Upacara Obong Dilihat dari Faktor Keyakinan

63 Mayoritas masyarakat Kalang memeluk agama Islam, ada pula yang memeluk agama Kristen dan Katholik. Namun mereka masih mempertahankan tradisi upacara obong tersebut. Menurut kepercayaan asli masyararakat Kalang bahwa setiap anak harus berbakti terhadap orang tua dan sampai meninggal pun orang tua masih dimulyakan. Mereka beranggapan bahwa mereka telah berhutang budi kepada orang tua mereka yang telah melahirkan dan membesarkan serta mendidiknya sampai menjadi orang yang berhasil. Maka dari itu mereka harus membayar dengan jalan berbakti terhadap orang tua yang masih hidup dan memulyakan arwah orang tua mereka yang telah meninggal, dengan cara memelihara makam mereka.

2. Alasan Mengapa Tradisi Upacara Obong Masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang

a. Upacara Obong Dilihat dari Faktor Keyakinan

Upacara obong pada masyarakat Kalang yang dilaksanakan setelah satu tahun meninggalnya almarhum, atau dalam bahasa Jawa disebut sependhak masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang. Hal ini dilakukan karena dipengaruhi oleh amanat atau pesan dari orang tua agar berbakti kepadanya. Sampai orang tua meninggal harus tetap berbakti. Sebagai wujud rasa terima kasih telah merewat dan mendidik anaknya hingga besar dan tumbuh menjadi manusia dewasa. Sehingga amanat tersebut begitu dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga 64 tradisi upacara obong pada masyarakat Kalang masih terjaga secara rapi ditengah kemajuan jaman. Mereka masih melaksanakan ritual-ritual dalam adat Kalang, seperti memberi sesaji berupa gemblong, jenang, nasi beserta lauknya untuk roh leluhur sebanyak tiga kali dalam setahun, biasanya jatuh pada hari selasa waghe, karena orang Kalang juga mempercayai roh nenek moyang. Orang Kalang percaya bahwa masih ada kehidupan setelah kita meninggal, hal ini lah yang mendorong mereka melakukan ritual atau upacara obong agar almarhum mendapatkan tempat yang lebih baik dan lebih nyaman di dunia nya. Dalam pelaksanaan upacara obong yang sangat berperan dan memimpin jalannya upacara adalah seorang dukun Nyi Sonteng, yang mempunyai keturunan Kalang. Kepemimpinan dukun Kalang dilakukan secara turun temurun, tidak berdasarkan pemilihan. Upacara adat dalam masyarakat Kalang, seperti upacara obong dipimpin oleh seorang dukun Kalang. Dukun dalam upacara kali ini terdiri dari dua orang yaitu Ibu Wanti dan Ibu Wariah, Ibu wariah adalah keturunan asli dukun Kalang yang telah meninggal dunia, dan sekarang beliau diberikan amanat dari sang Ibu untuk menjadi penerusnya, sedangkan Ibu Wanti merupakan istri dari Bapak Sugeng pembuat boneka penganten, ibu Wanti adalah menantu dukun yang telah meninggal, hubungan Ibu Wanti dengan Ibu Wariah adalah saudara ipar. 65 Berbagai ritual upacara masih dilaksanakan sampai sekarang oleh masyarakat Kalang. Bagi mereka, tradisi tersebut dipertahankan agar dapat memperkuat identitas ke-kalangan dan memperkuat kehidupan beragama mereka. Dengan keanekaragaman agama yang dianut masyarakat Kalang, akan membuat kehidupan beragama disana semakin dinamis. Dengan memisahkan identitas adat dan agama dalam kehidupan bermasyarakat, warga Kalang dapat mempertahankan tradisi upacara obong sampai sekarang.

b. Upacara Obong Dilihat dari Faktor Sejarah