, 2004), h.1

39

Suara muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret, (Yogyakarta: SM, 2004), h.7

40


(39)

disinilah letak kaderisasi sebagai pengembangan organisasi dan penyemai organisasi. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu perubahan suatu pengkaderan dalam organisasi untuk terus mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.


(40)

A. Profil Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik Islam yang tujuannya untuk mengembalikan khilafah Islamiyah dengan bertopang pada ide (fikroh) sebagai sarana pokok dalam perubahan.41

Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis), Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini di pelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina. Hizbut Tahrir kini telah berkembang keseluruh negara Arab di Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan, dan Aljazair. Juga ke Turki, Inggris, perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan Negara-negara Eropa lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.42

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan. Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan

41

Abdullah M. Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri ajarannya, (Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007), hal. 129.

42

Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, (Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2009), h. 3


(41)

Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka (umat) berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kemabali system Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan oleh Allah dalam realitas kehidupan.

Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga social (yang bergerak di bidang social kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.43

B. Latar Belakang Berdirinya Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT.

Artinya: (Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jama’ah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, system perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir

43


(42)

bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan kembali.44

C. Tujuan Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam, dan mengemban Islam keseluruh penjuru dunia. Ini berarti mengajak semua kaum muslimin untuk kembali hidup secara Islami di darul Islam dan di dalam masyarakat Islam. Seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi penelitiannya adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang di pimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslim untuk di dengar dan ditaati, dan agar menjalankan kehidupannya berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Juga untuk mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.45

Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan untuk membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, malalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha mengembalikan, mengambilalih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia, seperti yang telah terjadi di masa silam, dan memimpinnya sesuai dengan hukum-hukum Islam.

Tujuan Hizbut Tahrir lainnya adalah menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang ide-ide dan system perundang-undangan kufur maupun kekufuran itu sendiri secara menyeluruh, sehingga Islam dapat menyelimuti seluruh dunia.

44

Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, h. 8

45


(43)

D. Landasan Pemikiran Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir telah melakukan kajian, penelitian dan studi, terhadap kondisi umat, sejauh mana kemerosotan yang dialaminya. Kemudian membandingkannya dengan kondisi di masa Rasulallah saw, masa Khulafaur Rasyidin, dan masa generasi tabi’in. Disamping itu, dengan merujuk kembali

sirah Rasulallah saw dan tata cara mengemban dakwah beliau, sejak permulaan dakwahnya hingga keberhasilannya mendirikan Daulah Islamiyah di kota Madinah. Juga dengan mempelajari bagaimana perjalanan hidup beliau di Madinah. Dan tentu saja setelah merujuk kepada Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang ditunjukkan oleh dua sumber ini, yakni Ijma Sahabat dan Qiyas, selain berpedoman pada ungkapan-ungkapan/pendapat para sahabat, tabi’in,

imam-imam dari kalangan mujtahidin. Setelah melakukan aktivitas kajian tersebut secara menyeluruh,

Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide pendapat-pendapat, dan hukum-hukum, yang berkaitan dengan fikrah (ide) dan thariqah (metode). Semua ide, pendapat dan hukumnya, hanya berasal dari Islam. Tidak ada satupun yang bukan berasal dari Islam. Secara utuh dan murni diambil dari Islam. Tidak disandarkan pada sesuatu selain dari pokok-pokok (ajaran) Islam dan nash-nashnya. Hizbut Tahrir juga menyandarkan pada pemikiran (akal sehat) dalam penetapannya. Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide, pendapat-pendapat, dan hukum-hukum tersebut sesuai dengan ketentuan yang diperlukan dalam perjuangannya untuk melangsungkan kejidupan Islam serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, dengan mendirikan Daulah Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah.


(44)

Ide-ide, pendapat-pendapat, dan hukum-hukum yang telah dipilih dan ditetapkannya, telah di himpun dalam berbagai buku dan selebaran. Semua itu telah diterbitkan dan disebarluaskan kepada umat. Berikut nama-nama buku yang telah diterbitkan oleh Hizbut Tahrir.

1. Nizhamul Islam (Peraturan Hidup Dalam Islam)

2. Nizhamul Hukmi Fil Islam (Sistem Pemerintahan Islam) 3. Nizhamul Iqtishadi Fil Islam (Sistem Ekonomi Islam)

4. Nizhanul Iztima’i Fil Islam (Sistem Pergaulan di dalam Islam) 5. At-Takattul al-Hizbi (Pembentukan Partai Politik)

6. Mafahim Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Hizbut Tahrir) 7. Daulah al-Islamiyah (Negara Islam)

8. Syakhshiyah al-Islamiyah (Kepribadian Islam, tiga jilid)

9. Mafahiim Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Politik Hizbut Tahrir)

10. Nadlarat Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pandangan Politik Hizbut Tahrir) 11. Muqaddimah ad-Dustur (Pengantat Undang-undang Dasar Negara Islam) 12. Al-Khilafah (Sistem Khilafah)

