5.1.5 Tingkat Kemiskinan Petani
Berdasarkan angka Garis Kemiskinan BPS tahun 2014, yang dikategorikan miskin adalah apabila pendapatan perbulan sebesar atau kurang dari Rp 312.300 atau
setara 25 USD. Angka ini menunjukkan standar yang cukup rendah. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan petani menurut garis kemiskinan BPS dapat
dilihat dari tabel berikut
Tabel 32. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Petani Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Kriteria BPS 2014
No. Kategori
Batasan Pendapatan Jumlah Nelayan Persentase
Tingkat Rp
KK Kemiskinan
1. Miskin
≤ Rp 312.300 2.
Tidak Miskin Rp 312.300 30
100
TOTAL 30
100
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tidak ada petani yang berpendapatan ≤ Rp 312.300 per bulan. Dengan demikian maka tidak ada petani miskin di
daearah penelitian menurut garis kemiskinan BPS. Berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai, indikator pendapatan
minimum yang diterima oleh penduduk adalah Rp 1.635.000bulan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penduduk yang dikatakan miskin apabila
menerima pendapatan perbulan kurang dari Rp 1.635.000 per bulan, dan sebaliknya. Tabel dibawah ini menunjukkan penggolongan tingkat kemiskinan
berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 33. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Petani Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Upah Minimum Kabupaten 2014
No. Kategori
Batasan Pendapatan Jumlah Petani Persentase
Tingkat Rp
KK Kemiskinan
1. Miskin
≤ Rp 1.635.000 25
83,33 2.
Tidak Miskin Rp 1.635.000 5
16,67 TOTAL
30 100
Dari hasil perhitungan dapat diketahui terdapat 25 petani yang berpendapatan ≤ Rp 1.635.000 per bulan, atau dengan kata lain 83,33 petani digolongkan miskin
dan 5 petani yang berpendapatan Rp 1.635.000 per bulan, atau dengan kata lain 16,67 petani digolongkan tidak miskin.
Menurut penelitian sebelumnya oleh Ginting 2004 dalam tesis yang berjudul
Analisis Faktor Penyebab Pendapatan Petani Miskin di Kecamatan Deli Tua
menunjukkan bahwa kemiskinan petani merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah; a luas penguasaan lahan, dimana
besar kecilnya lahan yang dikuasai petani sangat menentukan untuk terlepas atau tidaknya rumah tangga petani dari kemiskinan. Semakin luas lahan yang dikuasai
semakin kecil kemungkinan petani berada dalam kemiskinan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil sempit lahan yang dikuasai akan semakin rentan
petani tersebut untuk berada dalam kemiskinan; b tingkat pendidikan; c besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga; d akses terhadap lembaga keuangan, dan;
e alternatif usaha. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian, lahan yang sempit juga merupakan
salah satu faktor penyebab petani berada dalam kemiskinan. 30 sampel petani melakukan usahatani padi di lahan sempit dengan luas lahan kurang dari 1 hektar.
Universitas Sumatera Utara
Selain karena lahan yang sempit, petani juga memiliki modal yang terbatas, petani juga kesulitan untuk memperoleh pupuk dan pestisida karena harga yang mahal.
Tidak jarang petani membeli pupuk dan pestisida secara berhutang dan dibayar kembali pada saat mendapatkan hasil setelah panen.
Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Nurmanaf 2002 yang menyatakan bahwa petani berlahan sempit dapat diidentikkan dengan petani
miskin di pedesaan. Artinya, rumah tangga petani berlahan sempit dan rumah tangga petani yang tidak mempunyai lahan merupakan bagian dari kelompok
masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Anggota masyarakat lapisan bawah ini disertai oleh berbagai keterbatasan, antara lain aksesibilitas terhadap
peluang-peluang ekonomi sebagai sumber pendapatan.
5.3 Perbandingan Pendapatan Nelayan dan Petani