Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Lahat Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004)

(1)

OLEH:

SUCIE RAMADHANNY H14102050

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

SUCIE RAMADHANNY. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menggalakkan otonomi sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat merupakan Kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004, baik itu laju pertumbuhannya maupun daya saing sektor tersebut terhadap Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu akan diidentifikasi profil pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan pergeseran bersih, sehingga dapat diketahui sektor-sektor tersebut termasuk kedalam kelompok pertumbuhan progresif (maju) atau kelompok pertumbuhan lambat.

Penelitian ini menggunakan model analisis Shift Share. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengolahan data Shift Share ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah mengacu pada sembilan sektor penyusun PDRB di Kabupaten Lahat. Perubahan PDRB tertinggi ditempati oleh sektor pertanian yang tumbuh sebesar Rp. 128,73 milyar, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar Rp. 43,15 milyar, sektor bangunan sebesar Rp. 34,96 milyar, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar Rp. 31,75 milyar, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar Rp. 27,94 milyar, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar Rp. 22,63 milyar, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp. 15,17 milyar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 5,63 milyar, dan sektor yang memiliki nilai pertumbuhan terendah yaitu sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar Rp. 0,51 milyar.


(3)

persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa.

Dengan melihat nilai pergeseran bersih Kabupaten Lahat terhadap Propinsi Sumatera Selatan, maka secara agregat, nilai yang diperoleh Kabupaten Lahat mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu, sektor-sektor perekonomian Kabupaten lahat secara umum didukung oleh daya dukung (PPW > 0). Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif (PB > 0), ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Lahat termasuk Kabupaten yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif.

Sektor pertanian merupakan sektor andalan yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat dan juga memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Lahat seyogyanya dapat memperkuat sektor pertanian dengan cara meningkatkan subsektor-subsektor yang terkait dengan sektor pertanian yaitu dengan memperbaiki infrastruktur, jalur distribusi, memperkuat kelembagaan organisasi petani dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan pertanian. Pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian juga merupakan salah satu upaya yang dapat dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan bahan mentah yang dimiliki oleh Kabupaten Lahat sangat berlimpah dan dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Selain itu, pemerintah Kabupaten Lahat harus berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan formal dan informal, penyediaan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, pembinaan mental dan spiritual serta perluasan kesempatan kerja terutama pada industri yang berbasis lokal.


(4)

Oleh

SUCIE RAMADHANNY H14102050

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Sucie Ramadhanny Nomor Registrasi Pokok : H14102050

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, SE, M.Si. NIP. 132 311 725

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2007

Sucie Ramadhanny H14102050


(7)

Sucie Ramadhanny dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1984 di Tebing Tinggi, Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi Lahat kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar yaitu SDN 12 Lahat. Setamat SD, penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu SLTPN 5 Lahat dan meneruskan ke Sekolah Menengah Umum di SMUN 2 Lahat.

Pada tahun 2002, penulis memperoleh kesempatan masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) mengambil jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam IPB (LAWALATA – IPB).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi dalam Menunjang Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004). Penelitian ini mengkaji perubahan PDRB di Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah untuk melihat sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua penulis, Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar, yang selalu

mengajarkan kepada penulis untuk selalu belajar dan berusaha. Doa, kesabaran, pengorbanan, serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan dalam bertindak sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Kakak penulis, Diyah Islami serta adik-adik penulis, Aulia Nurrahman dan

Nur Athfin Hidayat yang selalu berdoa dan memberikan semangat kepada penulis untuk tidak pernah mengenal lelah dan tetap tersenyum.

3. Widyastutik, SE, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini baik bimbingan teknis maupun teoritis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Sahara, SP, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si terima kasih atas perbaikan tata cara


(9)

6. Staff Ilmu Ekonomi FEM yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyusun skripsi.

7. Nurasyiah Murtadlo sebagai pembahas dalam seminar hasil penelitian dan juga para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini, kritik dan saran yang diberikan dapat lebih memperbaiki penulisan skripsi ini.

8. Een Irawan Putra, yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Mas Ropiudin dan Yuk Diyah. Terima kasih atas semua pengorbanan dan doa yang senantiasa selalu diucapkan serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan.

10. Wishnu Tirta Setiadi, yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan mengajarkan banyak hal tentang hidup dan ilmu pengetahuan.

11. Teman-teman KIPPY Digital Print, terima kasih atas perhatian dan pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

12. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007

Sucie Ramadhanny H14102050


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Konsep Perencanaan Wilayah ... 8

2.2. Teori Pertumbuhan ... 10

2.3. Konsep Otonomi Daerah ... 11

2.4. Penelitian Terdahulu Tentang Penerapan Model Shift Share ... 14

2.5. Kerangka Pemikiran ... 17

2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Shift Share ... 30

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan ... 31 3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten ... 33

3.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 34

3.2.4. Analisis Pergeseran bersih ... 38

3.2.5. Analisis Profil Pertumbuhan Perekonomian ... 38


(11)

OLEH:

SUCIE RAMADHANNY H14102050

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

SUCIE RAMADHANNY. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menggalakkan otonomi sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat merupakan Kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004, baik itu laju pertumbuhannya maupun daya saing sektor tersebut terhadap Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu akan diidentifikasi profil pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan pergeseran bersih, sehingga dapat diketahui sektor-sektor tersebut termasuk kedalam kelompok pertumbuhan progresif (maju) atau kelompok pertumbuhan lambat.

Penelitian ini menggunakan model analisis Shift Share. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengolahan data Shift Share ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah mengacu pada sembilan sektor penyusun PDRB di Kabupaten Lahat. Perubahan PDRB tertinggi ditempati oleh sektor pertanian yang tumbuh sebesar Rp. 128,73 milyar, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar Rp. 43,15 milyar, sektor bangunan sebesar Rp. 34,96 milyar, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar Rp. 31,75 milyar, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar Rp. 27,94 milyar, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar Rp. 22,63 milyar, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp. 15,17 milyar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 5,63 milyar, dan sektor yang memiliki nilai pertumbuhan terendah yaitu sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar Rp. 0,51 milyar.


(13)

persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa.

Dengan melihat nilai pergeseran bersih Kabupaten Lahat terhadap Propinsi Sumatera Selatan, maka secara agregat, nilai yang diperoleh Kabupaten Lahat mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu, sektor-sektor perekonomian Kabupaten lahat secara umum didukung oleh daya dukung (PPW > 0). Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif (PB > 0), ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Lahat termasuk Kabupaten yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif.

Sektor pertanian merupakan sektor andalan yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat dan juga memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Lahat seyogyanya dapat memperkuat sektor pertanian dengan cara meningkatkan subsektor-subsektor yang terkait dengan sektor pertanian yaitu dengan memperbaiki infrastruktur, jalur distribusi, memperkuat kelembagaan organisasi petani dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan pertanian. Pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian juga merupakan salah satu upaya yang dapat dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan bahan mentah yang dimiliki oleh Kabupaten Lahat sangat berlimpah dan dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Selain itu, pemerintah Kabupaten Lahat harus berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan formal dan informal, penyediaan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, pembinaan mental dan spiritual serta perluasan kesempatan kerja terutama pada industri yang berbasis lokal.


(14)

Oleh

SUCIE RAMADHANNY H14102050

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Sucie Ramadhanny Nomor Registrasi Pokok : H14102050

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, SE, M.Si. NIP. 132 311 725

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2007

Sucie Ramadhanny H14102050


(17)

Sucie Ramadhanny dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1984 di Tebing Tinggi, Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi Lahat kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar yaitu SDN 12 Lahat. Setamat SD, penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu SLTPN 5 Lahat dan meneruskan ke Sekolah Menengah Umum di SMUN 2 Lahat.

