70 Sedangkan asimilasi merupakan proses sosial yang timbul karena
masuknya budaya baru, dan bercampur menyatu dengan budaya sebelumnya, sehingga menghasilkan budaya baru dan meninggalkan
budaya yang telah ada sebelumnya. Upacara obong yang dilakukan oleh masyarakat Kalang di Desa
Montongsari dilakukan dan sampai sekarang masih dipertahankan karena adanya suatu akulturasi kebudayaan, yaitu akulturasi kebudayaan agama
Hindu dan agama Islam. Jadi walaupun mayoritas penduduk menganut agama Islam tetapi mereka masih melaksanakan tradisi tersebut.
3. Pelaksanaan Upacara Obong pada Masyarakat Kalang di Desa Montongsari
a. Persiapan Upacara Obong
Persiapan ini dilakukan beberapa hari sebelum acara dimulai, dalam upacara obong tersebut sebagai berikut:
1 keluarga almarhum mengunjungi makam orang tua yang hendak diadakan
upacara obong disempurnakan. Pada saat itu mereka yang datang ke makam membersihkan makam dan memperbarui nisannya ataupun
dengan membuatkan kijing dalam makam tersebut. Namun hal yang paling utama adalah mendo
71 3
mendatangi orang yang membuat penganten atau boneka yang akan dibakar beserta memberikan kayu jati dan sesaji yang nantinya akan
dibentuk menyerupai orang yang melambangkan sebagai almarhum. Orang pembuat penganten tersebut adalah Bapak Sugeng yang
merupakan keturunan dari pembuat penganten juga; 4
membuat rumah kajang yaitu rumah yang berada di dalam dan nantinya digunakan untuk menidurkan atau meletakkan boneka penganten. Rumah
kajang adalah rumah yang terbuat dari daun mbulung sedangkan pintunya dari kain jarik yang masih baru;
5 membuat rumah-rumahan yang terbuat dari bambu dan beratap daun
ilalang kanan kirinya, yang merupakan simbol dari sesajinya orang Kalang. Itu nantinya digunakan untuk membakar boneka penganten
beserta pakaian lainnya. Rumah tersebut tidak boleh berlubang, harus rapat. Pembuatan rumah dilakukan secara gotong-royong;
6 para keluarga mempersiapkan makanan, masakan dan minuman yang
nantinya digunakan untuk acara selamatan atau syukuran sependhak atau satu tahun meninggalnya almarhum dan dilaksanakan pada Pukul 20:00
WIB.
b. Waktu dan Tempat Dilaksanakannya Upacara Obong
Upacara obong ini dilaksanakan setelah satu tahun atau dalam bahasa Jawanya adalah sependhak wafatnya almarhum terhitung dengan
menggunakan kalender Jawa. Upacara obong ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pahing, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2011 dan pada hari Minggu
72 Pon, tepatnya pada tanggal 30 Januari 2011, dan dalam upacara tersebut
terjadi dalam dua tahap. Tahap upacara yang pertama disebut andheg, dilakukan pada tanggal
29 Januari 2011 atau tepatnya pada hari Sabtu Pahing, malam Minggu Pon, dilakukan dengan beberapa tahap antara lain adalah sebagai berikut:
1 mengambil boneka penganten;
2 memandikan boneka penganten dan memberinya pakaian;
3 mengelilingi rumah kajang sebanyak tiga kali putaran, yang dilakukan
oleh anak atau cucu dari almarhum dengan mengenakan caping dan membawa tongkat untuk yang berada di bagian depan, dan yang berada di
bagian belakang membawa kandhi; 4
selamatan atau syukuran; 5
boneka penganten ditidurkan di rumah kajang. Tahap upacara yang kedua bernama nglepas, dilakukan pada tanggal
30 Januari 2011 atau tepatnya pada hari minggu pon, malam senin wage, dimulai pada pukul 19:30 WIB dan 03:30 WIB dini hari. Tahapan upacara
nglepas dilaksanakan sebagai berikut: 1
mengganti pakaian boneka penganten dengan memakaikannya dengan pakaian yang masih baru, setelah itu memasang mata, hidung, dan rambut
sehingga boneka terlihat jelas menyerupai wujud manusia; 2
acara sontengan atau nglepas, para keluarga almarhum dan tamu melakukan aweh mangan dan nyangoni;
73 3
mengelilingi sesaji sebanyak tiga kali putaran dan boneka penganten masuk kedalam rumah kajang;
4 setelah tiba saatnya untuk obong-obong, yaitu pada pukul 03:30 WIB,
boneka penganten digendong anak atau cucunya kemudian diputar- putarkan mengelilingi sesaji sebanyak tiga kali putaran, setelah selesai,
boneka penganten beserta sesaji dan perlengkapan dimasukkan kedalam rumah-rumahan dan dibakar.
Tempat untuk melaksanakan upacara obong pada masyarakat Kalang adalah hanya di Dusun Montongsari barat, dan di Dusun lainnya dilarang
atau tidak diperbolehkan, sehingga apabila ada seorang dari golongan Kalang yang tinggal di Dusun lain selain Montongbarat apabila hendak
melaksanakan tradisi obong, harus diungsikan terlebih dahulu di sanak saudara atau keluarga yang tinggal di Dusun Montongsari sebelah barat. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Wanti pada tanggal 29 Januari 2011
“Sing kanggo upacara obong-obong isone yo ning Montongkulon tok, montong liyane rak iso, mergane nuruti
amanat seko laluhur jaman biyen, sing mbabad alas Montongkulon kuwi wong Kalang Kabeh, rak ono wong sak liane
Kalang, misale ono wong Kalang wetan meh obong-obong yo isone ning Montongkulon thok
”. Tempat yang bisa untuk melakukan upacara obong hanya di Dusun Montongkulon saja, di
Montong di Dusun yang lain tidak bisa, karena kita mengikuti amanat yang telah diberikan kepada leluhur bahwa jaman dahulu
yang mendirikan Dusun Montongkulon adalah orang Kalang, tidak ada orang di luar Kalang, sehingga apabila ada orang
Kalang dari Montongtimur mau melaksanakan upacara obong, ya hanya bisa dilakukan di Montongkulon saja.
74 Dalam pelaksanaan upacara obong kali ini dilaksanakan di tempat
kediaman anak terakhir dari almarhum, yaitu Pak Daryono. Tempat diadakannya upacara dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: bagian luar
untuk tempat tamu undangan laki-laki, bagian tengah untuk tamu wanita, dan obong-obong dilaksanakan di jalan depan rumah kediaman Pak Daryono.
Tempat upacara yang berada di dalam rumah juga masih dibagi lagi menjadi dua bagian. Pertama adalah kamar belakang, yang digunakan untuk
menidurkan boneka penganten beserta sesaji yang digunakan dalam upacara obong, bagian ini disebut rumah kajang, yaitu ruangan yang dihiasi dengan
daun mbulung, dan dibatasi dengan bambu atau welat dalam bahasa Jawa, sedangkan pintunya dari kain jarik. Kedua, untuk tempat para tamu
perempuan dan juga digunakan untuk acara lepasan atau enthas-enthas.
c. Tujuan Upacara Obong