Pada umumnya sebenarnya terjadinya kasus pemerkosaan justru dilakukan oleh orang yang telah dikenali. Misalnya keluarga, saudara, tetangga, guru, atasan
bahkan pemuka agama yang dihormati. Dan ada juga kasus yang terjadi karena orang yang baru dikenali secara tatap muka. Pergaulan sehari-hari dan lingkungan
juga mempengaruhinya, bagaimana berinteraksi dan dengan siapa sikap kita menghabiskan waktu serta berinteraksi sosial setiap harinya. Menurut Taylor, dkk
2009: 528 80 persen korban pemerkosaan mengenal pelaku pemerkosaan, dan separuh dari kasus itu, pemerkosanya adalah saudara atau pasangan, pacar, atau
bekas pacar.
2.3 Dampak Psikologis Pemerkosaan
Dampak psikologis yang dialami oleh seorang remaja akibat pemerkosaan adalah korban pemerkosaan yang mengalami atau melihat peristiwa yang
traumatik yaitu
yang mengancam
kematian atau
luka serius
bisa mempengaruhinya lama setelah pengalamam berlalu. Ketakutan hebat,
ketidakberdayaan, atau pengalaman menakutkan selama peristiwa traumatik bisa menghantui korban, dalam hal ini adalah pemerkosaan. Pada kasus-kasus seperti
ini maka gangguan mungkin terjadi atau dialami korban akan semakin kompleks. Para peneliti menemukan bahwa di antara wanita yang lebih muda dari 45 tahun,
Dilaporkan 17 persen memiliki sejarah post traumatic stress disorder PTSD, dan 25 persen memiliki sejarah depresi
www.news-medical.net . Korban
terkadang merasa bahwa hidup mereka telah berakhir dengan adanya peristiwa pemerkosaan yang telah dialaminya. Dalam kondisi seperti ini perasaan korban
sangat labil dan merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Selain itu ada
kemungkinan bahwa mereka menyalahkan diri mereka sendiri atas terjadinya pemerkosaan yang telah mereka alami.
Dampak yang muncul dari pemerkosaan kemungkinan adalah depresi, fobia, mimpi buruk, curiga terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama.
Adapula yang merasa terbatasi di dalam berhubungan dengan orang lain, berhubungan seksual dan disertai dengan ketakutan akan muculnya kehamilan
akibat dari pemerkosaan. Bagi korban pemerkosaan yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat ada kemungkinan akan merasakan dorongan yang
kuat untuk bunuh diri Faturochman, 2002. Taylor, dkk 2009: 528 mengungkapkan akibat yang ditimbulkan atau
konsekuensi negatif pada fisik dan psikologis yang bertahan lama, sekitar sepertiga korban pemerkosaan terkena trauma fisik seperti luka, penyakit menular,
dan hamil. Lebih dari satu tahun setelah pemerkosaan, korban masih merasakan ketakutan dan kecemasan yang berkaitan dengan pemerkosaan, ketidakpuasan
seksual, depresi dan problem keluarga. Gejala-gejala stres pascatraumatis korban pemerkosaan mirip dengan gejala bekas tentara perang yang jika bisa mengontrol
diri bisa membantu mringankan tekanan. Berdasarkan laporan penelitian Faturochman, 2002 penelitian yang
dilakukan oleh majalah MS Magazine dalam Warshaw, 1994 “Mengatakan
bahwa 30 dari perempuan yang diindetifikasi mengalami pemerkosaan bermaksud untuk bunuh diri, 31 mencari psikoterapi, 22 mengambil kursus
bela diri, dan 82 mengatakan bahwa pengalaman tersebut telah mengubah mereka secara permanen, dalam arti tidak dapat dilupakan”.
Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi
dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah,
dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki
rasa percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Apabila setelah
terjadinya peristiwa perkosaan tersebut tidak ada dukungan yang diberikan kepada korban, maka korban dapat mengalami post traumatic stress disorder PTSD,
yaitu gangguan secara emosi yang berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami korban
dan telah terjadi selama lebih dari 30 hari. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya PTSD. Menurut Virginia A. S. dalam
Wicaksono 2008: 91 “Hampir sebagian besar wanita korban perkosaan mengalami gangguan stres pasca trauma.”
2.4 Kajian Pustaka