Pada tahun 2002, penulis memperoleh kesempatan masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) mengambil jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam IPB (LAWALATA – IPB).


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi dalam Menunjang Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004). Penelitian ini mengkaji perubahan PDRB di Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah untuk melihat sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua penulis, Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar, yang selalu

mengajarkan kepada penulis untuk selalu belajar dan berusaha. Doa, kesabaran, pengorbanan, serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan dalam bertindak sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Kakak penulis, Diyah Islami serta adik-adik penulis, Aulia Nurrahman dan

Nur Athfin Hidayat yang selalu berdoa dan memberikan semangat kepada penulis untuk tidak pernah mengenal lelah dan tetap tersenyum.

3. Widyastutik, SE, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini baik bimbingan teknis maupun teoritis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Sahara, SP, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si terima kasih atas perbaikan tata cara


(19)

6. Staff Ilmu Ekonomi FEM yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyusun skripsi.

7. Nurasyiah Murtadlo sebagai pembahas dalam seminar hasil penelitian dan juga para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini, kritik dan saran yang diberikan dapat lebih memperbaiki penulisan skripsi ini.

8. Een Irawan Putra, yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Mas Ropiudin dan Yuk Diyah. Terima kasih atas semua pengorbanan dan doa yang senantiasa selalu diucapkan serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan.

10. Wishnu Tirta Setiadi, yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan mengajarkan banyak hal tentang hidup dan ilmu pengetahuan.

11. Teman-teman KIPPY Digital Print, terima kasih atas perhatian dan pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

12. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007

Sucie Ramadhanny H14102050


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Konsep Perencanaan Wilayah ... 8

2.2. Teori Pertumbuhan ... 10

2.3. Konsep Otonomi Daerah ... 11

2.4. Penelitian Terdahulu Tentang Penerapan Model Shift Share ... 14

2.5. Kerangka Pemikiran ... 17

2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Shift Share ... 30

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan ... 31 3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten ... 33

3.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 34

3.2.4. Analisis Pergeseran bersih ... 38

3.2.5. Analisis Profil Pertumbuhan Perekonomian ... 38


(21)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 42

4.1. Keadaan Fisik Daerah ... 42

4.2. Potensi Demografi Daerah ... 43

4.3. Potensi Perekonomian Daerah ... 44

4.3.1. Sektor Pertanian ... 44

4.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 47

4.3.3. Sektor Industri ... 47

4.3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 48

4.3.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 49

4.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 50

4.3.7. Sektor Keuangan ... 51

4.3.8. Sektor Bangunan ... 53

4.3.9. Sektor Jasa-Jasa ... 54

4.4. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Lahat ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

5.1. Analisis PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah ... 56 5.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 64

5.2.1. Pertumbuhan Regional ... 64

5.2.2. Pertumbuhan Proporsional ... 65

5.2.3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah ... 67

5.3. Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 69 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Atas dasar Harga Konstan 2000 ...

4

1.2. Persentase Kontribusi Sektor-sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah 2001-2004 ...

5

5.1 Perubahan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...

59

5.2 Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...

65

5.3 Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...

67

5.4 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

2.1. Model Analisis Shift Share ... 19 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian ... 25 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29 5.1. Profil Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat Tahun 2001-2004 ... 70


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. PDRB Kabupaten Lahat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Periode 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 78 2. PDRB Propinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Menurut Lapangan Usaha Periode 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 79 3. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten

Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 80 4. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat Terhadap

Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 81 5. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat Terhadap Total

PDRB Perekonomian Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 82 6. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi

Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 83 7. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi

Daerah Tahun 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 84 8. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Propinsi Sumatera Selatan pada Masa

Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 85 9. Hasil Perhitungan Shift Share Pada Semua Sektor-sektor Perekonomian di

Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah ... 86 10. Peta Potensi Pertanian Kabupaten Lahat ... 88


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik sumberdaya fisik dan non-fisiknya. Beragam potensi dan karakteristik sumberdaya menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah dan antar sektor di suatu wilayah serta pemerataan pembangunan. Menurut Haeruman (1996), pembangunan merupakan suatu proses ke arah perbaikan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan harmonis dengan dukungan potensi sumberdaya alam, modal dan mobilitas masyarakat. Selain itu, pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara terpadu.

Tujuan pembangunan daerah dalam kerangka kebijakan pembangunan sangat bergantung pada permasalahan dan karakteristik spesifik wilayah yang terkait. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah adalah melakukan pergeseran paradigma dari sentralistik menuju desentralistik. Merujuk pasal 18 UUD 1945, bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah pusat mendesentralisasikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahannya masing-masing sesuai dengan kebijakan umum yang sudah digariskan pemerintah pusat dalam suatu kerangka pembangunan nasional. Desentralisasi ini berarti bahwa ada suatu pendelegasian dan pengimplementasian kebijakan pembangunan nasional di daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah.


(26)

Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menjalankan otonomi daerah sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat merupakan kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.

Berdasarkan kondisi tersebut, untuk melihat seberapa besar potensi sektor-sektor ekonomi Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah serta perlunya daerah mengatur keuangan daerah untuk mendanai sektor-sektor sebagai leading sector, maka diperlukan penelitian mengenai ”Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah”.

1.2. Perumusan Masalah

Desentralisasi sebagai wujud otonomi daerah mengindikasikan bahwa daerah-daerah sudah saatnya tidak bergantung lagi pada dana anggaran pusat sehingga daerah harus mampu mengatur keuangannya sendiri. Sebagai


(27)

implikasinya sektor-sektor yang sebelumnya didanai pemerintah pusat harus mampu dikembangkan sehingga menjadi leading sector. Kondisi tersebut diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya sehingga dapat mendukung suksesnya pelaksanaan pembangunan wilayah di daerah tersebut. Dalam perspektif jangka panjang, konsep pembangunan daerah harus dapat menjadi suatu upaya untuk menumbuhkan perekonomian daerah sehingga daerah otonom dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri.

Perekonomian nasional mulai membaik dengan diberlakukannya otonomi daerah. Peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional ini merupakan sumbangan dari pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi dan kabupaten-kabupaten di Indonesia. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Sebelum diterapkannya otonomi daerah di Kabupaten Lahat, sektor pertanian merupakan sektor yang diprioritaskan untuk terus ditingkatkan demi menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Lahat. Dengan diterapkannya otonomi daerah, Kabupaten Lahat diberi kewenangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan memanfaatkan sumber dana secara leluasa untuk dialokasikan pada sektor-sektor ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu ditetapkan sektor-sektor yang harus diprioritaskan dalam membangun perekonomian Kabupaten Lahat.


(28)

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi (periode 2001-2004) mengalami laju pertumbuhan yang meningkat. Kabupaten Lahat sebagai wilayah konsentrasi otonomi mempunyai prospek yang cukup baik dalam memanfaatkan potensi sumberdaya lokal, terutama sektor-sektor ekonominya.

Tabel 1.1. Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.

Masa Otonomi Daerah

No Lapangan Usaha

2001 2002 2003 2004* 1 Pertanian 4.45 4.38 4.85 5.92 2 Pertambangan &Penggalian 2.84 0.65 6.64 6.76 3 Industri Pengolahan 3.22 4.41 4.83 5.13 4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.26 6.41 4.69 5.88 5 Bangunan 5.15 5.66 6.99 4.67 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.85 4.70 4.30 3.30 7 Pengangkutan & Komunikasi 2.74 2.07 5.08 4.90 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 4.80 5.55 5.05 4.24 9 Jasa-Jasa 3.51 2.72 2.59 4.83

TOTAL 3.74 3.85 5.01 5.33

Keterangan: *) Angka Sementara.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat, 2004.

