5.1.4 Distribusi Pendapatan Petani
Gini Ratio merupakan suatu alat untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk suatu wilayah. Koefisien Gini bernilai antara 0-1. Semakin tinggi
nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai indeks gini adalah 0 maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada
distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna ketimpangan. Kategori tingkat pendapatan
berdasarkan nilai dari indeks Gini Gini Ratio dibagi kedalam tiga kriteria yang tertera pada tabel 2 halaman 17.
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa gini ratio petani sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2015 sebesar 0,17. Apabila
dibandingkan dengan kriteria tingkat ketimpangan pada halaman 17 maka ketimpangan pendapatan nelayan berada dalam kategori rendah 0,35 atau
dengan kata lain, distribusi pendapatan pada petani relatif merata. Hal ini juga dapat dilihat dari kurva Lorenz yang digambarkan oleh grafik
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Gini Ratio Petani
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumbu horizontal menyatakan persentase kumulatif penduduk dalam hal ini petani dan sumbu vertikal
menyatakan persentase kumulatif pendapatan petani. Dalam grafik terlihat garis diagonal yang disebut garis kemerataan sempurna yang ditunjukkan dengan
warna biru. Sedangkan kurva yang cekung dinamakan kurva Lorenz dan ditandai dengan warna merah. Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis
kemerataan maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Pada gambar diatas terlihat bahwa garis kurva Lorenz berada tidak jauh dekat dari garis
kemerataan. Hal ini menujukkan bahwa tingkat ketimpangan petani rendah dan distribusi pendapatan merata.
Selain penggunaan koefisien Gini Gini Ratio yang dilengkapi dengan kurva Lorenz, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan juga dapat diukur dengan
- 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
Gini Ratio Petani Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2015
Kurva Lorenz K
u m
u lat
if
P E
n d
a p
a ta
n
Kumulatif Petani Garis Kemerataan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia World Bank. Ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank Dunia World Bank ini
diperoleh dengen menghitung persentase jumlah pendapatan dari 40 kelompok penduduk berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh
penduduk. Bank Dunia World Bank mengklasifikasikan tingkat ketimpangan berdasarkan tiga kategori seperti pada tabel 3 halaman 18.
Perhitungan ketimpangan petani sampel menurut bank dunia dihitung dengan cara berikut. 40 kelompok penduduk berpendapatan rendah dari 30 sampel adalah 12
orang. Maka, total pendapatan dari 40 penduduk berpendapatan rendah adalah Rp 10.505.916. Sesuai dengan kategori tingkat ketimpangan maka perlu dihitung
12 dan 17 dari total pendapatan dari seluruh penduduk. 12 dari total pendapatan adalah Rp 4.482.035 dan 17 dari total pendapatan adalah Rp
6.349.539. Mengacu pada indikator, didapat bahwa 40 penduduk berpendapatan rendah menerima 17 dari total pendapatan. Artinya, ketimpangan petani di
Desa Pekan Tanjung Beringin menurut standar Bank Dunia dikategorikan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi pendapatan dan ketimpangan menurut
gini ratio dan world bank, maka dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan petani sampel merata dengan ketimpangan yang rendah.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani rendah dan distribusi pendapatan tidak merata dengan ketimpangan sedang. Namun hipotesis tidak
dapat diterima karena pada kondisi real dan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan petani rendah dan distribusi pendapatan nelayan merata dengan
ketimpangan rendah.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Tingkat Kemiskinan Petani