Berdasarkan angka tersebut maka diketahui bahwa pendapatan nelayan di daerah penelitian masih rendah. Rata-rata pendapatan nelayan sebesar Rp1.191.106
dengan rentang Rp 456.300-Rp 2.470.950. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa pendapatan nelayan rendah dapat diterima.
5.1.4 Distribusi Pendapatan Nelayan
Gini Ratio merupakan suatu alat untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk suatu wilayah. Koefisien Gini bernilai antara 0-1. Semakin tinggi
nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai indeks gini adalah 0 maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada
distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna ketimpangan. Kategori tingkat pendapatan
berdasarkan nilai dari indeks Gini Gini Ratio dibagi kedalam tiga kriteria yang tertera pada tabel 2 halaman 17.
Berdasarkan hasil penelitian maka dihitung gini ratio untuk mengetahui distribusi pendapatan dan ketimpangan dari nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin. Diketahui bahwa gini ratio nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2015 sebesar 0,32. Apabila
dibandingkan dengan kriteria tingkat ketimpangan pada halaman 17 maka ketimpangan pendapatan nelayan berada dalam kategori rendah 0,35 atau
dengan kata lain, distribusi pendapatan pada nelayan relatif merata. Hal ini juga dapat dilihat dari kurva Lorenz yang digambarkan oleh grafik
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Gini Ratio Nelayan
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumbu horizontal menyatakan persentase kumulatif penduduk dalam hal ini nelayan dan sumbu vertikal
menyatakan persentase kumulatif pendapatan nelayan. Dalam grafik terlihat garis diagonal yaang disebut garis kemerataan sempurna yang ditunjukkan dengan
warna biru. Sedangkan kurva yang cekung dinamakan kurva Lorenz dan ditandai dengan warna merah. Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis
kemerataan maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Pada gambar diatas terlihat bahwa garis kurva Lorenz berada tidak jauh dekat dari garis
kemerataan. Hal ini menujukkan bahwa tingkat ketimpangan nelayan rendah dan distribusi pendapatan relatif merata.
- 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
Gini Ratio Nelayan Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2015
Kumulatif Penduduk Nelayan
Kurva Lorenz Garis Kemerataan
K u
mu la
ti f
P e
n d
a p
a ta
n
Universitas Sumatera Utara
Selain penggunaan koefisien Gini Gini Ratio yang dilengkapi dengan kurva Lorenz, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan juga dapat diukur dengan
menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia World Bank. Ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank Dunia World Bank ini
diperoleh dengen menghitung persentase jumlah pendapatan dari 40 kelompok penduduk berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh
penduduk. Bank Dunia World Bank mengklasifikasikan tingkat ketimpangan berdasarkan tiga kategori seperti pada tabel 3 halaman 18.
Perhitungan ketimpangan nelayan sampel menurut bank dunia dihitung dengan cara berikut. 40 kelompok penduduk berpendapatan rendah dari 30 sampel
adalah 12 orang. Maka, total pendapatan dari 40 penduduk berpendapatan rendah adalah Rp 6.142.740. Sesuai dengan kategori tingkat ketimpangan maka
perlu dihitung 12 dan 17 dari total pendapatan dari seluruh penduduk. 12 dari total pendapatan adalah Rp 4.251.954 dan 17 dari total pendapatan adalah
Rp 6.023.602. Mengacu pada indikator, didapat bahwa 40 penduduk berpendapatan rendah menerima 17 dari total pendapatan. Artinya,
ketimpangan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin menurut standar Bank Dunia dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan gini ratio untuk mengetahui distribusi pendapatan dan ketimpangan pada nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin diketahui
bahwa nilai indeks gini di daerah penelitian sebesar 0,32. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,35 yang artinya distribusi pendapatan merata dan ketimpangan rendah.
Hipotesis 1 menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani rendah dan distribusi
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tidak merata dengan ketimpangan sedang. Hipotesis tidak dapat diterima karena pada kondisi real dan hasil perhitungan diketahui bahwa
pendapatan nelayan rendah dan distribusi pendapatan nelayan merata dengan ketimpangan rendah.
5.1.5 Tingkat Kemiskinan Nelayan