mental, psikosis atau perubahan tingkat kesadaran seperti dalam keadaan tidur penggunaan obat-obat atau penyakit Wong 2009: 627. Pendapat ini senada
dengan definisi pemerkosaan menurut Kaplan dan Sadock 1998: 398 adalah suatu perbuatan senggama terhadap korban yang tidak menghendaki secara paksa
dan dengan kekerasan, juga senggama melalui dubur dan felasio dengan mulut dapat dilakukan dengan kekerasan dan dipaksakan sehingga dapat disebut
perkosaan juga. Wicaksana 2008: 90 menyatakan secara sederhana definisi pemerkosaan
adalah penganiayaan fisik dan emosional yang mengakibatkan kegoncangan psikis bagi korbannya. Pemerkosan meninggalkan korbannya dengan luka-luka
batin yang sulit disembuhkan dan sering kali sangat malu untuk melaporkan diri. Sekitar setengah jumlah pemerkosaan dilakukan oleh orang yang tidak
dikenal dan setengah sisanya oleh pria yang dikenal oleh korban Videback 2008: 286. Pemerkosaan dapat terjadi antara orang yang tidak saling kenal, antar teman,
orang yang sudah menikah, dan sesama jenis.
2.2.2 Korban pemerkosaan
Korban pemerkosaan dapat mencakup berbagai usia, mulai dari anak-anak, gadis remaja, perempuan yang telah menikah, perempuan yang hidup di desa,
yang hidup di kota bahkan nenek-nenek pun yang menjadi korban. Data selama ini menunjukkan pemerkosaan lebih sering dilakukan oleh seorang yang mengenal
korban. Korban pada kasus yang dilaporkan memilki rentang usia dari 15 bulan sampai 82 tahun. Insiden yang paling tinggi terjadi pada remaja putri dan wanita
berusia 16 sampai 24 tahun. Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun adalah
korban dalam 61 pemerkosaan yang dilaporkan American Medical Association, 1999
Hal ini juga disampaikan oleh Wicaksana 2008: 91 Usia para korban bisa bervariasi, mulai bayi 15 bulan sampai nenek-nenek 82 tahun. Usia paling rawan
adalah 16 sampai 24 tahun, tapi seperlima dari seluruh korban berusia antara 12 sampai 15 tahun.
Taylor, dkk 2009: 528 menambahkan fakta bahwa 44 persen korban pemerkosaan berusia di bawah 18 tahun, dan 15 persen di bawah 12 tahun.
Korban dirumuskan sebagai manusia yang mengalami penderitaan akibat perbuatan jahat orang lain. Penderitaan ini tidak hanya berdampak dalam
kehidupan korbananak saja melainkan secara tidak langsung juga membawa dampak kepada kehidupan keluarga korban, masyarakat dan negara dimana
korban berada. Berdasarkan beberapa definisi mengenai korban perkosaan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa korban perkosaan adalah seseorang yang berusia 16-24 tahun yang telah menjadi korban tindakan pemaksaan hubungan seksual dari laki-
laki kepada perempuan. Pemaksaan hubungan seksual tersebut dapat berupa ancaman secara fisik maupun secara psikologis. Hubungan seksual antara pelaku
dan korban tidak hanya berupa penetrasi vagina, akan tetapi meliputi pemaksaan hubungan secara anal dan oral.
2.2.3 Faktor-Faktor Terjadinya Perkosaan
Perkosaan merupakan kejahatan kesusilaan yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Kejahatan ini cukup kompleks penyebabnya dan tidak berdiri
sendiri. Penyebabnya dapat dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung, keberadaan korban yang secara tidak langsung mendorong pelakunya dan bisa
jadi karena ada unsur-unsur lain yang mempengaruhinya, namun kebanyakan orang berkata bahwa kasus pemerkosaan terhadap wanita terjadi karena faktor
wanita sendiri. Burt dalam Taylor, dkk 2009: 529 mengungkapkan beberapa mitos pemerkosaan yang menganggap bahwa hanya wanita nakal yang diperkosa,
wanita yang meminta diperkosa. Dan yang sering menjadi poin permsalahan adalah karena faktor cara berpakaian wanita itu sendiri dan nafsu seks pria tak
terkendali apabila dan setelah melihat wanita berpakaiana mini. Pemikiran dan
anggapan seperti sering dibesar-besarkan ketika terjadi kasus pemerkosaan . Pemikiran yang sederhana ini hanyalah anggapan semata tanpa melakukan riset
dan penelitian. Dan seakan-akan wanitalah yang menyebabkan sebuah pemerkosaan terjadi. Sudah menjadi korban pemerkosaan dan di salahkan juga
sebagai penyebabnya. Menurut Wieman dalam Wong, dkk 2009: 627 faktor kerentanan
terjadinya pemerkosaan oleh teman kencan dengan usia kencan yang relatif muda, aktivitas seksual yang dilakuka lebih dini, usia menarke lebih awal, riwayat
pelecehan seksual atau menjadi korban, dan penerimaan kekerasan terhadap wanita. Terdapat tiga hubungan antara pelaku dan korban yang teridentifikasi
untuk pemerkosaan pada remaja menurut Wong , dkk 2009: 627 yaitu orang asing individu tidak mengenal korban, bukan orang asing individu dikenal oleh
korban: kadang-kadang dikategorikan dalam date rape atau acquaintance rape. atau inses.
Pada umumnya sebenarnya terjadinya kasus pemerkosaan justru dilakukan oleh orang yang telah dikenali. Misalnya keluarga, saudara, tetangga, guru, atasan
bahkan pemuka agama yang dihormati. Dan ada juga kasus yang terjadi karena orang yang baru dikenali secara tatap muka. Pergaulan sehari-hari dan lingkungan
juga mempengaruhinya, bagaimana berinteraksi dan dengan siapa sikap kita menghabiskan waktu serta berinteraksi sosial setiap harinya. Menurut Taylor, dkk
2009: 528 80 persen korban pemerkosaan mengenal pelaku pemerkosaan, dan separuh dari kasus itu, pemerkosanya adalah saudara atau pasangan, pacar, atau
bekas pacar.
2.3 Dampak Psikologis Pemerkosaan