Pada tahun 2001 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat sebesar 3,74 persen mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2002 menjadi 3,85 dan kemudian meningkat pada tahun 2003 sebesar 1,16 persen menjadi 5,01 persen, meningkat kembali di tahun berikutnya yaitu tahun 2004 sebesar 5,33 persen. Peningkatan laju pertumbuhan yang terjadi pada setiap sektor perekonomian disebabkan oleh mulai stabilnya kondisi perekonomian secara nasional maupun Kabupaten Lahat (Tabel 1.1). Apabila dilihat berdasarkan persentase kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Lahat, maka selama periode 2001-2004 kontribusi terbesar diberikan oleh sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian (Tabel 1.2).


(29)

Tabel 1.2. Persentase Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004.

Masa Otonomi Daerah

No Lapangan Usaha

2001 2002 2003 2004* 1 Pertanian 38,69 38,89 38,83 39,05 2 Pertambangan & Penggalian 14,16 13,72 13,93 14,12 3 Industri Pengolahan 8,87 8,92 8,90 8,89 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,14 0,14 0,14 0,14 5 Bangunan 9,13 9,29 9,47 9,41 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 11,86 11,96 11,88 11,65 7 Pengangkutan & Komunikasi 2,15 2,12 2,12 2,11 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 4,66 4,74 4,74 4,69 9 Jasa-Jasa 10,34 10,23 9,99 9,95

TOTAL 100.00 100,00 100,00 100,00

Keterangan: *) Angka Sementara.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat, 2004.

Berdasarkan potensi sektor-sektor ekonomi dan pembangunan wilayah di Kabupaten Lahat, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah? Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan.

2. Sektor-sektor apa saja yang termasuk dalam kelompok sektor pertumbuhan progresif (maju) atau lambat dalam perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah? Hal ini terkait dengan penentuan pertumbuhan ekonomi sektoral yang dilihat dari unsur pertumbuhan regional.

3. Bagaimana laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan? Hal ini perlu untuk menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi regional, sehingga dapat diketahui


(30)

apakah Kabupaten Lahat termasuk kelompok daerah yang pertumbuhannya progresif (maju) atau lambat dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah yaitu:

(1)mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah;

(2)menganalisis sektor-sektor yang termasuk kelompok sektor pertumbuhan progresif (maju) atau lambat dalam perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah;

(3)menganalisis laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lahat dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan pada masa otonomi daerah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan analisis mengenai perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang terjadi di Kabupaten Lahat.

2. Bagi mahasiswa, dapat menjadi proses pembelajaran dan pengkajian dengan menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta tercipta output yang dapat dijadikan sumber data, informasi, serta literatur bagi kegiatan penulisan maupun penelitian selanjutnya.


(31)

3. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Lahat, dapat menjadi rekomendasi untuk mengelola dan mengembangkan wilayahnya berdasarkan potensi yang ada, sebagai sarana evaluasi dan informasi mengenai pertumbuhan perekonomian, koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan dalam penyusunan kebijakan pembangunan wilayah terhadap pelaksanaan otonomi daerah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada Kabupaten Lahat dibandingkan dengan daerah atasnya yaitu Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Alasannya adalah pada tahun 2000 dimulai pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia dan pada tahun 2001 diberlakukan otonomi daerah di Kabupaten Lahat.

2. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data PDRB Kabupaten Lahat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat analisis Shift Share, sehingga dapat diketahui pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, baik dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya maupun wilayah di atasnya.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah adalah suatu perluasan dari perencanaan lokal, yang terutama menangani masalah-masalah lokal seperti perpindahan dan persebaran penduduk serta kesempatan kerja, interaksi yang kompleks antara kebutuhan-kebutuhan sosial dan ekonomi, penyediaan fasilitas-fasilitas rekreasi penting dan jaringan komunikasi utama yang hanya diputuskan bagi daerah-daerah yang jauh lebih besar daripada daerah-daerah wewenang dari penguasa-penguasa perencanaan lokal yang ada (Glasson, 1990).

Soegijoko (1997), menyatakan bahwa suatu masyarakat dalam suatu wilayah, tempat atau daerah, dihubungkan dengan unit daerah (wilayah ) lain oleh faktor maupun keadaan-keadaan ekonomi, fisik sosial dan budayanya. Dengan demikian, pembangunan pada suatu wilayah tertentu membutuhkan koordinasi proyek pembangunan lokalnya dengan rencana regional (daerah) dan nasional. Dari sisi pembangunan, daerah adalah penghubung antara masyarakat lokal dan nasional. Dengan kata lain, perencanaan wilayah memberikan rangka dasar dimana proyek pembangunan, baik nasional maupun lokal dapat dipertemukan secara seimbang dan dapat menempati kedudukan yang sebenarnya dalam rangkaian pembangunan yang menyeluruh.

Munculnya istilah perencanaan wilayah dimulai dengan adanya pertumbuhan kota-kota yang makin pesat, yaitu dengan adanya tekanan urbanisasi yang berupa makin padatnya daerah-daerah slums, kongesti lalulintas, adanya


(33)

pengangguran di kota-kota, dan makin banyaknya perumahan liar di daerah pinggiran kota. Semua itu dimulai dari perbatasan kota dengan penyelesaian yang membutuhkan pertimbangan regional. Perencanaan wilayah juga memberikan kemungkinan untuk dapat menggerakkan pembangunan masyarakat pada tingkat lokal tetapi dalam lingkup tujuan pembangunan nasional.

Menurut Budiharsono (2001), wilayah adalah suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Dengan demikian, wilayah dapat dibagi menjadi empat jenis.

1. Wilayah Homogen

Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek atau kriteria yang mempunyai sifat-sifat atau ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama, suku dan lain sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi di wilayah tersebut akan mempengaruhi seluruh bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama. Dengan demikian apa yang berlaku di suatu bagian wilayah akan berlaku pula pada bagian wilayah lainnya.

2. Wilayah Nodal

Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya. Ketergantungan dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi lainnya.


(34)

3. Wilayah Administratif

Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintah atau politik, seperti propinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan serta RT dan RW. Pengelolaan lingkungan pada wilayah ini memerlukan kerjasama dari satuan wilayah administrasi lain yang terkait.

4. Wilayah Perencanaan

Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Pengelolaan aliran sungai harus direncanakan dari hulu sampai hilirnya.

2.2. Teori Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah yaitu berupa kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut yang dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Tarigan, 2005).

Menurut Rostow dalam Deliarnov (2003) bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai berikut:

a) Tahap tradisional statis, yang dicirikan oleh keadaan dimana ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat rendah dan belum begitu


(35)

berpengaruh terhadap kehidupan; perekonomian masih didominasi sektor pertanian-pedesaan dan struktur sosial politik bersifat kaku.

b) Tahap transisi (pra take-off), dimana ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang; produktivitas semakin meningkat dan industri semakin berkembang; tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri; pertumbuhan tinggi; kaum pedagang bermunculan; dan struktur sosial politik semakin membaik.

c) Tahap lepas landas, yang dicirikan oleh keadaan dimana hambatan-hambatan sosial politik umumnya dapat diatasi; tingkat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju; investasi dan pertumbuhan tetap tinggi dan mulai terjadi ekspansi perdagangan luar negeri.

d) Tahap dewasa (maturing stage), dimana masyarakat semakin dewasa dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sepenuhnya; terjadi perubahan komposisi angkatan kerja, dimana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yang unskilled; serikat-serikat dagang dan gerakan-gerakan buruh semakin maju dan berperan; pendapatan perkapita tinggi. e) Tahap konsumsi massa (mass consumption), yang merupakan tahap terakhir,

dimana masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram; laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.