13. Kaifa Hudimat al-Khilafah (Persekongkolan Meruntuhkan Negara Khilafah)

14. Nizham al-‘Uqubat (Sistem Sanksi) 15. Ahkam al-Bayyinat (Hukum Pembuktian)

16. Naqdlu al-Isytirakiyah al-Markisiyah (Kritik Terhadap Sosialis Marxis) 17. At-Tafkiir (Membangun Pemikiran)

18. Sur’atu al-Badihah (Kecepatan Berfikir) 19. Fikru al-Islam (Pemikiran Islam)


(45)

20. Naqdlu an-Nadlariyatu al-Iltizami fi al-Qawanini al-Gharbiyyah (Kritik terhadap Teori Stipulasi Undang-undang Barat)

21. Nida Haar (Seruan Hizbut Tahrir Untuk Umat Islam)

22. Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla (Politik Ekonomi yang Agung) 23. Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah (Sistem Keuangan di Negara Khilafah).

Disamping itu, terdapat ribuan selebaran buklet dan diktat yang di keluarkan Hizbut Tahrir, baik menyangkut ide maupun politik. Cara yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam menyampaikan ide-ide dan hukum-hukum yang telah dipilih dan ditetapkannya adalah dengan cara politik. Yaitu, dengan menyampaikan semua ide dan hukum kepada masyarakat, hingga mereka mau menerima, mengamalkan, dan turut mengembannya, agar bias terwujud dalam aspek pemerintahan dan realitas kehidupan. Hal itu merupkan kewajiban yang harus mereka pikul sebagai bagian dari kaum muslim. Itu juga diwajibkan atas Hizbut Tahrir sebagai partai politik Islam, yang anggotanya terdiri dari kaum Muslim.

Dalam menetapakan ide-ide dan hukum-hukum Islam, Hizbut Tahrir hanya bersandar kepada wahyu, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah, serta yang di tunjukan oleh keduanya, berupa Ijma Sahabat dan Qiyas. Karena, hanya keempat rujukan itu saja yang hujjahnya ditetapkan dengan dalil yang qath’i (pasti).46

46


(46)

E. Pemikiran dan Doktrin Hizbut Tahrir Dalam Kenegaraan Diantara pemikiran dan doktrinnya adalah :

1. Penerapan kehidupan Islami dengan cara terlebih dahulu menegakkan negara Islam di negara-negara Arab, kemudian di negara Islam di luar Arab.

2. Setelah negara Islam terbentu kemudian melancarkan dakwahnya ke Negara- negara non muslim melalui umat Islam yang sudah terbentuk.

3. Ingin mengembalikan kepercayaan terhadap Islam melalui aktifitas keilmuan di satu sisi dan malalui politik disisi lain.

4. Dalam melakukan perubahan, Hizbut Tahrir membagi langkahnya menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Tahap konflik yaitu pertarungan pemikiran dengan melontarkan faham- faham dan ide-ide.

b. Tahap Refolusi berfikir, dan ini berlangsung dengan adanya interaksi masyarakat melalui aktifitas tsaqafah siasi (politik).

c. Tahap mengambil alih kekuasaan melalui gerakan massa, dan pengambilan kekuasaan ini harus menyeluruh dan menurutnya untuk mencapainya harus minta bantuan pemerintah, panglima militer, pimpinan suatu jama'ah, ketua suku dan sebagainya.

5. Untuk mencapai tujuannya Hizbut Tahrir membuat program limit waktu 13 tahun, dalam jangka waktu tersebut Hizbut Tahrir harus sudah dapat mendirikan Negara Islam, kemudian limit tersebut diperpanjang hingga tiga dasawarsa karena sikon yang tidak memungkinkan. Namun sampai saat ini belum juga berhasil merampas kekuasaan dan mendirikan Negara Islam.47

47

Abdullah M. Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri ajarannya, (Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007),h. 130-131.


(47)

F. Keanggotaan Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik laki-laki maupun wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka orang Arab atau bukan, berkulit putih atau hitam. Hizbut Tahrir adalah partai untuk seluruh kaum Muslim, dan menyerukan kepada umat untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil dan menetapkan seluruh aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi ras, bangsa, warna kulit maupun madzhab mereka. Hizbut Tahrir melihat semuanya dari sudut pandang Islam.

Cara mengikat individu-individu di dalam Hizbut Tahrir adalah dengan memeluk akidah akidah Islam, matang dalam tsaqafah Hizbut Tahrir, mengambil dan menetapkan ide-ide serta pendapat Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang mengajukan dirinya menjadi anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya terlibat dengan Hizbut Tahrir. Hal itu muncul ketika dakwah telah berinteraksi dengannya, dan dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-persepsi Hizbut Tahrir. Jadi, ikatan yang menjalin anggota Hizbut Tahrir adalah akidah Islam dan tsaqofah Hizbut Tahrir yang lahir dari akidah tadi. Halqah-halqah (pembinaan) wanita di dalam Hizbut Tahrir, terpisah dengan halqah laki-laki. Yang memimpin halqah-halqah wanita adalah para suami, muhrimnya, atau para wanita.48

G. Pola Organisasi Hizbut Tahrir

Dari aspek keorganisasian Hizbut Tahrir memiliki pengurus struktural dan fungsional. Struktural adalah penannggung jawab organisasi baik di tingkat

