Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi
dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah,
dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki
rasa percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Apabila setelah
terjadinya peristiwa perkosaan tersebut tidak ada dukungan yang diberikan kepada korban, maka korban dapat mengalami post traumatic stress disorder PTSD,
yaitu gangguan secara emosi yang berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami korban
dan telah terjadi selama lebih dari 30 hari. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya PTSD. Menurut Virginia A. S. dalam
Wicaksono 2008: 91 “Hampir sebagian besar wanita korban perkosaan mengalami gangguan stres pasca trauma.”
2.4 Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian lain oleh Ekandari Sulistyaningsih Faturochman pada
tahun 2002 yang berjudul “Dampak Sosial Psikologis Perkosaan” menunjukan adanya dampak sosial dan psikologis akibat pemerkosaan yang
terjadi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Dewi Purnamawati tahun
2009 dengan judul “Aspek Psikodinamik pada Perkosaan” mengambarkan bahwa
perkosaan merupakan perbuatan seksual yang tidak dikehendaki dan merupakan musibah yang sangat menyakitkan bagi korban dan keluarganya. Lebih-lebih
dengan adanya tuduhan dari masyarakat yang menganggap korban ikut ambil bagian dala
m peristiwa itu menimbulkan kesan bahwa mereka bukanlah “korban” yang sebenarnya.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Yurika Fauzia Wardhani dan Weny Lestari pada tahun 2011
dengan judul “Gangguan Stres Pasca Trauma pada Korban Pelecehan Seksual da
n Perkosaan” memberikan gambaran bahwa pelecehan seksual secara fisik maupun psikologis menimbulkan suatu trauma
yang sangat mendalam dalam diri seseorang tersebut terutama pada anak-anak dan remaja. Kejadian traumatis tersebut dapat mengakibatkan gangguan secara
mental, yaitu PTSD atau Gangguan Stres Pasca Trauma. Tingkatan gangguan stress pasca trauma berbeda-beda bergantung seberapa parah kejadian tersebut
mempengaruhi kondisi psikologis dari korban. Dari beberapa penelitian di atas, peneliti mendapat gambaran mengenai
dampak psikologis pemerkosaan dan pemerkosaan pada remaja. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai bagaimana dampak psikologis pada
remaja korban pemerkosaan.
2.5 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir berdampak psikologis pada
remaja putri Ketakutan
Ketidakberdayaan Kesedihan berlarut-larut
Rasa percaya diri Mudah curiga terhadap orang
lain Mimpi buruk
Sulit tidur Menutup diri dari pergaulan
Stres jangka panjang Hingga bunuh diri
Trauma Kekerasan
Ancaman Pemaksaan
Mengalami pemerkosaan Remaja Putri
Remaja puteri dengan rentang usia 16-21 tahun, menjadi korban pemerkosaan yaitu berupa ancaman maupun kekerasan, yang berarti tanpa
persetujuan korban. Baik dengan ancaman maupun paksaan anak akan berpotensi untuk mengalami trauma yang cukup parah karena peristiwa perkosaan tersebut
merupakan suatu hal yang membuat shock bagi korban. Trauma yang dialami memungkinkan remaja mengalami ketakutan, ketidakberdayaan, kesedihan
berlarut-larut, rasa percaya diri, mudah curiga terhadap orang lain, mimpi buruk, sulit tidur. menutup diri dari pergaulan, stres jangka panjang hingga bunuh diri.
Dalam hal ini anak tersebut mengalami dampak psikologis akibat pemerkosaan.
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian. Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode
penelitian ilmiah agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang Dampak Psikologis pada Remaja Korban Pemerkosaan ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti berusaha untuk