2.3. Konsep Otonomi Daerah

Dalam UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah penyerahan urusan


(36)

pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah bawahnya yang menjadi urusan rumah tangganya. Otonomi daerah adalah hak dan wewenang serta kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pergeseran paradigma dari sentralistik menjadi desentralistik diwujudkan dengan dikeluarkannya Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang peraturan daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pemberlakuan undang-undang tersebut diharapkan akan mengubah pandangan pemerintah daerah untuk lebih efisien dan profesional dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan. Undang-undang tersebut memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai peluang untuk secara leluasa mengatur dan melaksanakan pembangunan berdasarkan potensi dan prakarsa daerah (Hanggana, 2000).

Menurut pasal 1 (h) UU No. 22 Tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Berdasarkan pasal tersebut, kewenangan daerah tidak hanya terbatas pada urusan yang akan diatur dan dikelola berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh karena itu, ada tiga prinsip dalam pelaksanaan otonomi daerah.

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.


(37)

2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah.

3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada kepala daerah dan desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

Undang-Undang No. 22 tahun 1999 ini menjelaskan bahwa hak otonomi daerah yang diberikan kepada kabupaten atau kota ini lebih besar daripada daerah propinsi, karena secara logis dan strategis, efektivitas dan pelayanan terhadap masyarakat ada di daerah kabupaten atau kota. Hal ini berarti, jumlah atau besaran kewajiban serta wewenang dan tanggung jawab dari urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah yang menjadi isi otonomi dari rumah tangga daerah, sebaiknya diutamakan daerah kabupaten atau kota. Penyerahan urusan atau isi otonomi daerah haruslah memperhatikan kemampuan dan kesiapan dari segala unsur pada daerah kabupaten dan daerah kota tersebut.

Menurut UU No 25 tahun 1999, untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.


(38)

Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari bagian daerah dari pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengingat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi.

2.4. Penelitian Terdahulu tentang Penerapan Model Shift Share

Budiharsono (1996) menggunakan analisis Shift Share sebagai salah satu alat analisisnya mengenai Pertumbuhan Ekonomi antar Daerah di Indonesia Tahun 1969-1987. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa selama kurun waktu tersebut terdapat kecenderungan pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di kawasan barat Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di kawasan timur Indonesia. Rendahnya pertumbuhan propinsi-propinsi di KTI disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusianya. Selain itu juga disebabkan oleh rendahnya permintaan domestik terhadap barang dan jasa. Hal ini karena tingkat pendapatan perkapita masyarakat yang rendah.


(39)

Dalam penelitian yang berjudul Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Sebelum dan pada Masa Otonomi Daerah dengan menggunakan Analisis ShiftShare, Zulparina (2004) menyatakan bahwa sebelum otonomi daerah, pertumbuhan aktual Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) cenderung menurun yaitu sebesar Rp. 33.950 juta (-2,69 persen). Begitu juga dengan pertumbuhan regional yang mengalami penurunan sebesar Rp. 176.010,02 juta (-13,93 persen). Sedangkan pada masa otonomi daerah, pertumbuhan aktual Kabupaten OKU dan regional bernilai positif, yaitu sebesar Rp. 173.511 juta (13,45 persen) dan Rp. 144.133,92 juta (11,17 persen). Sehingga selisih antara kedua nilai tersebut yang merupakan pertumbuhan bersih Kabupaten OKU memberikan nilai positif baik sebelum maupun pada masa otonomi daerah yaitu sebesar Rp. 142.060,02 juta (11,24 persen) dan sebesar Rp. 29.377,07 juta (2,27 persen). Ini berarti pertumbuhan Kabupaten OKU termasuk kedalam wilayah yang pertumbuhannya cepat.

Setiawan (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis Pertumbuhan Antar Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode 1993-2002 dengan menggunakan analisis Shift Share terhadap PDRB Propinsi Sumatera Utara. Hasil analisis komponen pertumbuhan menunjukkan pada kurun waktu 1993-1997, Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan regional yang paling besar dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara sedangkan yang paling kecil adalah Kota Sibolga. Berdasarkan laju pertumbuhan, yang paling cepat adalah Kota Pematang Siantar dan yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat. Daerah yang mempunyai daya saing yang paling baik adalah kota Sibolga dan yang paling rendah adalah Kabupaten Langkat. Dilihat dari


(40)

pertumbuhan wilayah, maka yang paling maju adalah Kota Sibolga dan yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat.

Pada kurun waktu 1998-2002, komponen pertumbuhan menunjukkan pada kurun waktu 1993-1997, Kota Medan masih merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan regional yang paling besar dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara sedangkan yang paling kecil adalah Kota Sibolga. Berdasarkan laju pertumbuhan, yang paling cepat adalah Kota Medan dan yang paling lambat adalah Kabupaten Asahan. Daerah yang mempunyai daya saing yang paling baik adalah Kabupaten Asahan dan yang tidak berdaya saing baik adalah Kabupaten Langkat. Dilihat dari pertumbuhan wilayah, maka yang paling maju adalah Kabupaten Asahan dan yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat.

Hasil penelitian Rini (2006) terhadap pertumbuhan sektor-sektor perekonomian 30 propinsi di Indonesia dengan menggunakan analisis shift share menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1998-2003, terdapat 16 propinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi pertumbuhan terbesar adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta kontribusi pertumbuhan terkecil adalah sektor bangunan. Nilai PN menunjukkan bahwa Propinsi DKI Jakarta adalah propinsi yang mampu mempengaruhi kebijakan pembangunan sedangkan Propinsi Maluku Utara merupakan propinsi yang kurang mampu mempengaruhi kebijakan pertumbuhan sektoral. Nilai PP menunjukkan bahwa Propinsi Banten merupakan propinsi yang mempunyai pertumbuhan sektoral tercepat dan Propinsi Papua yang terlamban. Nilai PPW menunjukkan bahwa


(41)

Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang berdaya saing dengan baik sedangkan Propinsi Jawa Timur tidak mampu berdaya saing dengan baik.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa analisis Shift Share cukup efektif digunakan dalam menganalisis pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam kaitannya dengan daerah atasnya yaitu dengan melakukan perbandingan laju pertumbuhan. Penelitian sebelumnya dilakukan untuk membandingkan pertumbuhan ekonomi sebelum dan pada masa otonomi daerah menggunakan data PDRB atas harga konstan tahun 1993. Pada penelitian ini dilakukan penelitian pada masa otonomi daerah dan telah menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.

2.5. Kerangka Pemikiran

2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis perekonomian wilayah mempunyai tujuan untuk melihat kondisi perekonomian pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Kerangka pemikiran teoritis analisis potensi sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat mencakup model analisis Shift Share, kegunaan analisis Shift Share, kelebihan dan kelemahan analisis Shift Share, analisis komponen pertumbuhan wilayah, indeks rasio pertumbuhan wilayah (analisis PDRB) serta profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.


(42)

A. Model Analisis Shift Share

Model analisis shift share digunakan untuk melihat pertumbuhan masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih luas. Selain itu, model ini juga dapat menunjukkan perkembangan perekonomian suatu wilayah terhadap wilayah lainnya sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor dalam suatu wilayah dan perbandingan pertumbuhan antar wilayah. Dengan analisis Shift Share dapat diketahui perkembangan suatu sektor jika dibandingkan dengan sektor lainnya dalam suatu wilayah tertentu. Pendekatan analisis Shift Share menganalisis perubahan-perubahan tersebut dengan menggunakan indikator-indikator seperti produksi, penduduk dan tenaga kerja selama periode waktu tertentu menjadi komponen Shift dan Share (Glasson, 1977).

Menurut Budiharsono (2001) analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah tertentu. Analisis Shift Share memiliki kemampuan untuk menunjukkan; (1) perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, (2) perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, (3) perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah, (4) perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.


