27 ada organisasi-organisasi untuk kesenian atau untuk rekreasi yang juga
disebut seka. Disamping itu sering terdapat juga berbagai organisasi yang sifatnya baru, seperti misalnya ranting-ranting partai politik, organisasi
pramuka, koperasi desa, perkumpulan sepak bola dan sebagainya. Di kota- kota di Bali kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi seperti tersebut
diatas juga ada, malahan jumlahnya seringkali lebih besar, terutama dari jenis-jenis yang sifatnya baru, yaitu misalnya organisasi buruh,
peerkumpulan sekolah, organisasi wanita, organisasi pegawai dari berbagai jawatan dan sebagainya Koentjaraningrat, 2000:142.
Aneka warna kesatuan hidup manusia dalam batas suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud yang lain. Aneka warna wujud ini tidak
disebabkan karena ada suku-suku bangsa yang berbeda-beda, melainkan karena secara horisontal ada lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda. Warga
dari suatu negara dapat kita golong-golongkan misalnya ke dalam golongan petani, golongan buruh, golongan pedagang, golongan pegawai, golongan
bangsawan, dan lain-lain, yang masing-masing mempunyai pola-pola tingkah-laku, adat-istiadat, dan gaya hidup yang berbeda-beda. Golongan-
golongan seperti itu tadi seolah-olah merupakan lapisan-lapisan sosisal, karena ada peilaian tinggi rendah mengenai tiap golongan tadi oleh warga
dari negara yang bersangkutan Koentjaraningrat, 2000:142-143.
2. Definisi Masyarakat
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi 2000:144 masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
28
29 administrasi, serta para karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah-lakunya
oleh berbagai norma.
3. Unsur-unsur Masyarakat
Unsur-unsur masyarakat menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut.
a. Beranggotakan minimal dua orang.
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia
menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda- bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah yang paling
lazim, yaitu masyarakat, ada istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatuan- kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori
sosial, golongan sosial,
komunitas, kelompok,
dan perkumpulan Koentjaraningrat, 2000:143.
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri obyektif yang dapat dikenakan
kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri obyektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang
bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu. Misalnya, dalam
30 masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori
warga di atas umur 18 tahun, dan kategori warga di bawah 18 tahun, dengan maksud untuk membedakan antara warganegara yang mempunyai hak pilih
dan warganegara yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilihan umum. Dengan demikian tidak hanya pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu ibu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam penggolongan seperti itu terhadap warga masyarakat Koentjaraningrat,
2000:149. Golongan sosial merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai
oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian, suatu
kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal itu disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh
sebagai respons atau reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongan sosial tadi, atau juga karena golongan itu memang terkait oleh suatu sistem
nilai, sistem norma, dan adat istiadat tertentu. Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat
disebut golongan sosial, yaitu lapisan, atau klas sosial. Dalam masyarakat kuno misalnya ada lapisan-lapisan seperti lapisan bangsawan, lapisan orang
biasa, lapisan budak dan sebagainya; dalam masyarakat masa kini ada lapisan petani, lapisan buruh, lapisan pegawai, lapisan pegawai tinggi, lapisan
cendekiawan, lapisan usahawan dan sebagainya. Lapisan atau golongan sosial semacam itu terjadi karena manusia-manusia yang diklaskan
31 kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas, dan karena berdasarkan
hal itu mereka dipandang oleh orang lain sebagai manusia yang menduduki suatu lapisan tertentu dalam masyarakat. Lapisan itu dapat dianggap lebih
tinggi atau lebih rendah, tergantung dari sudut orang yang memandang tadi. Karena warganya mempunyai gaya hidup khas yang sama, maka suatu
lapisan atau klas sosial tentu dapat juga dianggap mempunyai suatu sistem norma yang sama, dan karena itu juga suatu rasa identitas golongan.
Walaupun konsep golongan sosial dapat dibedakan dari konsep kategori sosial karena ada tiga syarat pengikat lagi, yaitu sistem norma, rasa
identitas sosial, dan sudah tentu kontinuitas, namun konsep golongan sosial itu sama dengan konsep kategori sosial, dan tidak memenuhi syarat untuk
disebut masyarakat. Hal itu disebabkan karena ada suatu syarat pengikat masyarakat yang tidak ada pada kedua-duanya, yaitu prasarana khusus untuk
melakukan interaksi sosial Koentjaraningrat, 2000:150. Kelompok dan perkumpulan. Suatu kelompok atau group juga
merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syarat, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat-istiadat serta sistem
norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi.
Disamping ketiga ciri di atas, suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem
pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-individu pada
32 masa-masa yang secara berulang-ulang berkumpul dan yang kemudian bubar
lagi Koentjaraningrat, 2000:154. Aneka warna kelompok dan perkumpulan. Perkumpulan dapat
dikelaskan berdasarkan prinsip guna serta keperluannya atau fungsinya, dan dengan demikian ada perkumpulan-perkumpulan yang gunanya untuk
keperluan mencari nafkah, untuk melaksanakan suatu mata pencaharian hidup atau memproduksi barang; pokoknya untuk keperluan ekonomi.
Perkumpulan-perkumpulan semacam itu adalah misalnya perkumpulan dagang, suatu koperasi, suatu perseroan, suatu perusahaan dan sebagainya
Koentjaraningrat, 2000:158.
4. Masyarakat Kalang