48


(48)

daerah maupun pusat. Sedangkan fungsional atau yang disebut dengan laznah, itu ada yang disebut dengan laznah i’almiah, laznah i’almiah ini yang mengurusi berkaitan dengan media, yang menulis opini di media-media baik yang di miliki oleh Hizbut Tahrir maupun media luar yang bisa diakses untuk menampilkan tulisan-tulisan Hizbut Tahrir. Selanjutnya laznah siyasiyah, laznah siyasiyah ini yang melakukan kajian dibidang politik ditengah-tengah masyarakat dalam perspektif Islam, ketika ada yang menyimpang baik DPR tingkat pusat maupun daerah, itu akan Hizbut Tahrir luruskan sesuai dengan syari’at Islam.

Ada lagi yang namanya laznah maslahiyah, laznah maslahiyah ini yang melakukan kajian dibidang ekonomi, fungsinya untuk memberikan solusi kepada masyarakat dari masalah-masalah ekonomi sesuai dengan ekonomi Islam, dan ada juga yang disebut dengan laznah fa’aliyah, laznah fa’aliyah ini yang mengtur hubungan natar lembaga. Seperti yang dilakukan Hizbut Tahrir DPD Bogor saat ini dengan adanya agenda silaturahmi dengan lembaga-lembaga lain seperti NU, Muhammadiyah, PUI, dan PKS pimpinan kota bogor, yang biasa dilakukan dua minggu sekali dan ini merupakan tugas laznah fa’aliyah.49

Bagaimanapun, kita (papar Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor) umat Islam harus saling bersinergis, karena Hizbut Tahrir meyakini tidak mungkin Hizbut Tahrir sendirian merubah keadaan masyarakat. Hizbut Tahrir tetap memerlukan komponen lain supaya bersinergi untuk mencapai tujuan dalam berdakwah.

49

Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.


(49)

H. Aktivitas Hizbut Tahrir

Aktivitas Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk merubah kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam, dengan merubah ide-ide menjadi ide-ide-ide-ide Islam, sehingga akan menjadi opini umum di tengah-tengah masyarakat, serta menjadi persepsi bagi mereka, yang akan mendorongnya untuk merealisir dan menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam. Juga dengan merubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan Islam, ridla terhadapapa yang di ridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang di murkai dan di benci Allah. Merubah hubungan/interaksi yang ada di tengah-tengah masyarakat menjadi hubungan interaksi yang Islami, berjalan sesuai dengan hukum-hukum dan pemecahan-pemecahan Islam. Seluruh aktivitas yang dilakukan Hizbut Tahrir bersifat politik, dimana Hizbut Tahrir memperhatikan urusan masyarakat sesuai dengan hukum dan pemecahan yang syar’i. sebab, politik adalah mengatur dan memelihara urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum dan pemecahan Islam.

Aktivitas yang bersifat politik ini tampak jelas di dalam mendidik dan membina umat dengan tsaqofah Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari akidah yang rusak, pemikiran yang salah, serta dari persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan yang kufur. Aktivitas politik ini tampak juga dalam aspek pergolakan pemikiran (shira’ul fikri) dan perjuangan politik (kifahu siyasi).

Pergolakan pemikiran terlihat dalam penentanganya terhadp ide-ide yang salah, akidah yang rusak, atau pemahaman yang keliru, dengan cara menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, disertai dengan penjelasan mengenai


(50)

ketentuan hukum Islam dalam maslah tersebut. Sedangkan perjuangan politiknya terlihat dari penentanagnnya terhadap imperialis kafir, dalam memerdekakan umat dari belenggu kekuasaannya, membebaskan umat dari tekanan dan pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya, baik yang berupa pemikiran, budaya, politik, ekonomi, maupun militer, dari seluruh negeri-negeri Islam.

Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam menentang para penguasa, mengungkapkan penghianatan dan persekongkolan mereka terhadap unat, melancarkan kritik, control, dan koreksi terhadap mereka, serta berusaha menggantinya apabila hak-hak umat dilanggar atau tidak menjalankan kewajibannya terhadap umat, atau mereka menyalahi hukum-hukum Islam. Jadi, aktivitas Hizbut Tahrir, semuanya bersifat politik, baik diluar perkara pemerintahan ataupun yang menyangkut pemerinthan.

Aktivitas Hizbut Tahrir tidak bersifat akademik. Hizbut Tahrir bukanlah sekolah. Seruannya bukan berbentuk nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk (yang menjemukan dan kering). Aktivitasnya bersifat politik, dengan cara mengungkapkan fikrah-fikrah (ide) Islam beserta hukum-hukumnya, untuk dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup bermasyarakat dan bernegara.

Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam tiada lain agar Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehingga akidah Islam menjadi dasar Negara, dasar konstitusi dan perundang-undangan. Karena akidah Islam adalah akidah

aqliyah dan akidah siyasiyah, yang melahirkan aturan yang dapat memecahkan problematika manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, social kemasyarakatan, dan lain-lain.