(43)

Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share Sumber: Budiharsono, 2001

Pada Gambar 2.1. analisis Shift Share menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat.


(44)

B. Kegunaan-kegunaan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993), kegunaan-kegunaan dari analisis Shift Share antara lain; (1) analisis Shift Share dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik tertentu dimana satu titik waktu dijadikan sebagai tahun akhir analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai tahun akhir analisis, (2) perubahan PDRB disuatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), (3) melalui komponen PN, dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dibandingkan dengan laju pertumbuhan nasional, (4) komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah, ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor-sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu, (5) komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya, (6) jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.

C. Kelebihan-kelebihan Analisis Shift Share

Analisis Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan dalam proses pengumpulan data. Data yang dipergunakan dalam menganalisis pertumbuhan dengan metode analisis Shift Share dapat berupa data produksi, kesempatan kerja,


(45)

Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan atas harga konstan.

Pada penelitian ini, analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan daerah atasnya yaitu Propinsi Sumatera Selatan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tambah masing-masing sektor perekonomian Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan pada masa otonomi daerah dengan menggunakan data PDRB tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000.

D. Kelemahan-kelemahan Analisis Shift Share

Kemampuan teknik analisa Shift Share tidaklah lepas dari kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dengan menggunakan analisis Shift Share ini antara lain; (1) rentang waktu yang digunakan dalam analisis ini sangat tergantung pada keberadaan data yang akan dianalisis, sehingga analisis ini bersifat statis dan kurang dapat memproyeksikan fenomena yang akan terjadi setelah tahun analisis, (2) dalam menganalisis keadaan perekonomian suatu wilayah, hanya satu indikator yang dapat dipergunakan dan tidak dapat dipergunakan berbagai indikator ekonomi secara bersamaan, misalnya berdasarkan data PDRB dengan mengkombinasikannya dengan indikator lain, seperti tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja.

Selain itu, kelemahan-kelemahan analisis Shift Share menurut Soepono (1993) adalah:

(1) Analisis Shift Share tidak lebih daripada suatu teknik pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah


(46)

menjadi komponen-komponen. Persamaan Shift Share hanyalah identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keprilakuan. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share juga merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak dianalisis. (2) Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju

pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan wilayah.

(3) Arti ekonomi dari kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) tidak dikembangkan dengan baik. Kedua komponen pertumbuhan wilayah tersebut berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan penawaran dan permintaan, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.

(4) Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu wilayah bersifat lokal, maka barang itu tidak dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.

(5) Analisis Shift Share tidak mampu menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan seperti yang dilakukan pada analisis Input Output.


(47)

E. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik tertentu. Menurut Budiharsono (2001), pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan tingkat PDRB pada suatu tahun dasar dengan tahun akhir dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan antara lain sebagai berikut:

a) Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component), merupakan perubahan PDRB suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan PDRB nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Analisis pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan daerah kabupaten. Maka istilah komponen pertumbuhan nasional dianalogikan menjadi komponen pertumbuhan regional (PR). Hal ini dilakukan untuk menghindari salah penafsiran dalam pengertian nasional (Indonesia) dengan regional (propinsi atau kabupaten).

b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional or Industrial Mix Growth Component), tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth Component), timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat atau lambatnya


(48)

pertumbuhan suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional wilayah tersebut.

F. Indeks Rasio Pertumbuhan Daerah (Analisis PDRB)

Indeks rasio pertumbuhan daerah didasarkan pada perbandingan antara PDRB tahun akhir analisis dengan PDRB tahun dasar analisis, sehingga akan diperoleh nilai Ra, Ri dan ri. Nilai-nilai tersebut dipergunakan untuk mengetahui perkembangan sektor perekonomian pada daerah analisis (Kabupaten Lahat) dengan daerah atasnya (Propinsi Sumatera Selatan).

a. Indeks rasio Ri

Rasio Ri diperoleh dengan membandingkan jumlah total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis dan juga pada tahun dasar analisis. Rasio ini memperlihatkan besarnya perubahan PDRB yang terjadi berdasarkan harga konstan. b. Indeks Rasio Ra

Rasio Ra menunjukkan perubahan suatu sektor i dalam PDRB Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan harga konstan. Rasio Ri merupakan perbandingan antara jumlah total sumbangan sektor i terhadap PDRB pada tahun akhir analisis dan jumlah total PDRB pada tahun dasar analisis.

c. Indeks Rasio ri

Rasio ri merupakan rasio nilai tambah sektor i di wilayah j atau daerah analisis (Kabupaten Lahat) pada tahun akhir analisis dengan nilai tambah sektor yang sama di daerah tersebut pada tahun dasar analisis. Nilai ini menunjukkan besarnya perubahan setiap sektor perekonomian Kabupaten Lahat pada periode waktu tertentu.


(49)

G. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian

Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan dengan cara memplotkan data-data komponen pertumbuhan proporsional (Ppij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij) ke dalam sumbu vertikal dan horizontal dimana komponen pertumbuhan nasional diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah pada sumbu vertikal sebagai ordinat.

Gambar 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian

Sumber: Budiharsono, 2001

1. Kuadran I, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing dengan wilayah lain untuk sektor-sektor yang sama, karena PP dan PPW pada kuadran ini bernilai positif, maka nilai pergeseran bersihnya juga positif (PB > 0), sehingga sektor dalam kuadran ini termasuk dalam kelompok sektor yang pertumbuhannya progresif (maju).

Kuadran IV

Kuadran

PPW

Kuadran II Kuadran I PP


(50)

2. Kuadran II, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi pertumbuhan sektor tersebut tidak didukung oleh daya dukung wilayah, karena sektor tersebut kurang mampu bersaing dengan wilayah lain. Pada kuadran ini, nilai PB sektor dapat bernilai positif (PB > 0) ataupun negatif (PB < 0), sehingga pengelompokkan sektor pada kuadran ini sangat ditentukan oleh selisih antara nilai PP dan PPW.

3. Kuadran III, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain pada sektor yang sama, sehingga nilai PB pada kuadran ini selalu bernilai negatif, yang memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut termasuk dalam kelompok yang pertumbuhannya lamban.

4. Kuadran IV, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban. Namun, sektor tersebut memiliki daya dukung wilayah dibandingkan wilayah lain untuk sektor yang sama, sehingga potensial untuk dikembangkan. Pada kuadran ini sama halnya dengan kuadran II nilai PB dapat bernilai positif atau negatif, tergantung dari selisih nilai PP dan PPW.

5. Kuadran II dan IV, terdapat garis diagonal yang memotong kedua kuadran tersebut yang merupakan garis PB = 0. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu sektor termasuk dalam kelompok sektor yang pertumbuhannya progresif sedangkan bila berada di bawah garis berarti sektor tersebut termasuk kelompok yang pertumbuhannya lamban.


(51)

2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Pembangunan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan pada semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Pembangunan ekonomi pada setiap daerah dilaksanakan dengan mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari struktur ekonomi suatu daerah. Berdasarkan struktur ekonomi tersebut dapat dilihat kecondongan perekonomian berdasarkan sektor yang menjadi penggerak dan pendorong kegiatan pembangunan. Selain itu, struktur ekonomi juga dapat digunakan untuk menganalisis keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan dengan membandingkannya dari tahun ke tahun.

Kondisi perekonomian suatu wilayah, selain dipengaruhi oleh kondisi demografi, potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, juga dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap kondisi perekonomian daerah adalah kebijakan otonomi daerah. Pada masa sebelum otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat sangat dominan dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah, sehingga daerah tidak mampu berkreasi menentukan arah pembangunannya. Adanya kebijakan otonomi daerah, menuntut daerah-daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi sektor-sektor perekonomiannya.

