commit to user
19 lainnya yang terkait, baik sebagai input maupun sebagai dampak positif karena
mampu menyerap tenaga kerja dari sektor unggulan yang mengalami kenaikan pendapatan. Hal inilah yang dijadikan alasan, mengapa sektor unggulan dijadikan
sebagai langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah.
6. Teori Basis Ekonomi
Menurut Glasson 1990: 63 perekonomian regional dibedakan menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.
Sektor basis adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa selain untuk memenuhi kebutuhan dari dalam daerah juga melayani permintaan di
luar daerah ekspor, sedangkan sektor non basis hanya sanggup memenuhi kebutuhan daerah setempat saja.
Apabila dilihat dari sektor non basis, sektor produksi akan meningkat jika permintaan akan barang maupun jasanya meningkat. Permintaan tersebut
tergantung pada pendapatan masyarakat setempat, sedangkan pendapatan masyarakat lokal tergantung pada permintaan faktor-faktor produksi oleh sektor
produksi setempat. Berlandaskan pada tergatungnya sektor nonbasis pada pendapatan masyarakat lokal, maka perekonomian daerah tidak akan mampu
berkembang melebihi pertumbuhan pendapatan masyarakat setempat. Lain halnya dengan sektor basis, permintaan sektor produksi tidak hanya
terbatas pada permintaan lokal, tetapi juga oleh permintaan dari daerah lain ekspor. Konsep basis ekonomi mengasumsikan bahwa perekonomian daerah
dapat meningkat jika semakin banyak permintaan terhadap barang dan jasa oleh sektor basis ekspor dan sektor non basis lokal. Suatu daerah yang mampu
mengembangkan dan meningkatkan sektor basis, maka secara tidak langsung akan mendorong kegiatan sektor non basis sehingga pendapatan lokal akan meningkat
melebihi pertumbuhan pendapatan lokal yang hanya mengandalkan sektor non basis. Oleh karena itu, sektor basis dapat dijadikan sebagai penggerak utama
kegiatan ekonomi dan mempunyai nilai efek pengganda basis terhadap pendapatan suatu wilayah Glasson, 1990: 64.
commit to user
20 Ekspor akan mendatangkan pendapatan dari luar daerah, sehingga akan
menambah arus pendapatan di dalam wilayah yang bersangkutan. Akibatnya, konsumsi dan investasi di dalam daerah ikut meningkat. Pendapatan yang
meningkat membuat masyarakat lebih banyak menyimpan pendapatan mereka untuk ditabung, sehingga bisa dipinjamkan kepada dunia usaha maupun
pemerintah di dalam daerah, bahkan bisa mendatangkan investasi dari luar wilayah karena investor cenderung memilih daerah yang sudah maju karena
dianggap mempunyai prospek yang menguntungkan. Hal ini jelas akan menambah kekayaan daerah, yang kemudian oleh daerah pendapatan tersebut akan digunakan
sebagai modal dalam membangun wilayahnya. Konsumsi masyarakat akan barangjasa yang meningkat mengindikasikan bahwa permintaan akan hasil
produksi juga meningkat. Upaya pemenuhan permintaan konsumen membuat industri-industri ini mengerahkan kemampuan mereka dalam menggerakkan
faktor-faktor produksi yang ada, termasuk tenaga kerja. Tidak hanya itu, lapangan kerja semakin terbuka lebar dengan terpicunya kegiatan non basis sebagai akibat
kegiatan basis yang menciptakan peluang kerja baru. Oleh karena itu, ekspor daerah regional dianggap sebagai penentu dalam pertumbuhan ekonomi daerah.
Richardson dalam Rahardjo Adisasmita 2005: 28 berpendapat bahwa analisis basis ekonomi dapat dilakukan dengan cara mengidentifikiasi sektor
basis. Perhatian pembangunan akan lebih dipusatkan pada sektor-sektor unggulan sektor basis yaitu pada industri-industri yang berorientasi ekspor yang
menggunakan sumberdaya lokal. Kegiatan basis yang semakin meningkat dalam suatu wilayah akan menyebabkan bertambahnya pendapatan regional, yang akan
diikuti oleh bertambahnya permintaan akan barang dan jasa dalam wilayah tersebut, dan pada akhirnya akan menambah volume kegiatan non basis.
Pada dasarnya, ada dua kategori untuk membagi daerah ke dalam kegiatan basis dan non basis, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Namun, banyak
pakar ekonomi lebih memilih metode tidak langsung Glasson, 1990: 60-68, seperti:
a. Metode Arbiter, dilakukan dengan cara membagi secara langsung mana yang termasuk kategori ekspor dan non ekspor tanpa melalui penelitian secara
commit to user
21 spesifik di tingkat regional. Metode ini tidak memperhitungkan adanya
kenyataan bahwa ada kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang sebagian diekspor atau dijual secara lokal maupun kedua-duanya.
b. Metode Location Quotient LQ, merupakan suatu alat analisis untuk melihat peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah terhadap peranan sektor
tersebut ke dalam wilayah yang lebih luas. c. Metode kebutuhan minimum, merupakan modifikasi dari LQ dengan
menggunakan distribusi minimum dari employment yang diperlukan untuk menopang industri regional dan bukannya distribusi rata-rata. Metode ini
tergantung pada pemilihan presentase minimum dan tingkat disagregasi. Adanya disagragasi yang terlalu terperinci mengakibatkan hampir semua
sektor menjadi kegiatan-kegiatan basis atau ekspor. Metode yang sering digunakan dalam kalangan akademis adalah metode
Location Quotient karena dianggap mempunyai kebaikan yang mudah diterapkan, sederhana dan dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak
umum dari perubahan-perubahan jangka pendek. Keterbatasan teori ini tidak terlalu ketat dan dapat menjadi landasan yang sangat bermanfaat bagi peramalan
jangka pendek. Penggunaan metode LQ berasumsikan bahwa Lincolin Arsyad, 2009: 142:
a. Semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama pada pola permintaan tingkat nasional
b. Produktivitas tenaga kerja sama c. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor
7. Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah