36 Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH 1,1–
diphenyl–2-picrylhydrazil sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50 digunakan sebagai salah satu parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan pada sampel
uji.
3.9.2 Pembuatan larutan blanko DPPH
Sebanyak 19,7 mg DPPH dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml untuk mendapatkan larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 µgml. Dipipet
sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 µgml.
3.9.3 Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH
Larutan DPPH konsentrasi 40 μgml dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-750 nm yang merupakan panjang
gelombang sinar tampak.
3.9.4 Pembuatan larutan induk ekstrak dan fraksi
Sebanyak 25 mg ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat daun ketepeng ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dengan
metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000 µgml.
3.9.5 Penentuan waktu reaksi
Dipipet 1,25 ml larutan induk ekstrak dan fraksi ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi uji 50 µgml. Ditambahkan 5 ml larutan DPPH
Universitas Sumatera Utara
37 konsentrasi 200 µ gml. Absorbansi diamati pada panjang gelombang terpilih
setiap menit selama 80 menit.
3.9.6 Pengukuran aktivitas antioksidan sampel uji
Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; dan 2,5 ml ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 40 µgml, 60
µgml, 80 µgml, dan 100 µgml. Ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM 200 µgml ke dalam masing-masing labu tentukur lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 516 nm setelah didiamkan di tempat gelap.
3.9.7 Penentuan persen peredaman
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan DPPH akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai serapan DPPH sebelum dan sesudah
penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman. peredaman =
A
kontrol
- A
sampel
A
kontrol
x 100 Keterangan:
A
kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel A
sampel
= Absorbansi sampel
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak µgml sebagai absis sumbu X dan nilai
peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y.
3.9.8 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji µgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu meredam
proses oksidasi DPPH sebesar 50. Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas
Universitas Sumatera Utara
38 antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak µgml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y. Secara spesifik, suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 µgml, kuat untuk IC
50
bernilai 50-100 µgml, sedang jika IC
50
bernilai 100-150 µgml dan lemah jika IC
50
bernilai 151-200 µgml Mardawati, dkk., 2008.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI, Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Senna alata L. Roxb, suku Leguminosae.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun ketepeng yaitu simplisia berbau khas lemah bau langu, mula-mula tidak berasa, lama-lama agak kelat.
Daun majemuk, helaian anak daun berwarna hijau muda sampai hijau tua, bentuk jorong sampai bundar telur sungsang, panjang 3-15 cm, lebar 2,5-9 cm, ujung
daun tumpul, pangkal daun miring dan pinggir daun rata. Tangkai anak daun lebih kurang 2 cm. Tulang daun menyirip dan tulang cabang daun kadang-kadang agak
sejajar, ibu tulang daun dan tulang cabang jelas menonjol di permukaan bawah. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia yang diperoleh sesuai dengan yang
terdapat pada Materia Medika Indonesia 1989 dan dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 52.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia daun ketepeng terdapat fragmen pengenal seperti trikoma multiseluler, stomata tipe parasitik,
penebalan spiral pada bagian berkas pembuluh, dan hablur kalsium oksalat
Universitas Sumatera Utara