UU No. 22 tahun 1999 yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai Pemerintahan Daerah dengan pola otonomi luas (general competences) yang membawa suasana dan paradigma baru yang jauh berbeda dengan undang-undang


(52)

sebelumnya (UU No. 5 tahun 1974). Selanjutnya UU No. 22 tahun 1999 direvisi menjadi UU No. 33 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang tersebut berpotensi mempengaruhi kondisi perekonomian daerah seperti perubahan pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian.

Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, Kabupaten Lahat cukup memberikan pengaruh terhadap perekonomian . Sehubungan dengan hal tersebut , perlu dikaji pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah (tahun 2001-2004) dengan menggunakan analisis Shift Share berdasarkan sektor-sektor perekonomian. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah penggunaan data PDRB Kabupaten Lahat maupun Propinsi Sumatera Selatan atas dasar harga konstan tahun 2000 karena PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Sedangkan data PDRB atas harga berlaku (nominal) menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

Pada penelitian ini, analisis Shift Share terdiri dari; (1) analisis PDRB, untuk melihat bagaimana laju pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian, (2) analisis komponen pertumbuhan wilayah, untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian, (3) analisis profil pertumbuhan sektor ekonomi, untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, sehingga dapat diketahui sektor-sektor ekonomi apa saja yang termasuk ke dalam kelompok pertumbuhan progresif (maju) dan kelompok sektor yang pertumbuhannya lambat (Lihat Gambar 2.3).


(53)

Kondisi perekonomian Kab. Lahat

Otonomi Daerah

Analisis Shift Share

Pemilihan sektor-sektor prioritas dalam profil pertumbuhan Ekonomi

Petumbuhan dan daya saing sektor ekonomi

Kelompok sektor progresif atau lamban

Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat (Rekomendasi Untuk Pembangunan Sektor-Sektor Perekonomian)

Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah


(54)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lahat dan BPS Propinsi Sumatera Selatan serta BPS Pusat Jakarta. Basis data yang digunakan sebagai bahan analisis yaitu data PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha. Data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh dari Kantor Bappeda Kabupaten Lahat dan dinas-dinas terkait lainnya yang terdapat di wilayah Kabupaten Lahat serta Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB dan perpustakaan-perpustakaan di lingkungan IPB. Selain itu, peneliti juga menggunakan data-data yang tersedia di internet.

3.2. Metode Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis atau melihat gambaran mengenai pertumbuhan dan perkembangan struktur perekonomian serta perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi, pendapatan, nilai tambah dan sebagainya dengan menentukan kurun waktu yang akan di analisis pada suatu wilayah yang dihubungkan dengan wilayah atasnya di dua titik waktu tertentu sehingga dapat diketahui tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis. Analisis ini memberikan penjelasan atas faktor-faktor penyebab perubahan di suatu wilayah


(55)

berdasarkan beberapa variabel komponen yaitu pertumbuhan regional, pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Lahat maupun pada skala propinsi dapat diketahui melalui analisis Shift Share. Melalui Shift Share dapat juga digunakan untuk mengetahui perubahan laju pertumbuhan PDRB sektor i pada wilayah j. Menurut Budiharsono (2001), apabila dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/propinsi (j = 1,2,3...m) dan n sektor perekonomian (i = 1,2,3...n). Dalam penelitian ini wilayah yang dianalisis adalah Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan. Sedangkan sektor perekonomian yang dianalisis adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa. PDRB dari sektor i pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dapat dirumuskan berikut ini.

1. PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun dasar analisis

=

= m j

ij

i Y

Y 1

. (3.1)

dimana:

Yi. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun dasar analisis, Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis.


(56)

2. PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis

= = m j ij i Y Y 1 ' . ' (3.2) dimana:

Y'i. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis, Y’ij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis.

Selanjutnya akan dirumuskan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis sebagai berikut:

1. Total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis

∑∑

= = = n i m j ij Y Y 1 1 .. (3.3) dimana:

Y.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis,

Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis.

2. Total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis

∑∑

= = = n i m j ij Y Y 1 1 '

'.. (3.4)

dimana:

Y’.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis,

Y’ij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis.

Perubahan PDRB sektor i pada Kabupaten Lahat dapat dirumuskan sebagai berikut:

ij ij ij Y Y Y = −

Δ ' (3.5)

dimana:


(57)

Yij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis, Y’ij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun akhir analisis. Rumus persentase perubahan PDRB adalah sebagai berikut:

% 100 . ) ' ( % ij ij ij ij Y Y Y Y = −

Δ (3.6)

dimana:

ij Y Δ

% = Persentase perubahan PDRB sektor i pada Kabupaten Lahat,

Yij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis, Y’ij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun akhir analisis.

3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten

Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor-sektor indikator kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu. Rasio PDRB tersebut dibagi atas ri, Ra, Ri.

a. Ra

Ra menunjukkan selisih antara PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis dengan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis dibagi dengan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis. Nilai Ra ditentukan sebagai berikut:

.. .. '.. Y Y Y

Ra= − (3.7)

dimana:

Y’.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis, Y.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis .


(1)

175

Lampiran 7. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Kabupaten Lahat pada Masa

Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Juta Rupiah).

Masa Otonomi Daerah Perubahan PDRB No

LAPANGAN USAHA

2001 Persen 2004 Persen

2001-2004 Persen 1 PERTANIAN 808.347 38,69 937.075 39,05 128.728 15,92

a. Tanaman Bahan Makanan 244.592 11,71 284.581 11,86 39.989 16,35 b. Tanaman Perkebunan 402.860 19,28 468.675 19,53 65.815 16,34 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 56.688 2,71 63.859 2,66 7.171 12,65 d. Kehutanan 28.950 1,39 33.190 1,38 4.240 14,65 e. Perikanan 75.257 3,60 86.769 3,62 11.512 15,30 2 PERTAMBANGAN&PENGGALIAN 295.783 14,16 338.931 14,12 43.148 14,59

a. Migas 32.069 1,53 50.522 2,11 18.453 57,54 b. Non Migas 188.841 9,04 201.835 8,41 12.994 6,88 c. Penggalian 74.873 3,58 86.574 3,61 11.701 15,63 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 185.342 8,87 213.281 8,89 27.939 15,07 a. Industri Migas 0 0,00 0 0,00 0 0 1) Pengilangan Minyak Bumi 0 0,00 0 0,00 0 0! 2) Gas Alam Cair 0 0,00 0 0,00 0 0 b. Industri Tanpa Migas 185.342 8,87 213.281 8,89 27.939 15,07 1) Makanan, Minuman dan Tembakau 108.998 5,22 126.298 5,26 17.300 15,87 2) Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 0 0,00 0 0,00 0 0 3) Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 54.131 2,59 62.154 2,59 8.023 14,82 4) Kertas dan Barang Cetakan 260 0,01 300 0,01 40 15,38 5) Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1.031 0,05 1.149 0,05 118 11,45 6) Semen & Brg. Galian bukan logam 11.913 0,57 13.355 0,56 1.442 12,10 7) Logam Dasar Besi & Baja 0 0,00 0 0,00 0 0 8) Alat Angk. Mesin & Peralatannya 9.010 0,43 10.025 0,42 1.015 11,27 9) Barang Lainnya 0 0,00 0 0,00 0 0 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.824 0,14 3.331 0,14 507 17,95 a. Listrik 2.392 0,11 2.807 0,12 415 17,35

b. Gas 0 0,00 0 0,00 0 0

c. Air Bersih 431 0,02 524 0,02 93 21,58 5 BANGUNAN 190.803 9,13 225.762 9,41 34.959 18,32 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 247.811 11,86 279.558 11,65 31.747 12,81

