39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI, Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Senna alata L. Roxb, suku Leguminosae.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun ketepeng yaitu simplisia berbau khas lemah bau langu, mula-mula tidak berasa, lama-lama agak kelat.
Daun majemuk, helaian anak daun berwarna hijau muda sampai hijau tua, bentuk jorong sampai bundar telur sungsang, panjang 3-15 cm, lebar 2,5-9 cm, ujung
daun tumpul, pangkal daun miring dan pinggir daun rata. Tangkai anak daun lebih kurang 2 cm. Tulang daun menyirip dan tulang cabang daun kadang-kadang agak
sejajar, ibu tulang daun dan tulang cabang jelas menonjol di permukaan bawah. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia yang diperoleh sesuai dengan yang
terdapat pada Materia Medika Indonesia 1989 dan dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 52.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia daun ketepeng terdapat fragmen pengenal seperti trikoma multiseluler, stomata tipe parasitik,
penebalan spiral pada bagian berkas pembuluh, dan hablur kalsium oksalat
Universitas Sumatera Utara
40 berbentuk prisma. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun ketepeng
dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun ketepeng
No. Parameter
Hasil Pemeriksaan Syarat MMI
1. Kadar air
6,62 -
2. Kadar sari larut air
20,46 20
3. Kadar sari larut etanol
15,40 15
4. Kadar abu total
4,14 6
5. Kadar abu tidak larut asam
0,37 1
Kadar air simplisia daun ketepeng diperoleh lebih kecil dari 10 yaitu 6,62. Kadar air yang melebihi 10 dapat menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisia WHO, 1992.
Hasil karakterisasi simplisia daun ketepeng menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 20,46 sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol
sebesar 15,40. Hasil penetapan kadar sari menunjukkan bahwa sari yang larut dalam air lebih besar daripada dalam etanol, hal ini menunjukkan bahwa senyawa
yang terlarut dalam air lebih banyak seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna, dan asam organik
sedangkan senyawa yang larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon, steroid terikat, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu
lemak dan saponin Depkes, RI., 1989. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral
internal abu fisiologis dan mineral eksternal non fisiologis yang berasal dari dalam atau luar jaringan tanaman itu sendiri yang terdapat di dalam sampel
Ditjen POM RI, 2000. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah
Universitas Sumatera Utara
41 silikat, khususnya pasir yang terdapat pada simplisia WHO, 1992. Penetapan
kadar abu pada simplisia daun ketepeng menunjukkan kadar abu total sebesar 4,14 dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,37. Hasil pemeriksaan
karakterisasi simplisia yang meliputi kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam Materia Medika Indonesia. Hasil perhitungan karakterisasi simplisia daun ketepeng dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 57.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia