Berdasarkan Gambar 9 tersebut, setiap perlakuan menghasilkan aktifitas hambat pada rentang aktifitas 311,49 AUml sampai 1085,81
AUml. Aktifitas pada supernatan netral ini disebabkan oleh pengaruh substansi antibakteri selain asam laktat, dalam hal ini berupa bakteriosin.
Bakteriosin merupakan antimikroba alamiah yang merupakan produk metabolit sekunder yang biasanya mengikuti pola metabolit primer
Dimov et al., 2005. Bakteri asam laktat SCG 1223 menghasilkan bakteriosin dengan
aktifitas tertinggi didapatkan pada perlakuan dengan pH media 6, suhu 40
˚C dan waktu inkubasi 14 jam dengan tinggi aktifitas 1085,81 AUml terhadap Escherchia coli. Berdasarkan hasil tersebut produksi bakteriosin
yang memiliki aktifitas antibakteri tertinggi terhadap bakteri indikator E. coli
terjadi selama fase stasioner. Pada fase eksponensial baik diawal fase eksponensial dan di
puncak fase eksponensial terdeteksi aktifitas bakteriosin walaupun dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan fase stasioner. Pada fase stasioner
bakteriosin yang merupakan protein mulai di produksi dimana pada fase ini terjadi proses metabolit primer. Pada fase stasioner bakteriosin yang
dihasilkan selama fase eksponensial semakin aktif dengan adanya proses pasca translasi yang diperlukan untuk mengubah prebakteriosin menjadi
bakteriosin yang aktif. Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat akan memiliki aktifitas setelah melewati proses pasca translasi yang
akan mengubah pre bakteriosin yang belum aktif menjadi bakteriosin yang aktif Drider, 2006.
2. Aktifitas Hambat Terhadap Salmonella thypimurium
Salmonella thypimurium merupakan bakteri patogen yang dapat
menyebabkan penyakit. Bakteri ini merupakan bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan gejala kelainan gastrointestinal. Grafik aktifitas
hambat terhadap Salmonella thypimurium pada persentase inokulum 5 dapat dilihat pada Gambar 10.
0.00 1000.00
2000.00 3000.00
4000.00 5000.00
6000.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Kode run A
k ti
v ita
s h a
m b
at A
U m
l
Gambar 10. Grafik aktifitas hambat pada persentase inokulum 5 terhadap Salmonella thypimurium
Gambar 10 menunjukkan Setiap perlakuan pada persentase inokulum 5 yang diujikan terhadap Salmonella thypimurium sebagai
bakteri indikator menghasilkan aktifitas hambat. Hasil uji aktifitas tertinggi didapatkan adalah 5338,0 AUml yang diperoleh pada pH 6, suhu
27 ˚C dan waktu inkubasi 14 jam Run ke-10.
Hasil aktfitas tertinggi ini berbeda jika dibandingkan pada hasil pengujian dengan menggunakan Escherchia coli sebagai bakteri indikator.
Hal ini dikarenakan setiap bakteri indikator memiliki sifat spesifik yang berhubungan dengan daya tahan hidup pada berbagai faktor lingkungan
dan serangan dari senyawa yang bersifat antagonis. Selain itu produk metabolit yang dihasilkan selama pertumbuhan bakteri asam laktat
memiliki sifat antagonis yang tidak sama untuk setiap perlakuan hal ini disebabkan sintesis senyawa antibakteri yang aktif dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dimana bakteri penghasil tumbuh. Penetralan pH yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
aktifitas bakteriosin yang merupakan antibakteri selain asam laktat, setiap perlakuan dengan persentase inokulum awal 5 tidak memiliki aktifitas
hambat terhadap Salmonella thypimurium Lampiran 6. Pada persentase inokulum awal 5, substansi antibakteri aktif yang diproduksi selama
metabolisme sel bakteri BAL galur SCG 1223 adalah asam laktat. Grafik
aktifitas hambat supernatan asam persentase inokulum 10 terhadap Salmonella thypimurium
dapat dilihat pada Gambar 11.
0.00 500.00
1000.00 1500.00
2000.00 2500.00
3000.00 3500.00
4000.00 4500.00
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
Kode run Akt
ivi ta
s h a
m b
a t
A U
m l
Gambar 11. Grafik aktifitas hambat supernatan asam pada persentase inokulum 10 terhadap Salmonella thypimurium
Berdasarkan gambar 11, setiap perlakuan pada persentase inokulum 10 dengan supernatan asam pH7 menghasilkan aktifitas
hambat terhadap Salmonella thypimurium. Aktifitas hambat tertinggi pada persentase inokulum 10 dihasilkan pada pH media 6, suhu inkubasi
27ºC dan waktu inkubasi 14 jam Run ke-22 yang memiliki aktifitas hambat sebesar 4145,43 AUml.
Pada persentase inokulum awal 10 setiap perlakuan menghasilkan aktifitas hambat yang lebih tinggi dibandingkan pada
persentase inokulum awal 5. Semakin banyak jumlah sel yang digunakan akan semakin meningkatkan produksi metabolit primer maupun
metabolit sekunder Boe, 1996. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang menghasilkan asam laktat sebagai produk metabolit primer dan juga
menghasilkan substansi antibakteri lain seperti hydrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin yang bersifat antibakteri Tagg et al., 1992
Penetralan pH supernatan pada persentase inokulum 10, setiap perlakuan menghasilkan aktifitas hambat terhadap Salmonella
thypimurium. Grafik aktifitas hambat supernatan netral terhadap
Salmonella thypimurium disajikan pada Gambar 12.
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00 900.00
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
Kode run A
k ti
v itas
h a
m b
at A
U m
l
Gambar 12. Grafik aktifitas hambat supernatan netral pada persentase inokulum 10 terhadap Salmonella thypimurium
Berdasarkan Gambar 12, daya hambat terbesar diperoleh pada perlakuan pH 6, suhu 40
˚C, dan 10 jam kode Run 20. Hal ini berbeda dari yang dihasilkan pada supernatan yang tidak dinetralkan. Hal ini
menunjukan, pada pengujian supernatan yang tidak dinetralkan aktifitas tertinggi yang terjadi sebagian besar terjadi karena aktifitas asam laktat.
Asam laktat merupakan produk metabolit primer yang diproduksi dalam jumlah yang besar pada pertumbuhan bakteri asam laktat. Asam laktat
memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Aktifitas yang terjadi pada uji aktifitas dengan supernatan pH
netral disebabkan pengaruh aktifitas bakteriosin yang dihasilkan selama pertumbuhan bakteri asam laktat galur SCG 1223. Pada persentase
inokulum 10 menghasilkan bakteriosin yang aktif, sedangkan pada persentase inokulum 5 tidak menghasilkan bakteriosin yang aktif.
Berdasarkan hasil tersebut dengan semakin banyaknya sel yang diinokulasikan ke dalam media produksi, bakteriosin yang merupakan
metabolit sekunder yang di sintesis melalui jalur ribosomal lebih aktif dan lebih banyak diproduksi. Menurut Boe 1996, meningkatnya jumlah
biomassa sel dari bakteri asam laktat akan menyebabkan jumlah bakteriosin yang dihasilkan juga akan meningkat.
3. Aktifitas Hambat Terhadap Listeria monocytogenes