(51)

I. Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Jihad

Hizbut Tahrir punya pandangan terperinci terkait dengan masalah jihad, Hizbut Tahrir berpendapat bahwa jihad tidak dibebankan kepada kelompok politik dan kelompok dakwah. Menurut Hizbut Tahrir jihad hukum asalnya adalah dibebankan kepada umat Islam. Sehingga umat Islam wajib menjalankan jihad ini melalui otoritas yang menyerukannya. Hizbut Tahrir berpendapat bahwa dalam beberapa kasus jihad itu wajib, bahkan menjadi fardhu'ain (kewajiban setiap orang) dari kaum Muslim, seperti dalam kasus ketika musuh menyerang dan menghancurkan wilayah Islam, maka dalam kasus ini Hizbut Tahrir memandang wajib atas semua kaum Muslim melakukan jihad untuk mengusir kaum kafir aggressor. Dan dalam kasus seperti ini, para anggota Hizbut Tahrir menjadi bagian dari pejuang bersama kaum muslim lainnya.

Adapun kewajiban jihad yang sebenarnya (menurut Hizbut Tahiri) itu untuk membebaskan negeri-negeri Islam yang sedang diduduki dan didominasi oleh kaum kafir, maka Hizbut Tahrir berpendapat ini adalah tugas tentara yang merupakan sayap militer umat Islam. Dan tentara sekarang ini lanjut Hizbut Tahrir sedang berada dalam kekuasaan para penguasa yang mengabaikan jihad, dan bahkan menghalanginya. Oleh karena itu, umat harus menekan para penguasa agar mereka menggerakkan tentara ini. Apabila para penguasa menolak melakukannya, maka umat Islam wajib menyingkirkannya, dan kemudian menggantinya dengan seorang penguasa yang secara terbuka menyatakan jihad untuk membebaskan negeri-negeri Islam, bahkan menerapkan semua hokum jihad yang telah diwajibkan oleh Allah Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.50

50

Ahmad al Qoshosh, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www. Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.


(52)

J. Tempat Aktivitas Hizbut Tahrir

Walaupun Islam adalah mabda yang bersifat universal, akan tetapi menurut metode Islam, titik awal aktivitasnya tidak dilakukan di setiap negeri. Memang dakwah harus dilakukan keseluruh dunia, hanya saja fokus akitivtas harus di tetapkan pada satu atau beberapa negeri, sehingga aktivitas dapat di konsentrasikan pada tegaknya Daulah Islamiyah.

Dunia secara keseluruhan, merupakan tempat yang layak bagi dakwah Islam. Namun, karena negeri-negeri Islam mayoritas pendudukanya beragama Islam, maka wajar apabila dakwah bertolak mulai dari sini. Disamping itu, keberadaan negeri-negeri Arab yang menjadi bagian dari negeri-negeri Islam, percakapannya menggunakan bahasa Arab, yang merupakan bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah dan menjadi bagian penting dalam Islam, serta termasuk unsur pokok dalam tsaqafah Islam, maka negeri-negeri Arab menjadi temapat yang di prioritaskan untuk memulai mengemban dakwah Islam ini.

Hizbut Tahrir telah muncul dan berkembang serta mengemban dakwahnya di sebagian besar negeri-negeri Arab, kemudian mulai menyebar secara alami, sehingga aktivitasnya terdapat di banyak negeri Arab dan di negeri-negeri Islam lainnya.51

K. Metode Dakwah Hizbut Tahrir

Metode yang ditempuh dalam mengemban dakwah (telah di tetapkan) berupa hukum-hukum syara yang diambil dari thariqah perjalanan dakwah Rasulallah saw. Sebab mengikuti Rasulallah saw adalah wajib, sebagaimana firman Allah SWT:

51


(53)

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat Allah). (QS. Al-Ahzab: 21)

Artinya: Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (QS. Ali Imran: 31)

Artinya: apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7)

Masih banyak ayat lain yang menunjukan wajibnya mengikuti perjalanan Rasul, menjadikannya suri tauladan, dan mengambilnya sebagai rujukan. Kondisi kaum Muslim saat ini hidup di daarul kufur karena mereka menerapkan system hukum selain dari apa yang diturunkan Allah SWT, serupa dengan keadaan negeri Makkah pada saat di utusnya Rasulallah saw. Untuk itu, fase Makkah wajib dijadikan acuan dalam mengemban dakwah, dan dijadikan sebagai objek untuk diteladani.

Berdasarkan penelusuran perjalanan dakwah Rasulallah saw di Makkah hingga keberhasilan beliau mendirikan negara di Madinah, tampak jelas bahwa belaiu menjalankan aktivitas dakwanya melalui beberapa tahapan yang amat jelas cirri-cirinya. Belaiu melakukan aktivitas tertentu yang sangat tampak tujuannya.


(54)

Dalam hal ini, Hizbut Tahrir telah mengambil metode dakwah Rasulallah saw dari segi operasional maupun tahapan-tahapannya. Termasuk seluruh aktivitas yang harus dilakukannya pada seluruh tahapan tadi, yaitu dengan menjadian seluruh aktivitas Rasulallah saw tersebut sebagai suri tauladan pada seluruh tahapan perjalanan dakwah.

