Aktifitas Hambat Terhadap E. coli

laktat, selain itu aktifitas tersebut dapat juga di sebabkan hasil metabolisme lain dari bakteri asam laktat SCG 1223 seperti bakteriosin. Tabel 3. Hasil uji aktifitas supernatan asam tidak dinetralkan Aktifitas hambat AUml Kode run E.coli S. thypimurium L. monocytogenes 1 816,40 816,40 816,40 2 816,40 1271,70 392,50 3 816,40 816,40 816,40 4 1758,40 3587,29 816,40 5 392,50 816,40 392,50 6 1559,95 2492,53 1758,40 7 994,75 1559,95 1178,13 8 1859,51 1758,40 2276,50 9 816,40 1758,40 4019,20 10 1271,70 5338,00 816,40 11 1758,40 1758,40 1758,40 12 2826,00 1758,40 1758,40 13 729,11 1758,40 816,40 14 729,11 1559,95 643,07 15 904,95 2602,43 994,75 16 1758,40 2276,50 1758,40 17 1271,70 1085,81 643,07 18 1085,81 1758,40 1559,95 19 474,77 1178,13 994,75 20 1178,13 1462,61 816,40 21 1085,81 1961,87 1559,95 22 1178,13 4145,43 2826,00 23 643,07 1758,40 816,40 24 2826,00 1961,87 2170,37 Berikut aktifitas hambat terhadap Escherchia coli, Salmonella thypimurium dan Listeria monocytogenes :

