dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide panduan wawancara.
6
Penulis melakukan wawancara terhadap pengurus Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor.
b. Telaah Kepustakaan
Telaah kepustakaan: untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, selain yang telah disebutkan diatas Wawancara, telaah
kepustakaan juga dimaksudkan untuk menjelaskan teori yang digunakan. Telaah kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku,
jurnal, surat kabar dan majalah yang kiranya dapat mendukung penelitian ini dari segi pustaka.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisa non statistik, yaitu mengambil keputusan atau kesimpilan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, dan
penganalisaan data hasil penelitian, kemudian menyajikannya dalam karya ilmiah.
7
F. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.
6
M. Nazir, Metode Penelitian I Jakarta: Galia Indonesia, 1995, h. 234.
7
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1999, cet ke-2. H. 27.
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan.
Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, teknik penulisan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis.
Dalam bab ini memuat ruang lingkup teori tentang pengertian dakwah, ruang lingkup dakwah, Unsur-unsur dakwah, Teori
tentang dakwah serta bentuk-bentuk dakwah. Tentang pengertian organisasi, struktur organisasi, budaya organisasi, macam-macam
organisasi, bentuk-bentuk organisasi, prinsip-prinsip organisasi, pengembangan organisasi, kader.
BAB III : Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia Kab Bogor.
Dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi di dirikannya Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor.
BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian.
Dalam bab ini memuat deskripsi tentang dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor.
BAB V : Penutup.
Pada bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan serta saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah
Secara etimologis lughatan dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru,
memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, panggilan.
8
Sebagaimana disebutkan dalam buku Amrullah Ahmad, kata dakwah berasal dari bahasa Arab
yang mempunyai arti sebagai berikut: 1. Menurut kamus Munjid, dakwah berasal dari fiil madli da’a yang mempunyai
arti menyeru atau memanggil. 2. Menurut kamus Marbawi, diambil dari kata memanggil ia, menyeru ia akan
dia 3. Menurut pendapat Prof. H. Muhammad Yunus mempunyai dua akar kata
yaitu: a. Menyeru, memanggil, mengajak, menjamu.
b. Da’a, Yad’u, Da’a’an yang berarti memanggil, mendo’a, memohon. c. Orang yang berdakwah disebut da’i, di ambil dari kata daa’a yang
jamaknya d. Da’aatan yang berdakwa, yang menyeru, yang memanggil, yang berdo’a.
Da’i orang yang berdakwah disebut juga muballig yang menyampaikan di ambil dari kata da’watan, jadi kata dakwah merupakan isim mashdar yang
8
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan Struktur ke Ilmuan Dakwah, Medan: 1996 h. 15.
10
berasal dari fi’il madhi da’a yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan.
9
Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi istilah, beberapa Ulama mengartikan dakwah sebagai beriut:
1. Menurut Syaikh M. Ash Shawwaf, “Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi berupa hidayah sang Khaliq kepada makhluk, yakni
agama dan jalanNya yang lurus, yang sengaja dipilihNya dan dijadikan sebagai satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”
10
Menurut Syaikh M. Abduh, “ringkasnya menyeru kepada kebaikan menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.”
11
2. Menurut Didin Hafidhudin: “Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami.”
12
3. Menurut M. Quraish Shihab: “Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”
13
4. Menurut Toha Yahya Omar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”
14
9
Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab. Departemen Pendidikan, 2000, h. 132.
10
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, Solo : Citra Islami Press, 1996 Cet. Ke-1, h. 13- 14.
11
Ibid, h. 27
12
Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual Jakarta, GIP, 1999 Cet. Ke-1, h, 77.
13
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat Bandung: Mizan, 1999, Cet. Ke-XIX, h. 194
14
Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Wijaya, 1971, cet. Ke-2, h. 1
Lebih lanjut lagi Prof. Dr. Toha Yahya Omar MA, membagi dakwah menjadi dua segi :
1. Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian
manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat pekerjaan tertentu.
2. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijkasana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
15
Dakwah merupakan metode yang memiliki arti yang sangat luas dimana dakwah tidak terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga
mengarah kepada pembinaan dan takwin pembentukan individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat Islam. Dakwah tidak bisa diterapkan dengan
komposisi dan kapasitas yang sama pada setiap obyeknya, yakni manusia. Bagi individu yang memang terbiasa berbuat dosa dan maksiat, cukuplah bagi mereka
dakwah dengan ta’rif pengenalan dan tabligh. Jika kelak mereka memiliki kemajuan dan telah menyadari fitrahnya maka perlu sekali diadakan pembinaan
dan takwin sebagai tindak lanjut perilaku dakwah kepada mereka.
B. Subjek Dakwah