Berdasrkan hal-hal inilah Hizbut Tahrir menetapkan langkah operasionalnya dalam tiga tahap:

1. Tahap tastqif (pembinaan dan pengkaderan) untuk melahirkan orang-orang yang meyakini fikrah Hizbut Tahrir dan untuk membentuk kerangka sebuah partai.

2. Tahap tafa’ul (berinteraksi) dengan umat, agar mampu mengemban dakwah Islam, sehingga umat akan menjadikannya sebagai perkara utama dalam kehidupannya, serta berusaha menerapkannya dalam realitas kehidupan.

3. Tahap istilamu al-hukmi (penerimaan kekuasaan), untuk menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh, sekaligus menyebarluaskan risalah

Islam ke seluruh dunia.

Tahap pertam telah dirintis oleh Hizbut Tahrir di kota al-Quds pada tahun 1372 H (1953 M), dibawah seorang pendiri yang alim dan terhormat, seorang pemikir besar dan politikus ulung, juga seorang qadli pada Mahkamah Isti’naf

(Pengadilan Banding) di al-Quds, yaitu al-Ustadz Taqiyyudin an-Nabhani

rahimahullah.

Pada saat itu, Hizbut Tahrir telah melakukan kontak (langsung) dengan anggota-anggota masyarakat, menyapaikna fikrah dan thariqah dakwahnya


(55)

melalui orang perorang. Bagi orang yang menerima fikrah dan thariqah Hizbut Tahrir, pembinaannya di atur secara intensif dalam halqah-halaqah Hizbut Tahrir, hingga menyatu dengan ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah dijadikan sebagai pedoman, kemudian menjadikannya seorang Muslim yang mempunyai kepribadian Islam, berinteraksi dengan Islam, menghayatinya serta memiliki

aqliyah dan nafsiyah Islamiyah. Selanjutnya bergerak mengemban dakwah kepada umat. Apabila seseorang telah sampai pada tingkayan ini, maka secara sukarela ia akan menggabungkan dirinya dengan Hizbut Tahrir sebagai anggota. Keadaan ini serupa dengan apa yang telah dilakukan Rasulallah saw pada tahap awal dakwah beliau yang berlangsung selama tiga tahun.

Beliau berdakwah melalui individu dan menyampaikannya kepada orang-orang (yang ada di Makkah dan sekitarnya) apa yang telah disampaikan Allah kepadanya. Bagi orang yang mengimaninya, maka diikatnya dengan kelompoknya (pengikut Rasul) atas dasar Islam. Ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Rasulallah saw berusaha mengajarkan Islam kepada setiap orang baru, dan membacakan kepada mereka apa-apa yang telah diturunkan Allah berupa ayat-ayat al-Qur’an, sehingga mereka berpola hidup secara Islam. Beliau bertemu mereka secara rahasia, dan membina mereka secara rahsia pula di tempat-tempat yang tersembunyi. Penyebaran Islampun makin meluas dan menjadi buah bibir masyarakat Makkah. Pada akhirnya, secara berangsur-angsur mereka masuk ke dalam Islam.

Pada tahap awal ini, perhatian Hizbut Tahrir ini dipusatkan kepada pembinaan kerangka Hizbut Tahrir, memperbanyak pendukung dan pengikut, serta membina para pengikutnya dalam halqah-halqah dengan tsaqafah Hizbut


(56)

Tahrir yang terarah dan intensif. Sampai pada akhirnya berhasil membentuk partai bersama-sama para pemuda (syabab) yang telah menyatu dengan Islam dan menerima pemikiran Hizbut Tahrir. Berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran tersebut, dan mengembannya kepada masyarakat. Setelah Hizbut Tahrir berhasil membentuk kelompok patai, dan masyarakat mulai merasakan serta mengenal Hizbut Tahrir beserta ide-ide dan apa yang diserukannya kepada masyarakat, maka sampailah Hizbut Tahrir pada tahap yang kedua.

Tahap kedua adalah tahap at-tafa’ul, yaitu berinteraksi dengan masyarakat dan mendorong mereka untuk mengemban dakwah Islam, membentuk kesadaran dan opini umum atas ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah dipilih dan di tetapkan Hizbut Tahrir, hingga dijadikan sebagai pemikiran umat yang akan mendorongnya untuk berusaha di wujudkan dalam realita kehidupan. Bersama-sama dengan Hizbut Tahrir, umat melakukan aktivitas untuk mendirikan Daulah Khilafah, mengankat seorang Khalifah untuk melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Pada tahap ini, Hizbut Tahrir mulai beralih mengajak kepada masyarakat dengan penyampaian yang bersifat kolektif. Pada saat itu Hizbut Tahrir melakukan aktivitas-aktivitas berikut:

1. Tsaqafah murakkazah (kajian intensif), melalui halqah-halqah yang diadakan untuk individu (pengikut Hizbut Tahrir) dalam rangka membangun kerangka Hizbut Tahrir, memperbanyak pendukung, serta melahirkan kepribadin Islam di kalangan para pengikut dan anggota Hizbut Tahrir hingga mereka mampu mengemban dakwah, mengarungi medan kehidupan dengan pergolakan pemikiran dan perjuangan politik.