a. Perdagangan Besar & Eceran 227.327 10,88 256.524 10,69 29.197 12,84 b. Hotel 971 0,05 1.059 0,04 88 9,06 c. Restoran 19.513 0,93 21.975 0,92 2.462 12,62 7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 45.023 2,15 50.657 2,11 5.634 12,51 a. Pengangkutan 32.137 1,54 35.098 1,46 2.961 9,21 1) Angkutan Rel 351 0,02 387 0,02 36 10,26 2) Angkutan Jalan Raya 31.487 1,51 34.382 1,43 2.895 9,19 3) Angkutan Laut 0 0,00 0 0,00 0 0 4) Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0 0,00 0 0,00 0 0 5) Angkutan Udara 0 0,00 0 0,00 0 0 6) Jasa Penunjang Angkutan 299 0,01 329 0,01 30 10,03 b. Komunikasi 12.885 0,62 15.559 0,65 2.674 20,75 1) Telkom, Pos Giro 12.704 0,61 15.319 0,64 2.615 20,58 2) Jasa Penunjang Komunikasi 181 0,01 240 0,01 59 32,60 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN 97.391 4,66 112.561 4,69 15.170 15,58 a. Bank 6.577 0,31 7.962 0,33 1.385 21,06 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 2.017 0,10 2.307 0,10 290 14,38 c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0,00 0 0,00 0 0 d. Sewa Bangunan 83.889 4,01 97.915 4,08 14.026 16,72 e. Jasa Perusahaan 4.908 0,23 5.377 0,22 469 9,56 9 JASA-JASA 216.093 10,34 238.720 9,95 22.627 10,47

a. Pemerintahan Umum 148.981 7,13 159.744 6,66 10.763 7,22 1) Adm. Pemerintah & Pertahanan 148.981 7,13 159.744 6,66 10.763 7,22 2) Jasa Pemerintah Lainnya 0 0,00 0 0,00 0 0 b. Swasta 67.111 3,21 78.976 3,29 11.865 17,68 1) Sosial Kemasyarakatan 31.710 1,52 38.389 1,60 6.679 21,06 2) Hiburan & Rekreasi 224 0,01 242 0,01 18 8,04 3) Perorangan & Rumah Tangga 35.177 1,68 40.344 1,68 5.167 14,69 TOTAL 2,089,417 100,00 2.399.876 100,00 310.459 14,86 Keterangan: *) Angka Sementara


(2)

176

Lampiran 8. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Propinsi Sumatera Selatan

pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen).

MASA OTONOMI DAERAH

No LAPANGAN USAHA

2001 2002 2003 2004*

1 PERTANIAN 4,25 4,53 4,75 4,94

a. Tanaman Bahan Makanan -0,13 3,73 3,59 3,62

b. Tanaman Perkebunan 7,77 5,41 5,55 6,25

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,45 4,70 4,93 3,67

d. Kehutanan 1,25 2,38 3,68 4,46

e. Perikanan 3,97 4,58 4,82 4,05

2 PERTAMBANGAN&PENGGALIAN -0,38 1,85 3,29 0,75 a. Migas -0,46 2,18 -85,42 606,86

b. Non Migas -1,40 -2,01 5,11 4,24

c. Penggalian 4,24 4,95 5,69 5,06

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1,73 3,28 4,63 6,14 a. Industri Migas -1,77 1,17 1,95 2,70

1) Pengilangan Minyak Bumi -1,77 1,17 1,95 2,70

2) Gas Alam Cair 0 0 0 0

b. Industri Tanpa Migas 3,27 4,17 5,73 7,49

1) Makanan, Minuman dan Tembakau 2,61 4,96 6,46 8,41

2) Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 6,39 5,49 4,79 5,80

3) Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 0,81 1,60 2,58 5,30

4) Kertas dan Barang Cetakan 6,75 5,48 5,55 4,47

5) Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5,41 4,16 6,21 7,40

6) Semen & Brg. Galian bukan logam 4,50 5,24 6,02 7,58

7) Logam Dasar Besi & Baja -3,14 2,91 3,35 2,74

8) Alat Angk. Mesin & Peralatannya 3,18 3,90 4,52 4,99

9) Barang Lainnya 0 0 0 0

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 9,94 4,27 4,18 5,71 a. Listrik 11,57 2,36 4,40 5,09

b. Gas 127,78 553,81 9,05 43,04

c. Air Bersih 2,15 2,35 2,60 3,68

5 BANGUNAN 5,00 5,82 6,69 7,56

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4,87 5,54 5,35 6,21 a. Perdagangan Besar & Eceran 4,88 5,43 5,19 6,07

b. Hotel 1,59 0,56 1,28 6,00

c. Restoran 5,05 7,54 7,73 8,05

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5,16 5,89 7,03 9,48 a. Pengangkutan 2,92 3,61 6,10 8,74

1) Angkutan Rel 3,32 3,48 3,64 4,08

2) Angkutan Jalan Raya 4,04 3,83 3,64 5,23

3) Angkutan Laut -2,60 -8,21 1,49 5,53

4) Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 3,35 3,64 4,06 3,89

5) Angkutan Udara 10,90 44,49 46,83 30,61

6) Jasa Penunjang Angkutan 2,45 2,97 3,55 16,36

b. Komunikasi 14,65 14,61 10,24 11,96

1) Telkom, Pos Giro 14,69 14,68 10,27 12,06

2) Jasa Penunjang Komunikasi 12,68 11,20 8,96 7,17

8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2,86 4,07 5,27 7,12 a. Bank 4,56 5,70 10,96 23,77

b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 4,09 4,94 5,90 3,92

c. Jasa Penunjang Keuangan 1,21 2,00 1,96 2,31

d. Sewa Bangunan 2,60 3,90 4,87 6,16

e. Jasa Perusahaan 3,75 4,37 5,02 4,98

9 JASA-JASA -5,06 3,82 4,65 3,19

a. Pemerintahan Umum -10,75 2,83 4,31 1,54

1) Adm. Pemerintah & Pertahanan -10,75 2,83 4,31 1,54

2) Jasa Pemerintah Lainnya 0 0 0 0

b. Swasta 4,88 5,30 5,14 5,56

1) Sosial Kemasyarakatan 4,75 5,46 6,10 5,75

2) Hiburan & Rekreasi 6,22 4,98 4,49 3,12

3) Perorangan & Rumah Tangga 4,94 5,19 4,49 5,48

TOTAL 1,77 3,67 4,57 4,34

Keterangan: *) Angka Sementara


(3)

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Shift Share Pada Semua Sektor Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah.

Perubahan PDRB Indeks Rasio Komponen Pertumbuhan Wilayah

No LAPANGAN USAHA

2001-2004 %

1)

Ra Ri Ri Pri % Ppi % PPWi % PBi % Keterangan

1 PERTANIAN 128.728 15,92 0,13 0,15 0,16 106032 13,12 14467,7 1,79 8228,45 1,02 22696,18 2,81 Cepat

a. Tanaman Bahan Makanan 39.989 16,35 0,13 0,11 0,16 32083 13,12 -4326,2 -1,77 12231,74 5,00 7905,58 3,23 Cepat

b. Tanaman Perkebunan 65.815 16,34 0,13 0,18 0,16 52844 13,12 20533,4 5,10 -7562,03 -1,88 12971,38 3,22 Cepat

c. Peternakan 7.171 12,65 0,13 0,14 0,13 7436 13,12 437,4 0,77 -702,18 -1,24 -264,83 -0,47 Cepat

d. Kehutanan 4.240 14,65 0,13 0,11 0,15 3797 13,12 -647,2 -2,24 1089,82 3,76 442,59 1,53 Cepat

e. Perikanan 11.512 15,30 0,13 0,14 0,15 9872 13,12 706,4 0,94 934,09 1,24 1640,45 2,18 Cepat

