21 Ketiga sistem tersebut dalam kehidupan nyata tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia, dan sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu
lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiah sehingga mempengaruhi pola-pola pembuatnya, bahkan
juga cara berfikirnya Koentjaraningrat, 1989:187-189. Dari ketiga unsur tersebut dapat dikaitkan dalam upacara obong pada masyarakat Kalang.
5. Ritual dalam Religi
Menurut Roger M. Keesing dalam bukunya Antropologi Budaya 1981:292 ritual adalah pola perilaku penuh hiasan dan diulang-ulang pada umat manusia
kebanyakan perilaku kolektif yang dipolakan oleh budaya. Sering halnya diartikan sebagai upacara keagamaan, yaitu perilaku penuh
hiasan yang dipandang sebagai keramat. Sama halnya dengan upacara obong pada masyarakat Kalang, upacara tersebut dilakukan secara berulang-ulang setiap ada
anggota masyarakat Kalang meninggal lebih tepatnya dilakukan pada satu tahun atau sependhak meninggal dunianya dan itu dapat dikatakan sebagai ritual.
Sistem religi dalam suatu masyarakat dapat terlihat dalam upacara yang dilaksanakan. Kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan
tertentu tersebut disebut upacara keagamaan atau religious ceremonies atau rites. Sistem upacara atau ritual adalah agama dalam praktik, dan doa serta persembahan
sesajian yang merupakan bentuk-bentuk ritual yang umum dan mempunyai tujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, Dewa-dewa atau mahluk halus yang
mendiami alam gaib Haviland, 1985:192.
22 Suatu religi menurut Koentjaraningrat 1990:80 terbagi kedalam
lima komponen antara lain: a.
Emosi keagamaan, menyebabkan manusia mempunyai sikap serba religi, merupakan suatu getaran yang menggerakkan orang manusia. Komponen
emosi keagamaan inilah yang merupakan komponen utama dari gejala religi, yang membedakan suatu sistem religi dari semua sistem sosial
budaya yang lain. b.
Sistem keyakinan, merupakan wujud dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat Tuhan,
tentang wujud dan alam gaib, tentang terjadinya alam dan dunia, tentang zaman akhirat, tentang wujud dan ciri-ciri kekuasaan sakti roh nenek
moyang, roh alam, dewa-dewa, hantu dan mahluk halus lainnya. c.
Sistem ritus dan upacara, berujud aktivitas dan tindakan seseorang dalam melakukan kebaktiannya kepada Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang
atau mahluk halus lainnya. Ritus dan upacara itu biasanya berlangsung berulang-ulang baik setiap hari, setiap tahun, atau kadang-kadang
tergantung dari isi acaranya. Suatu ritus dan upacara religi biasanya terdiri dari suatu rangkaian satu, dua, atau beberapa tindakan seperti:
berdo
23 bunyian suci, dan para pelaku upacara sering kali harus menggunakan
pakaian yang juga dianggap mempunyai sifat suci. e.
Umatnya atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan melaksanakan sistem ritus dan upacara.
Dan kelima komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1: Lima komponen religi Koentjaraningrat, 1982:44. Istilah emosi keagamaan adalah suatu getaran orang yang pada suatu
saat dapat menghinggapi seorang manusia. Emosi keagamaan yang mendasari setiap perilaku yang serba religi itu menyebabkan timbulnya sifat
keramat dari perilaku itu, dan sifat itu pada gilirannya memperoleh nilai keramat sacred value.
Getaran inilah yang merupakan salah satu penyebab munculnya suatu sistem ritus dan upacara keagamaan dalam sistem keyakinan yang
bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut.
Sistem keyakinan
Emosi keagamaan Umat Agama
sistem ritus dan upacara
Peralatan ritus dan upacara
24 Koentjaraningrat beranggapan bahwa sistem kepercayaan dalam
suatu religi dipengaruhui oleh emosi keagamaan, tetapi sebaliknya, emosi keagamaan juga bisa terpengaruh oleh sistem kepercayaan.
Sistem kepercayaan dalam suatu religi berujud pikiran dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang segala
keyakinan yang ada dalam kehidupan serta menyangkut sistem nilai dan sistem norma keagamaan, ajaran kesusilaan dan ajaran doktrin religi lainnya
mengatur tingkah laku manusia. Dalam upacara obong pada masyarakat Kalang dapat dikaitkan
kedalam lima komponen tersebut. Karena memiliki sifat yang keramat, mempercayai adanya dunia gaib atau mahluk halus, peralatan dan sarana
yang digunakan, serta sistem ritus dari upacara tersebut.
B. Masyarakat Kalang 1. Wujud Kolektif Manusia