(57)

2. Tsqapah jama’iyah (kajian umum), yang disampaikan kepada umat Islam secara umum berupa ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah di adopsi oleh Hizbut Tahrir. Ini dilakukan melalui pengajian-pengajian umum di masjid-masjid, atau dibalai-balai pertemuan, gedung-gedung dan tempat-tempat umum, juga melalui media massa, buku-buku dan selebaran-selebaran, untuk mewujudkan kesadaran umat secara umum, sekaligus berinteraksi dengan umat.

3. Shira’ al-fikri (pergolakan pemikiran), untuk menentang

kepercayaan/ideology, aturan dan pemikiran-pemikiran kufur, menentang segala bentuk aqidah yang rusak, pemikiran yang keliru, persepsi yang salah dan sesat, dengan cara mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan pertentangannya dengan Islam. Juga membersihkan umat dari bentuk pengaruh dan implikasinya.

4. Kifah as-siyasi (perjuangan politik), berbentuk:

a. Beruang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai dan mendominasi negeri-negeri Islam. Menghadapi segala bentuk penjajahan, baik itu berupa pemikiran, politik, ekonomi, maupun militer, mengungkap akar dan membongkar persekongkolan negara-negara kafir hingga umat bebas dari segala bentuk dominasi mereka. b. Menentang para penguasa di negeri-negeri Arab dan negeri-negeri

Islam lainnya. Membongkar kejahatan mereka, menyampaikan nasehat atau kritik, dan mencoba merubah tingkah laku mereka melahap hak-hak umat, atau pada saat mereka tidak melaksanakan kewajibannya terhadap umat, atau tatkala melalaikan salah satu urusan umat, atau


(1)

terjadi sampai kapan pun juga, karena apa?, Hizbut Tahrir sudah cukup dn mencukupkan diri kalau mesjid itu makmur, siapapun itu pengurusnya, tidak kemudian harus menjadi ketua DKM nya menguasai tidak, ini sama sekali tidak pernah dilakukan, sehingga kalau pun misalnya ada segala macam seperti dulu pernah ada fitnah segala macam Hizbut Tahrir menguasai mesjdi itu tidak pernah terjadi sebenarnya, atau begini saja sebenarnya Hizbut Tahrir di berikan kesempatan bulletin jum’atnya beredar di mesjid itu sudah sangat gembira sekali, apalagi kalau kemudiandi berikan kesempatan jatah khutbah jum’at, ya bias mengisi taklim di mesjid itu gitu, itu sudah sangat luar biasa kita terima gitu, tanpa harus kita kuasia mesjidnya itu gitu, yakan?, karena yang pentingkan makmur gitu, nah itu sebagai gambaran kenapa kemudian Hizbut Tahrir di terima dimana-mana, bahkan kalau di kota bogor kita memiliki kajian husus di polresta bogor, di mesjid polresta bogor kita memiliki kajian husus di sampaikan resmi atas nama Hisbut Tahrir kota bogor gitu, yakan?,(ya...ya...ya..penulis) sinergis dengan polisi, tentarapun sama, di tingkat DanDim, Kodim itu juga silaturahmi bersinergi segala macam.

Jadi intinya sebenarnya di kalangan pelajar Hizbut Tahrir masuk, di kalangan masyarakat umum kita juga masuk, di kampus-kampus juga kita masuk sehingga kemudian, tidak ada alasan masyarakat itu antipasti segala macam danyang kesini malah sebaliknya mereka membuka tangan terhadap dakwah yang disampaikan oleh Hizbut Tahrir ini, selebar-lebarnya, seluas-luasnya, kenapa?, karena merekapun akhirnya tau, apa dan siapa Hizbut Tahrir itu dan motivasinya apa. Kita tidak memiliki motivasi yang sifatnya materi, ketenaran segala macam, tidak ada ya. Karena proses itulah yang kemudian menggerakan individu-individu anggota Hizbut Tahrir sehingga kemudian tanpa kenal lelah untuk terus bergerak.


(2)

(Penulis)

Jadi emmm..mungkin ini yang terakhir mengenai kegiatan,eemmmm harapan dan cita-cita HTI untuk kota bogor ini apa sih pak?

(Responden)

Ya harapannya gini, kita sedang menyiapkan masyarakat Bogor ini, sebenarnya bukan masyarakat bogor juga, dimanapun dimana disitu ada aktifitas Hizbut Tahrir, wajib bagi kawan-kawan aktivis Hizbut Tahrir itu untuk melakukan pembinaan terkait dengan ke Islaman, menajamkan, membumikan pemikiran-pemikiran Islam, katakan tadi itu, permasalahan pokoknya bagaimana kemudian hokum Islam ini, hokum-hukum Allah ini bisa di terapkan di tengah-tengah masyarakat caranya dengan berbagai macam hal yang bisa di lakukan, bisa lewat media, bisa lewat diskusi, bisal lewat silaturahmi, dialog segala macam, ini akan dilakukan. Sehingga tadi itu, inginnya akan terbentuk kesadaran ditengah-tengah masyarakat bahwa mereka sadar akan hokum Islam. Coba bayangkan, umat Islam sendiri tidak mengetahui tentang pemikiran-pemikiran Islam, yakan?,(ya…ya..penulis) umat Islam sendiri tidak mengetahui pemikiran-pemikiran dan pemahaman-pemahaman tentang Islam, sehingga kemudian apa?, mereka mengambil pemahaman-pemahaman lain, kan gitu.

Pemahaman-pemahaman tentang demokrasi, sekularisme, pluralism, itukan bukan pemahaman yang dari Islam, tapi mereka ambil kenapa?, karena memang opini tadi.(ya..ya..penulis) Nah ini hal yang ingin di lawan oleh Hizbut Tahrir, dengan apa?, dengan mengajak kembali mengingatkan masyarakat itu, bahwa kita ini sudah sempurna sebenarnya, Islam itu sudah sempurna, gagasannya sudah syamil muttakamil, sehingga tidak perlu lagi mengambil ide-ide lain, tidak perlu talbisul haq bil bathil, mencampur adukan antara yang bathil dengan yang haq, Islam sudah ya’lu wala yu’la alaih, gitu, tidak ada lagi yang lebih tinggi dari pada Islam dan celakanya kalau umat Islam ini mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian, itu bahaya yang disampaikan oleh


(3)

Allah dalam firmannya surat al-Baqrah ayat : 85 nanti bisa di cek ya. Bahwa apakah kamu hendak mengambil sebagian dari isi al-Kitab ini dan kemudinian meninggalkan yang lain gitu, :apakah kamu hendak beriman kepada sebagian dan kemudian meninggalkan sebagian yang lain”. Ini yang terjadi umat Islam dalam hal ibadah mereka mengambil Islam, kalau mau di kuburkan saja minta dikuburkan secara Islam, kalau mau nikah saja di nikahkan secara Islam, tapi dalam berpolitik dalam berekonomi, dalam berpendidikan, dalam bidang kesehatan, dalam bidang hal segala macam rupa, dalam hal muamalah tidak mau mengambil Islam, dalam hal ibadah saja dalam perkara-perkara ritual mereka mau mengambil Islam, coba bagaiana kemudian umat Islam ini mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain.

Ketika katakanlah di bulan ramadhan mereka beramai-ramai menyambut seruan Allah ya, dalam surat al-Baqarah ayat :183 ya, (yaa ayyuhalladzi kutiba a’laikumussiyam……..penulis) diwajibkan atas kamu berpuasa, padahal lima ayat sebelum itu ada namanya, pertama ayat 178 yang mewajibkan atas kamu kishas, dalam ayat setelahnya itu ada namanya, ayat tentang wajib atas kamu berperang. Coba tapi kenapa seruan masyarakat ini ketika diseur untuk berpuasa mereka berbondnog-bondong memenuhi seruan Allah untuk berpuasa tapi kemudia kalau diseur oleh Allah dalm redaksinya kalau dalam bahasa arab, itu redaksinya kan sama. Yaa ayyuhalladzi kutiba alaikumul qshas gitu, diwajibkan atas kamu kishas, dalam perkara bilqhotl (dalam perkara pembunuhan) ya, coba sekarangdikia ada tidak hokum qishash?,(tidak ada..penulis) kalau tidak ada, lantas yang dosa siapa coba?, kenapa kemudian kitamengambil shaum lalu meninggalkan qishash?.

Qishash itu kan perkara uqubat, perkara pengadilan. Kenapa dalam hal puasa ibadah kita ambil tetapi dalam hal uqubat kita tidak ambil gitu, itu kan dzolim, siapa yang dosa, kita semua dosa hari ini sebenarnya, kenapa?, kita masih memilih-milih mana yang


(4)

diambil mana yang tidak. Dan qishash itu, uqubat itu bisa di terapkan kalau kemudian sistemnya juga Islam, kan gitu?, oleh karena itu menjadi penting menjadikan perjuangan ini untuk mengembalikan hokum-hukum Allah itu tegak kembali, kenapa?, karena dengan tegaknya hokum Allah, yang sebagai qodiriyah masyiriyah tadi permasalahan pokok, permasalahan cabang yang terkait dengan peradilan, hokum-hukumnya berupa qishas, rajam, hudud, jinayat itu akan terselesaikan. Terkait dengan masalah pendidikan itu terselesaikan, terkait dengan masalah kesehatan itu terselesaikan, terkait dengan masalah ekonomi itujuga akan terselesaikan. Sekarang ada praktek ribawi segala macam, coba aja datang kepasar ada timbangan-timbangan yang tidak balance, hampir semua itu pedagang tidak balance timbangannya, muthaffifiin itu kan ancamannya dalam surat al-muthaffifiin itu dilakukan.

