13 suatu periode waktu tertentu membentuk peradaban dan kebudayaannya
sendiri: membentuk keseniannya sendiri, baik dalam bentuk sastra, seni lukis, maupun musik, serta membentuk pelbagai kebiasaan di dalam kehidupan
sehari-hari: sebagian daripadanya berupa terbentuknya sistem pendidikan informal dengan mana setiap anggotanya tersosialisir sebagai anggota dari
masyarakat tersebut. Kebutuhan-kebutuhan keagamaan, politik, dan keindahan, pendek kata semua kebutuhan kultural, memiliki aspek ekonomi
oleh karena semuanya pada akhirnya menyatakan diri secara terorganisir hanya sebagai kebutuhan-kebutuhan ekonomi, yakni sebagai permintaan atau
demand masyarakat sebagai keseluruhan. Akan tetapi, di dalam suatu masyarakat tersebut tidaklah terorganisir, melainkan bersifat seksional
sectional, dan tidak permintaan sosial yang dihayati bersama oleh semua elemen masyarakat. Golongan Eropa, Tionghoa, dan golongan pribumi,
masing-masing memiliki pola permintaannya sendiri-sendiri Nasikun, 2001:30-31.
2. Teori-teori Perubahan Sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan
sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia. Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur
14 geografis, biologis, ekonomis atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non- periodik. Pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa
perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial
primer yang menyebabkan terjadinya perubahan, misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada
aspek-aspek kehidupan
sosial lainnya
menekankan pada kondisi teknologis. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan
menelurkan perubahan-perubahan sosial.
3. Pengertian Sosial Budaya
Pengertian sosial budaya mengandung makna sosial dan budaya. Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang
bertalian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi,
nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Arti budaya, kultur atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam
hubungannya secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang di dalamnya sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa dan karya
baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil dan spiritual. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
15 Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak Jacobus, 2006:9.
Konsep budaya yang paling awal berasal dari E.B. Tylor J.Murry, 1871 yang mengemukakan sebagai berikut. Kebudayaan ialah suatu
keseluruhan kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum adat istiadat dan kemampuan lainnya, serta
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakatnya. Kebudayaan atau budaya ialah 1 cara menyeluruh dari kehidupan
suatu masyarakat, 2 legalitas sosial yang diperlukan individu dari kelompoknya, 3 suatu cara berfikir, merasakan dan mempercayai sesuatu,
4 abstraksi dari tingkah laku, 5 suatu teori tentang cara bagaimana suatu kelompok manusia dalam kenyataannya bertingkah laku, 6 suatu simpanan
dari tingkah laku yang dipelajarinya, 7 suatu perangkat orientasi yang distandardisasi guna pengulangan masalah, 8 tingkah laku yang dipelajari,
9 suatu mekanisme bagi pengaturan normatif dari tingkah laku, 10 sejumlah satuan atau perangkat teknis untuk menyesuaikan dengan
lingkungan luar dan orang lain, 11 serta suatu percepatan sejarah atau pengulangan sebagai suatu matriks, peta, menapis ataupun membandingkan
Kluckhohn, 1950. Kroeber dalam Anthropology, 1948 menganggap budaya itu
memiliki sifat-sifat yang
16 bentuknya tak ditentukan oleh individu tertentu, misalnya bahasa akan mati
apabila semua bangsa memakai bahasa itu semuanya musnah karena bahasa itu akan diturunkan dari generasi ke generasi lainnya sebagai
17 Mengenai wujud kebudayaan, Koentjaraningrat berpendapat bahwa
kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud: a.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan- gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola
dari manusia dalam masyarakat. c.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
4. Sistem Religi sebagai Wujud Kebudayaan