2 PERTAMBANGAN&PENGGALIAN 43.148 14,59 0,13 0,06 0,15 38798 13,12 -21097,8 -7,13 25447,63 8,60 4349,80 1,47 Cepat

a. Minyak dan Gas Bumi 18.453 57,54 0,13 0,05 0,58 4207 13,12 -2501,4 -7,80 16747,92 52,22 14246,47 44,42 Cepat

b. Pertambangan Tanpa Migas 12.994 6,88 0,13 0,07 0,07 24770 13,12 -10863,6 -5,75 -912,93 -0,48 -11776,49 -6,24 Cepat

c. Penggalian 11.701 15,63 0,13 0,17 0,16 9821 13,12 2558,8 3,42 -678,93 -0,91 1879,82 2,51 Cepat

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 27.939 15,07 0,13 0,15 0,15 24312 13,12 2944,9 1,59 682,53 0,37 3627,47 1,96 Cepat

a. Industri Migas 0 0 0,13 0,06 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

1) Pengilangan Minyak Bumi 0 0! 0,13 0,06 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

2) Gas Alam Cair 0 0 0,13 0,00 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

b. Industri Tanpa Migas 27.939 15,07 0,13 0,18 0,15 24312 13,12 9783,4 5,28 -6155,92 -3,32 3627,47 1,96 Cepat

1) Makanan, Minuman dan Tembakau 17.300 15,87 0,13 0,21 0,16 14297 13,12 8738,8 8,02 -5736,22 -5,26 3002,60 2,75 Cepat

2) Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 0 0 0,13 0,17 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

3) Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 8.023 14,82 0,13 0,10 0,15 7100 13,12 -1825,3 -3,37 2747,91 5,08 922,57 1,70 Cepat

4) Kertas dan Barang Cetakan 40 15,38 0,13 0,16 0,15 34 13,12 8,3 3,19 -2,39 -0,92 5,90 2,27 Cepat

5) Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 118 11,45 0,13 0,19 0,11 135 13,12 58,8 5,70 -76,03 -7,37 -17,24 -1,67 Cepat

6) Semen & Brg. Galian bukan logam 1.442 12,10 0,13 0,20 0,12 1563 13,12 823,9 6,92 -944,51 -7,93 -120,64 -1,01 Cepat

7) Logam Dasar Besi & Baja 0 0 0,13 0,09 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

8) Alat Angk. Mesin & Peralatannya 1.015 11,27 0,13 0,14 0,11 1182 13,12 80,9 0,90 -247,79 -2,75 -166,85 -1,85 Cepat

9) Barang Lainnya 0 0 0,13 0,00 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 507 17,95 0,13 0,15 0,18 370 13,12 48,4 1,71 88,17 3,12 136,57 4,84 Cepat

a. Listrik 415 17,35 0,13 0,12 0,17 314 13,12 -19,5 -0,81 120,70 5,05 101,24 4,23 Cepat

b. Gas 0 0 0,13 9,20 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

c. Air Bersih 93 21,58 0,13 0,09 0,22 57 13,12 -18,3 -4,24 54,76 12,71 36,47 8,46 Cepat

5 BANGUNAN 34.959 18,32 0,13 0,21 0,18 25028 13,12 15869,9 8,32 -5938,73 -3,11 9931,15 5,20 Cepat

6 PERDAGANGAN, HOTAL & RESTORAN 31.747 12,81 0,13 0,18 0,13 32506 13,12 12334,9 4,98 -13093,52 -5,28 -758,66 -0,31 Lambat

a. Perdagangan Besar & Eceran 29.197 12,84 0,13 0,18 0,13 29819 13,12 10251,2 4,51 -10872,93 -4,78 -621,75 -0,27 Lambat

b. Hotel 88 9,06 0,13 0,08 0,09 127 13,12 -50,1 -5,16 10,72 1,10 -39,37 -4,05 Lambat


(4)

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5.634 12,51 0,13 0,24 0,13 5906 13,12 4939,6 10,97 -5211,36 -11,57 -271,72 -0,60 Lambat

a. Pengangkutan 2.961 9,21 0,13 0,20 0,09 4215 13,12 2061,4 6,41 -3315,90 -10,32 -1254,45 -3,90 Lambat

1) Angkutan Rel 36 10,26 0,13 0,12 0,10 46 13,12 -5,2 -1,49 -4,80 -1,37 -10,04 -2,86 Lambat

2) Angkutan Jalan Raya 2.895 9,19 0,13 0,13 0,09 4130 13,12 37,8 0,12 -1273,02 -4,04 -1235,19 -3,92 Lambat

3) Angkutan Laut 0 0 0,13 0,02 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lambat

4) Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0 0 0,13 0,12 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lambat

5) Angkutan Udara 0 0 0,13 1,77 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lambat

6) Jasa Penunjang Angkutan 30 10,03 0,13 0,24 0,10 39 13,12 32,7 10,95 -41,97 -14,04 -9,22 -3,08 Lambat

b. Komunikasi 2.674 20,75 0,13 0,41 0,21 1690 13,12 3651,6 28,34 -2667,73 -20,70 983,86 7,64 Lambat

1) Pos & Telekomunikasi 2.615 20,58 0,13 0,42 0,21 1666 13,12 3632,4 28,59 -2683,78 -21,13 948,60 7,47 Lambat

2) Jasa Penunjang Komunikasi 59 32,60 0,13 0,30 0,33 24 13,12 30,3 16,74 4,96 2,74 35,26 19,48 Lambat

8

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN 15.170 15,58 0,13 0,17 0,16 12775 13,12 4127,8 4,24 -1732,65 -1,78 2395,11 2,46 Cepat

a. Bank 1.385 21,06 0,13 0,45 0,21 863 13,12 2107,5 32,04 -1585,17 -24,10 522,29 7,94 Cepat

b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 290 14,38 0,13 0,15 0,14 265 13,12 48,0 2,38 -22,53 -1,12 25,43 1,26 Cepat

c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0,13 0,06 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cepat

d. Sewa Bangunan 14.026 16,72 0,13 0,16 0,17 11004 13,12 2143,1 2,55 879,08 1,05 3022,18 3,60 Cepat

e. Jasa Perusahaan 469 9,56 0,13 0,15 0,10 644 13,12 95,7 1,95 -270,53 -5,51 -174,79 -3,56 Cepat

9 JASA-JASA 22.627 10,47 0,13 0,12 0,10 28345 13,12 -2157,6 -1,00 -3560,53 -1,65 -5718,17 -2,65 Lambat

a. Pemerintahan Umum 10.763 7,22 0,13 0,09 0,07 19542 13,12 -6252,8 -4,20 -2526,18 -1,70 -8779,01 -5,89 Lambat

1) Adm. Pemerintah & Pertahanan 10.763 7,22 0,13 0,09 0,07 19542 13,12 -6252,8 -4,20 -2526,18 -1,70 -8779,01 -5,89 Lambat

2) Jasa Pemerintah Lainnya 0 0 0,13 0,00 0,00 0 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lambat

b. Swasta 11.865 17,68 0,13 0,17 0,18 8803 13,12 2517,3 3,75 544,69 0,81 3061,97 4,56 Lambat

1) Sosial Kemasyarakatan 6.679 21,06 0,13 0,18 0,21 4159 13,12 1651,7 5,21 867,82 2,74 2519,56 7,95 Lambat

2) Hiburan & Rekreasi 18 8,04 0,13 0,13 0,08 29 13,12 0,0 0,00 -11,38 -5,08 -11,38 -5,08 Lambat

3) Perorangan & Rumah Tangga 5.167 14,69 0,13 0,16 0,15 4614 13,12 991,7 2,82 -438,92 -1,25 552,79 1,57 Lambat


(5)

Lampiran 10. Peta Potensi Pertanian Kabupaten Lahat.


(6)