1. Aktifitas Hambat Terhadap E. coli

Escherchia coli merupkan bakteri yang dapat bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit diare. Bakteri Escherchia coli memiliki daya tahan hidup yang tinggi. Pada pengujian aktivitas dengan Escherchia coli sebagai bakteri indikator, semua perlakuan pada supernatan dengan pH yang tidak dinetralkan supernatan asam menghasilkan aktifitas hambat 392,50 AUml hingga 2826,00 AUml. Perbedaan tinggi aktifitas ini terkait dengan produk metabolit yang dihasilkan yang memiliki sifat antagonis terhadap bakteri indikator. Gambar 6 menunjukkan tinggi aktifitas hambat supenatan asam pada persentase inokulum 5 terhadap Escherchia coli . 0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 kode run Akt ivi tas h a m b at AU m l Gambar 6. Grafik aktifitas hambat supernatan asam pada persentse inokulum 5 terhadap Escherchia coli Berdasarkan Gambar 6, pada persentase inokulum 5 aktifitas tertinggi diperoleh pada perlakuan pH awal media 6, suhu 40 ˚C dan waktu inkubasi 14 jam Run ke-12 dengan aktifitas hambat 2826,00 AUml. Jika dibandingkan pada pH media yang sama pH 6 dan suhu inkubasi yang sama 40ºC yaitu pada kode run 4, 8 dan 12, aktifitas hambat yang dihasilkan dari metabolit dengan waktu inkubasi 14 jam kode run-12 lebih tinggi dibandingkan dengan waktu inkubasi 10 jam dan 4 jam. Bakteri asam laktat galur SCG 1223 menghasilkan antibakteri yang memiliki aktifitas tertinggi pada fase stasioner. Aktifitas antibakteri yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat SCG 1223 dapat dipengaruhi oleh asam laktat ataupun produk metabolit sekunder. Pada beberapa bakteri asam laktat produk metabolit sekunder terutama bakteriosin diproduksi selama fase stasioner dimana pada fase ini di produksi metabolit sekunder dari pertumbuhan bakteri asam laktat Navaro et al., 2000. Gambar 6 menunjukkan pada persentase inokulum 5 aktifitas hambat dari metabolit yang dihasilkan dari pH awal media 6 lebih tinggi dibandingkan dengan metabolit yang dihasilkan dari pH awal media 4. Suhu inkubasi 40ºC menghasilkan metabolit yang memiliki aktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan metabolit yang dihasilkan dari suhu inkubasi 27ºC. Aktifitas antibakteri yang dihasilkan memiliki kaitan dengan pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel yang semakin baik akan meningkatkan jumlah sel dan akan semakin meningkatkan produksi bakteriosin Boe, 1996. Grafik pertumbuhan sel bakteri SCG 1223 dengan pengaruh berbagai faktor yang digunakan selama produksi antibakteri dapat dilihat pada Gambar 7. 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 kode run OD Gambar 7. Grafik pertumbuhan BAL galur SCG 1223 dengan pengaruh berbagai perlakuan Berdasarkan pertumbuhan sel bakteri, bakteri asam laktat SCG 1223 memiliki pertumbuhan sel yang lebih baik pada pH 6 dibandingkan pH 4. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan sel bakteri asam laktat SCG 1223 pada suhu inkubasi 40ºC lebih baik sehingga diperoleh hasil akhir jumlah bakteri yang lebih banyak dibandingkan pertumbuhan pada suhu inkubasi 27ºC. Peningkatan pertumbuhan sel bakteri yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu hingga titik optimum Caldera, 2004. Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 7, semakin baik pertumbuhan bakteri penghasil maka substansi antibakteri yang dihasilkan akan semakin tinggi aktifitasnya. Pada perlakuan supernatan yang tidak dinetralkan ini, aktifitas tertinggi dipengaruhi oleh asam laktat. Asam laktat merupakan produk metabolit primer sehingga produksinya akan semakin tinggi dengan semakin meningkatnya pertumbuhan sel. Pengujian pada supernatan supernatan asam menghasilkan aktifitas hambat yang sebagian besar dipengaruhi oleh aktifitas asam laktat. Penetralan supernatan dimaksudkan untuk meghilangkan pengaruh asam laktat yang dihasilkan sehingga pada pengujian daya hambat aktifitas hambat terhadap bakteri indikator terjadi karena senyawa antagonis lain selain asam laktat yang dalam hal ini berupa bakteriosin. BAL menghasilkan senyawa-senyawa antimikroba antara lain asam laktat, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin. Hidrogen peroksida bersifat bakterisidal pada konsenrasi 20-22 μgml, sedangkan produksinya pada media pepton hanya 8-9 μgml setelah diinkubasi selama 2 hari pada suhu 30 ˚C Deaschel, 1989. Diasetil memiliki sifat antimikroba hanya pada konsentrasi yang tinggi, sedangkan pada konsentrasi rendah tidak efektif karena dapat dihancurkan beberapa mikroorganisme Ray, 1992. BAL dapat menghasilkan diasetil kurang dari 2,8 μgml pada media produksinya Kuoila dan Rangganatan, 1987 Diasetil akan memiliki efek antibakteri apabila dipekatkan hingga konsentrasi 500-2500 μgml. Pada konsentrasi 150 μgml diasetil memiliki efek bakteriostatik Elliker, 1945. Dengan penetralan pH supernatan, perlakuan dengan persentase inokulum 5 tidak memiliki aktifitas hambat terhadap E. coli Lampiran 6. Tidak adanya aktifitas supernatan setelah dinetralkan menunjukkan dengan persentase inokulum 5 substansi antimikroba selain asam laktat sedikit atau tidak diproduksi. Grafik aktifitas hambat terhadap E.coli pada persentase inokulum 10 dapat dilihat pada Gambar 8. 0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kode run A k ti vi as h am b at A U m l Gambar 8. Grafik aktifitas hambat supernatan asam pada persentase inokulum 10 terhadap Escherchia coli Setiap perlakuan pada persentase inokulum 10 menghasilkan aktifitas hambat terhadap E.coli. Aktifitas hambat tertinggi didapatkan pada pH media 6, suhu 40ºC dan waktu inkubasi 14 jam. Hasil aktifitas tertinggi ini sama seperti pada persentase inokulum 5 dimana pada fase stasioner dihasilkan aktifitas paling tinggi dengan nilai aktifitas 2826,0 AUml. Pada fase stasioner dihasilkan produk metabolit antibakteri yang lebih aktif dibandingkan dengan produk metabolit yang dihasilkan pada fase eksponensial. Grafik aktifitas hambat terhadap E. coli pada persentase inokulum 10 dengan supernatan yang dinetralkan dapat dilihat pada Gambar 9. 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 A k ti vi ta s h a m b at A U m l Gambar 9. Grafik aktifitas hambat supernatan netral pada persentase inokulum 10 terhadap Escherchia coli Berdasarkan Gambar 9 tersebut, setiap perlakuan menghasilkan aktifitas hambat pada rentang aktifitas 311,49 AUml sampai 1085,81 AUml. Aktifitas pada supernatan netral ini disebabkan oleh pengaruh substansi antibakteri selain asam laktat, dalam hal ini berupa bakteriosin. Bakteriosin merupakan antimikroba alamiah yang merupakan produk metabolit sekunder yang biasanya mengikuti pola metabolit primer Dimov et al., 2005. Bakteri asam laktat SCG 1223 menghasilkan bakteriosin dengan aktifitas tertinggi didapatkan pada perlakuan dengan pH media 6, suhu 40 ˚C dan waktu inkubasi 14 jam dengan tinggi aktifitas 1085,81 AUml terhadap Escherchia coli. Berdasarkan hasil tersebut produksi bakteriosin yang memiliki aktifitas antibakteri tertinggi terhadap bakteri indikator E. coli terjadi selama fase stasioner. Pada fase eksponensial baik diawal fase eksponensial dan di puncak fase eksponensial terdeteksi aktifitas bakteriosin walaupun dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan fase stasioner. Pada fase stasioner bakteriosin yang merupakan protein mulai di produksi dimana pada fase ini terjadi proses metabolit primer. Pada fase stasioner bakteriosin yang dihasilkan selama fase eksponensial semakin aktif dengan adanya proses pasca translasi yang diperlukan untuk mengubah prebakteriosin menjadi bakteriosin yang aktif. Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat akan memiliki aktifitas setelah melewati proses pasca translasi yang akan mengubah pre bakteriosin yang belum aktif menjadi bakteriosin yang aktif Drider, 2006.

2. Aktifitas Hambat Terhadap Salmonella thypimurium