Otonomi Daerah TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Teori Pertumbuhan W.W. Rostow

4. Wilayah Perencanaan Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sungai DAS. Pengelolaan aliran sungai harus direncanakan dari hulu sampai hilirnya.

2.3 Otonomi Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 pasal 1 h yang menyatakan bahwa “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Otonomi Daerah adalah wewenang daerah dalam mengurusi daerahnya sendiri karena daerah tersebut lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya. Kesenjangan antar daerah selama ini terjadi karena begitu banyaknya campur tangan pemerintah pusat dalam menangani daerah sehingga terkadang apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut tidak sesuai dengan apa yang menjadi program dari pemerintah pusat. Majidi, dalam Riyanto 1997 menyatakan bahwa “ Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari pelaksanaan asas desentralisasi yaitu penyerahan sebagian urusan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa desentralisasi daerah adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi antara daerah otonom provinsi dengan daerah otonom kabupaten atau daerah kota tidak memiliki hubungan hirarki. Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada masa sekarang ini titik berat pemberian otonomi daerah diberikan kepada daerah tingkat II dan bukan pada daerah tingkat I atau desa. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksana pembangunan, disamping sebagai Pembina kestabilan sosial, politik, ekonomi dan kesatuan bangsa. Pemerintah daerah tingkat II dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat, sehingga dapat mengetahui kebutuhan masyarakat di daerahnya Santoso, 1995. Diharapkan dengan adanya pemberian Otonomi Daerah persatuan dan kesatuan bangsa sendiri semakin erat. Diharapkan juga dengan adanya Otonomi Daerah pertumbuhan ekonomi daerah semakin kuat untuk menyokong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti halnya pendapat Afrianto 2000 mengatakan bahwa “ Pada tahun-tahun mendatang program desentralisasi dan pembangunan Otonomi Daerah akan mendominasi pembangunan ekonomi daerah.” Sumber penerimaan daerah untuk melaksanakan program-program daerah dan kegiatan-kegiatan pembangunan adalah melalui Pendapatan Asli Daerah PAD. Namun sayangnya, sumbangan PAD terhadap penerimaan daerah yang tercermin dalam PDRB relatif kecil. Hal ini menyebabkan pembangunan di daerah relatif lambat dan terbatas. Desentralisasi dari aspek fiskal merupakan otonomi keuangan yang meliputi pemberian kewenangan penerimaan revenue assignment dan pengeluaran expenditure assignment yang memungkinkan daerah dapat memobilisasi sumber-sumber penerimaan dan meningkatkan kapasitas keuangan. Dengan desentralisasi sebagian atau seluruh fungsi pemerintah pusat dilimpahkan kepada daerah. Pemerintah daerah membiayai pelaksanaan fungsi tersebut dengan PAD yang dihasilkan oleh setiap daerah. Dalam kenyataannya pemerintah daerah memiliki keterbatasan untuk membiayai semua tugas pembangunan daerah dengan hanya mengandalkan potensi PAD. Bantuan pemerintah pusat sangat dibutuhkan dalam menunjang pembangunan di daerah.

2.4. Penelitian Terdahulu