Nah kalau kita konsentrasinya pada hal-hal yang cabang itu, siapa yang akan focus pada perkara-perkara yang utama ini,(ya..ya..ya..penulis) sementara. Coba kalau ibaratkan sebuah genting, ketika genting itu bocor kita kasih ember, sebagian situ bocor lagi kita kasih ember, kalau bocornya sudah semua coba, hanya oeang bodoh saja yang masih menyediakan ember, kan gitu?, apa solusinya?,(diganti gentingnya..penulis) perbaiki atau ganti gentingnya. Ganti genting kalau dalam konteks Islam itu ganti systemnya, tidak cukup sebenarnya ganti rezim itu, ganti rezim, ganti penguasa itu tidak cukup, kan ada empat kategori, system yang baik penguasanya baik atau amanah, system yang baik penguasanya buruk, system yang buruk penguasanya baik, system yang buruk penguasanya buruk, Indonesia itu sistemnya buruk penguasanya buruk, jadi tidak ada yang diambil.


(5)

(Penulis)

Trus ini pak,eemmm mengenai politik ya..sekarang kan samsul ikut kelompok diskusi gitu temen-temen mahsiswa,jadi sampai saat ini masih terbentuk bahwa untuk perubahan apalagi yang berkaitan dengan system,itu kita harus memiliki power ya pak,artinya kita jadi penguasa baru kita rubah system,nah kalo saya liat ini kan kalo dari HTI,saya belum tau eemmm maksdnya ininya,apa..kenapa tidak ikut system gitu pak sehingga terpilih menjadi penguasa untuk merubah system gitu pak?

(Responden)

Bias dibuktikan ketika sudah berkuasa bisa dirubah sistemnya?ayo dalam konteks keindonesiaannya aja..coba agama yang berkuasa siapa yang dianaggap berprestasi dalam islam,coba kemarin hanya menyebut di forum yang century ini kika menyebutkan ada fraksi yang megingatkan saja ‘ bung..anda sudah disumpah atas nama Allah Lo..itu akan diminta pertanggung jawaban diakhirat nanti”apa jawaban si rohut poltak itu kan?heii bung ini bukan Negara islam gitu..itu salah coba Cuma ngomong seperti itu saja eksistensinya luar biasa..ya..coba contohkan kalau sudah berkuasa dengan jalur ekaternal dia bisa merubah sistemnya.kalau teman-teman mahasiswa memiliki anggapan seperti itu.

(Penulis)

Nah..mangkanya waktu itu..eemmm ini baru obrolah mahsasiswa gitu ya pak?(responden ya..) sehingga dari obrolan itu menarik kesimpulan bahwa wahh kalau kita menginginkan Negara ini menjadi sebuah Negara islam kita harus memiliki kekuasaan, dan disitu kita jangan sampai goyang dengan yang lain gitu loh..dan mungkin selama ini dianggap bahwa kita belum ada yang mempunyai komitmen untuk menjadikan Negara ini menjadi Negara islam gitu?

(Responden)

Dalam sejarah saya rasa tidak pernah adanya perubahan system itu di mulai dari dalam system itu sendiri, itu dari empiris ya. Dari I’tiqodinya, dari keyakinannya Islam sudah memberikan gambaran secara jelas tentang perubahan system itu, Rasulallah sudah mencontohkan sejelas-jelasnya tentang perubahan itu, apakah Rasul itu pernah kemudian


(6)

menerima tawaran orang-orang quraisy menjadi barisan system mereka menjadi bagian dari system kufur mereka kemudian Rasulallah merubah dari dalam kan tidak pernah, yakan?, coba bayangkan, Rasul kita loh suri tauladan kita pernah tidak berkompromi dengan kebatilan seperti itu, tidak pernah.

Rasulallah katakanlah kemudian jadi mentri dulu, kemudian jadi penguasa, tidak, tidak pernah terjadi. Bahkan dikatakan, bahkan walau matahari di tangan kanan ku, bulan di tangan kiriku saya tidak akan melakukan hal itu, itu yang dilakukan oleh Rasul, inikan dalam bahasa thariqoh, thariqoh itu sesuatu yang fick yang tidak boleh menyimpang dalam perkara ushlub atau cara bolehlah cara itu banyak (ya..ya..penulis)tapi kalau yang namanya thariqoh itu kan baku ya, nah thariqoh Islam Rasulallah ya, dalam merebut kekuasaan, anggaplah itu sudah ada, di kitab syirahkan banyak sekali itu, bagaimana yang dicontohkan Rasulallah?, Rasul tidak pernah tadi itu, masuk ke dalam system yang tidak Islami, tidak pernah. Dan secara empirispun kita buktikan bahwa tidak akan pernah perubahan itu lewat jalur itu. Ya anggaplah pak Harto, Pak Harto saja tumbang rezimnya bukan system, rezim Pak Harto tumbang lewat kekuatan luar atau kekuatan dalam?, coba mana buktikan, sebutkan satu saja perubahan yang dimulai dari dalam, perubahan yang sifatnya sistemik, revolusioner, tidak ada.

Oleh Karena itu menjadi penting sebenarnya dikalangan temen-temen mahasiswa untuk belajar kembali tentang sejarah Rasul kita ini, jadi bagaiman Rasulallah itu melakukan perubahan, apa yang dilakukan Rasulallah?, Rasulallah dulu mengutus para sahabat-sahabatnya untuk melakukan kontak dengan ahlu kuwwah, orang-orang yang punya power atau kekuasaan gitu kan?.