17 Mengenai wujud kebudayaan, Koentjaraningrat berpendapat bahwa
kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud: a.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan- gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola
dari manusia dalam masyarakat. c.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
4. Sistem Religi sebagai Wujud Kebudayaan
Upacara obong pada masyarakat Kalang merupakan suatu upacara keagamaan yang sudah dilakukan secara turun menurun, upacara tersebut
berkaitan dengan upacara kematian yang tujuannya adalah untuk menyempurnakan arwah dari orang yang meninggal pada masyarakat Kalang.
Frazer dalam Koentjaraningrat 1982:27 menyatakan bahwa masyarakat pada mulanya dalam memecahkan masalah yang ada di luar batas
kemampuan dan pengetahuan akalnya dengan menggunakan ilmu gaib. Hal ini terjadi sebelum manusia mengenal religi. Lambat laun terbukti bahwa
banyak dari perbuatan magis itu tidak ada hasilnya, maka mulailah masyarakat percaya bahwa alam yang didiami oleh mahluk-mahluk halus
yang lebih berkuasa dari padanya, lalu masyarakat mencari hubungan dengan mahluk halus itu yang akhirnya timbul religi.
Religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri kepada kemauan dan
18 kekuasaan mahluk-mahluk halus seperti roh-roh, dewa-dewa yang
menempati alam Koentjaraningrat, 1982:28. Upacara keagamaan atau sistem ritus merupakan salah satu unsur
penting dalam sistem religi, selain emosi keagamaan dan dua unsur lainnya yaitu sistem kayakinan dan suatu umat yang menganut religi itu.
Sistem religi atau sistem kepercayaan sendiri merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal. Istilah
cultural universal menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya dapat dijumpai pada setiap kebudayaan dimanapun di dunia
ini. Menurut C. Kluckhon dalam Koentjaraningrat 1990:202 terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu:
a. Bahasa.
b. Sistem pengetahuan.
c. Sistem organisasi.
d. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
e. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.
f. Religi sistem kepercayaan.
g. Kesenian.
Upacara keagamaan atau sistem ritus merupakan salah satu unsur penting dalam sistem religi, selain emosi keagamaan dan dua unsur lainnya
yaitu sistem keyakinan dan suatu umat yang menganut religi itu. Menurut Haviland 1985:197 bahwa agama atau religi dapat di
pandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang oleh manusia digunakan untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat
dikendalikannya. Karena dalam semua kebudayaan yang dikenal tidak ada
19 sesuatu yang sungguh-sungguh dengan pasti dan dapat mengendalikan alam
semesta, maka agama merupakan bagian dari semua kebudayaan yang diketahui. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi agama, bahwa agama terdiri atas
bermacam-macam ritual, do
20 berbagai macam tindakan dalam menghadapi tantangan alam sekitar atau
lingkungan tempat manusisa itu tinggal dan hidup demi keperluan hidupnya. Berbagai macam tindakan tersebut diperoleh dengan belajar sesuai kondisi
lingkungan. J.J Honigman dalam Koentjaraningrat 1989:187 membedakan tiga
wujud kebudayaan, yaitu 1ideas, 2aktivities, 3artifacts. Wujud pertama adalah ideas yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya
ada dalam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan bersangkutan itu hidup wujudnya yaitu sistem keyakinan atau kepercayaan dan gagasan
tentang Tuhan, Dewa-dewa, roh-roh halus, Neraka, Surga dan lain sebagainya, begitu pula dengan masyarakat Kalang mereka yakin bahwa di
dunia akhirat ada Neraka dan Surga. Wujud kedua activities, wujudnya berupa upacara-upacara baik yang
bersifat musiman maupun kadangkala. Namun dalam masyarakat Kalang pada saat ada orang yang meninggal maka satu tahun atau sependhak
meninggalnya akan dilaksanakan upacara obong. Wujud artifact, yaitu berupa benda-benda suci dan benda-benda
religius yang digunakan dalam upacara. Misalnya saja penganten atau boneka yang hendak dibakar, benda tersebut merupakan benda yang suci karena tidak
boleh dihina dan dicaci. Walaupun itu hanya berupa kayu, selain penganten masih terdapat bermacam sesaji yang digunakan sebagai syarat untuk
pelaksanaan upacara obong tersebut.
21 Ketiga sistem tersebut dalam kehidupan nyata tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia, dan sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu
lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiah sehingga mempengaruhi pola-pola pembuatnya, bahkan
juga cara berfikirnya Koentjaraningrat, 1989:187-189. Dari ketiga unsur tersebut dapat dikaitkan dalam upacara obong pada masyarakat Kalang.
5. Ritual dalam Religi