4. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu
wilayah bersifat lokal, maka barang itu tidak dapat bersaing dengan wilayah- wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak
mempengaruhi permintaan agregat. 5. Analisis Shift Share tidak mampu menganalisis keterkaitan ke depan dan ke
belakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan seperti yang dilakukan pada analisis Input Output.
2.5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis Shift Share
menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik tertentu. Menurut
Budiharsono 2001, pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubaan tingkat PDRB pada suatu tahun dasar dengan tahun akhir yang terbagi atas tiga
komponen pertumbuhan, yaitu :
a. Komponen Pertumbuhan Nasional PN
PN merupakan perubahan PDRB suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan PDRB nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Analisis pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada
pembahasan daerah kabupatenkota. Maka istilah komponen pertumbuhan nasional dianalogikan menjadi komponen pertumbuhan regional PR. Hal ini
dilakukan untuk menghindari salah penafsiran dalam pengertian nasional Indonesia dengan regional Propinsi atau KotaKabupaten.
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP.
PP tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri
misalnya : kebijakan perpajakan dan subsidi dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW
PPW timbul karena peningkatan penurunan PDRB dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Menurut Budiharsono 2001 cepat
lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan,
prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
2.5.4. Indeks Rasio Pertumbuhan Daerah PDRB
Indeks rasio pertumbuhan daerah didasarkan pada perbandingan antara PDRB tahun akhir analisis dengan PDRB tahun dasar analisis, sehingga akan
diperoleh nilai Ra, Ri dan ri. Nilai-nilai tersebut dipergunakan untuk mengetahui perkembangan sektor perekonomian pada daerah analisis Kota Tangerang
dengan daerah atasnya Propinsi Banten. a Indeks Rasio Ri
Rasio Ri diperoleh dengan membandingkan jumlah total PDRB Propinsi Banten pada tahun akhir analisis dan juga pada tahun dasar analisis. Rasio ini
memperlihatkan besarnya perubahan PDRB yang terjadi berdasarkan harga konstan.
b Indeks Rasio Ra Rasio Ra menunjukkan perubahan suatu sektor i dalam PDRB Propinsi
Banten berdasarkan harga konstan. Rasio Ri merupakan perbandingan antara jumlah total sumbangan sektor i terhadap PDRB pada tahun akhir analisis dan
jumlah total PDRB pada tahun dasar analisis. c Indeks Rasio ri
Rasio ri merupakan rasio nilai tambah sektor i di wilayah j atau daerah analisis Kota Tangerang pada tahun akhir analisis dengan nilai tambah sektor
yang sama di daerah tersebut pada tahun dasar analisis. Nilai ini menunjukkan besarnya perubahan setiap sektor perekonomian Kota Tangerang pada periode
waktu tertentu.
2.5.5. Analisis Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian
Analisis profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor di wilayah yang bersangkutan pada kurun
waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional PPij dan pertumbuhan pangsa wilayah
PPWij. Berdasarkan persen PPij dan PPWij yang disajikan dalam bentuk koordinat PPij, PPWij maka dapat menentukan pertumbuhan suatu sektor di
wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II PPW
Gambar 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian
Sumber : Budiharsono, 2001.
Berdasarkan gambar 2.2 diatas maka profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dijelaskan sebagai berikut:
i Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan
dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif maju.
ii Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian yang ada di
wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya
tidak baik. iii Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini
menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban.
iv Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing
wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
v Pada kuadran II dan IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45ยบ
dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah yang
progresif maju, sedangkan dibawah garis berarti wilayah yang
bersangkutan menunjukkan wilayah yang lamban.
2.6. Kerangka Pemikiran Penelitian